• Tidak ada hasil yang ditemukan

RGR = Doubling time (DT) =

4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air

Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas. Pertumbuhan individu merupakan kemampuan untuk meningkatkan ukuran seperti peningkatan jumlah sel mencapai ukuran yang maksimal. Pertumbuhan beberapa tanaman air dapat dilihat dari perkembangan biomassa dan produktivitas.

a. Biomassa

Pertumbuhan biomassa beberapa tanaman air dipengaruhi oleh kandungan nutrien dalam air pada media percobaan. Pertumbuhan biomassa ini dilihat dari jumlah bobot basah ditiap waktu pengamatan. Hasil rataan biomassa beberapa tanaman air pada tiap pengamatan dapat dilihat pada Gambar 12 (Lampiran 3).

Waktu pengamatan (hari)

0 3 6 9 12 15 18 Bo bo t b asa h (g ra m) 7,5 8,0 8,5 9,0 9,5 10,0 10,5 11,0

Gambar 12. Rataan pertumbuhan bobot basah beberapa tanaman air

Pada awal penumbuhan, masing-masing tanaman air perlakuan (C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis) dimasukkan sebesar 9 gram berat basah kedalam akuarium berkanal sebagai inokulan. Pada Gambar 12 dapat dilihat rataan biomassa tanaman air pada berbagai perlakuan tiap waktu pengamatan. Tiap

perlakuan mempunyai pertumbuhan biomasa yang berbeda. Pada awal penumbuhan, C. caroliniana dan E. densa mengalami penurunan biomassa pada hari ke-3. Hal ini diduga sebagai fase adaptasi dari tanaman air dalam massa pertumbuhannya. Biomassa kemudian mengalami peningkatan pertumbuhan pada hari ke-12 dan diperkirakan akan terus tumbuh. Hal ini diduga sebagai fase awal pertumbuhan logaritmik dari tanaman air.

Pertumbuhan biomassa masing-masing tanaman air perlakuan mengalami peningkatan dengan nilai yang berbeda. Pertumbuhan M. fluviatilis menunjukan laju pertumbuhan yang paling besar. Nilai bobot basah tertinggi terjadi pada hari ke-18 sebesar 10,47 gram. Pada perlakuan C. caroliniana juga menunjukan peningkatan grafik pertumbuhan. Nilai bobot basah tertinggi terjadi pada hari ke-18 sebesar 9,63 gram, tetapi sempat menurun pada hari ke-6 dan ke-12 masing-masing sebesar 7,84 gram dan 7,87 gram. Demikian pula halnya pada perlakuan E. densa.

Pada perlakuan ini, nilai bobot basah terbesar terdapat pada hari ke-18 sebesar 10,36 gram, dan terendah pada hari ke-3 sebesar 8,61 gram.

Berdasarkan hasil pengujian statistik (Lampiran 5), dapat disimpulkan bahwa sedikitnya ada satu jenis tanaman air yang memiliki laju pertumbuhan biomassa yang berbeda berkaitan dengan pemanfaatan nutrien N dan P dari sedimen Waduk Cirata (P<0,05).

b. Produktivitas tanaman air

Produktivitas merupakan jumlah bahan organik yang dihasilkan per satuan luas per unit waktu (Odum 1993). Beberapa jenis tanaman air memiliki tingkat produktivitas yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui produktivitas C. caroliniana 0,0300 g/m2/hari, E. densa 0,0624 g/m2/hari, dan M. fluviatilis 0,0672 g/m2/hari. Produktivitas tanaman air juga dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan tanaman itu sendiri. Tingkat pertumbuhan dapat diketahui dari laju pertumbuhan relatif (RGR) dan waktu penggandaan (doubling time).

b.1. Laju pertumbuhan relatif (relative growth rate/ RGR)

Laju pertumbuhan relatif (RGR) didefinisikan sebagai peningkatan materi per unit materi per unit waktu (Mitchell 1974). Laju pertumbuhan relatif ini dapat menunjukan besarnya peningkatan pertumbuhan tanaman air per hari. Nilai RGR didapat dari selisih bobot basah pada awal penumbuhan dengan bobot basah akhir

penumbuhan. Laju pertumbuhan relatif beberapa tanaman air uji disajikan pada Tabel 6.

b.2. Waktu penggandaan (doubling time)

Waktu penggandaan atau doubling time adalah waktu yang dibutuhkan oleh tanaman air untuk menggandakan biomassanya menjadi dua kali lipat dari biomassa awalnya. Penentuan waktu penggandaan ini dapat dilakukan dengan pendekatan laju pertumbuhan relatif (RGR) (Mitchell 1974). Laju pertumbuhan dan waktu penggandaan beberapa tanaman air dapat dilihat pada Tabel 6 (Lampiran 3).

Tabel 6. Laju pertumbuhan relatif (RGR) dan waktu penggandaan (doubling time)

Perlakuan W0 (gram) Wt (gram) RGR (gram/hari) DT (Hari)

C. caroliniana 9,0000 9,6293 0,00451 154

E. densa 9,0000 10,3568 0,00936 74

M. fluviatilis 9,0000 10,4680 0,01007 69

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa ketiga jenis tanaman air uji memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda. Hal ini diketahui dari laju pertumbuhan relatif (RGR) dan waktu penggandaan (doubling time) yang berbeda. Nilai RGR tertinggi terdapat pada perlakuan M. fluviatilis sebesar 0,01007 gram/hari, dan terendah pada perlakuan C. caroliniana sebesar 0,0045 gram/hari. Waktu penggandaan M. fluviatilis memiliki nilai yang paling kecil dibandingkan dengan C. caroliniana dan

E. densa.

Berdasarkan laju pertumbuhan relatif (RGR) dan waktu penggandaan, maka diketahui bahwa M. fluviatilis menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan C. caroliniana dan E. densa. Dengan kata lain, M. fluviatilis

lebih efektif dalam memanfaatkan nutrien N dan P dari sedimen Waduk Cirata. Oleh karena itu, tanaman air yang memiliki produktivitas tertinggi adalah tanaman air dari jenis M. fluviatilis dengan pertumbuhan yang lebih baik, sedangkan produktivitas terendah terjadi pada jenis C. caroliniana.

4.1.2. Kualitas air a. Parameter fisika

Parameter fisika yang diukur adalah suhu air. Pada ketiga perlakuan, suhu yang diukur tidak memiliki perbedaan nilai yang berarti. Hal ini ditunjukkan

dengan kisaran suhu air setiap perlakuan (C. caroliniana, E. densa dan M. fluviatilis) masing-masing sebesar 23,9-25,5 °C, 23,1-25,5 °C, dan 23,5-25,5 °C.

b. Parameter kimia

Pengukuran oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO) dan pH air selama penelitian dilakukan setiap 3 hari. Kisaran DO dan pH pada media penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Berikut adalah besar kisaran nilai hasil pengukuran DO dan pH (Tabel 7) (Lampiran 4).

Tabel 7. Kisaran hasil pengukuran suhu DO dan pH

Parameter Unit Perlakuan

C. caroliniana E. densa M. fluviatilis

DO mg/L 8,10-8,70 8,03-8,73 8,10-8,40 pH 7,23-7,86 7,23-7,92 7,27-7,99

Pada Tabel 7 dapat dilihat kisaran kondisi DO dan pH air selama penelitian. Oksigen terlarut (DO) dan pH juga memiliki nilai yang relatif seragam. Berturut- turut besar kisaran nilai DO dan pH air selama penelitian adalah 8,0-8,7 mg/L dan 7,23-7,99.

4.1.3. Nutrien

Nutrien yang dibutuhkan oleh tanaman air untuk pertumbuhannya berasal dari nitrat, amonium, dan ortofosfat. Nutrien ini dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman air untuk pertumbuhannya. Besarnya kisaran nilai kandungan nutrien pada ketiga perlakuan disajikan pada Tabel 8 (Lampiran 4).

Tabel 8. Kisaran hasil pengukuran kandungan nutrien

Parameter Unit Perlakuan

C. caroliniana E. densa M. fluviatilis

Nitrat mg/L 0,6053-0,8033 0,4769-0,7866 0,4340-0,8002 Ortofosfat mg/L 0,0058-0,0941 0,0055-0,0941 0,0020-0,0941 Amonium mg/L 0,2877-2,6642 0,4255-3,0699 1,4595-7,3973

Nitrit mg/L 0,0231-1,1145 0,0111-0,5241 0,0231-0,2687

Pada Tabel 8 dapat dilihat kisaran kondisi perubahan nutrien yang beragam antar perlakuan. Kandungan nutrien ini mengalami perubahan karena adanya

pemanfaatan oleh tanaman air untuk pertumbuhannya. Besar kandungan nutrien mengalami perubahan yang berfluktuasi dari waktu ke waktu.

a. Nitrat (NO3-)

Nitrat merupakan bentuk nitrogen yang banyak ditemukan di perairan alami dan merupakan nutrien utama yang dibutuhkan tanaman dan alga bagi pertumbuhannya (Goldman and Hore 1983). Besarnya nilai konsentrasi nitrat selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 13 (Lampiran 4).

Waktu pengamatan (hari)

-3 0 3 6 9 12 15 Ni tra t ( m g/L ) 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

Gambar 13. Konsentrasi nitrat terhadap waktu (hari)

Pada Gambar 13 dapat dilihat perubahan konsentrasi nitrat pada tiap perlakuan tanaman air yang memiliki nilai yang berbeda-beda. Kandungan nitrat pada ketiga perlakuan (C. caroliniana, E. densa dan M. fluviatilis) mengalami penurunan pada hari ke-6 masing-masing sebesar 0,6053 mg/L, 0,4769 mg/L, dan 0,4988 mg/L. Nilai nitrat terendah terdapat pada perlakuan M. fluviatilis dengan konsentrasi sebesar 0,4340 mg/L pada hari ke-9, dan tertinggi terdapat pada perlakuan C. caroliniana pada hari ke-12 sebesar 0,8033 mg/L.

b. Ortofosfat (PO43-)

Ortofosfat merupakan merupakan salah satu betuk fosfor yang langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman, terutama oleh tanaman akuatik (Dugan 1972). Keberadaan fosfor di perairan alami biasanya relatif kecil, dengan kadar yang lebih

sedikit dibandingkan dengan kadar nitrogen. Besarnya konsentrasi ortofosfat selama penelitian disajikan pada Gambar 14 (Lampiran 4).

Waktu pengamatan (hari)

-3 0 3 6 9 12 15 Or tof osfa t (mg /L ) 0,00 0,02 0,04 0,06 0,08 0,10

Gambar 14. Konsentrasi ortofosfat terhadap waktu (hari)

Pada Gambar 14 dapat dilihat perubahan konsentrasi ortofosfat pada tiap perlakuan tanaman air yang memiliki nilai yang berbeda-beda. Kandungan ortofosfat pada ketiga perlakuan (C. caroliniana, E. densa dan M. fluviatilis) mengalami penurunan pada hari ke-6 masing-masing sebesar 0,0058 mg/L, 0,0055 mg/L, dan 0,0020 mg/L. Nilai ortofosfat terendah terdapat pada perlakuan M. fluviatilis dengan konsentrasi ortofosfat sebesar 0,0020 mg/L pada hari ke-6, dan ortofosfat tertinggi terdapat pada awal penelitian sebelum dimasukan tanaman air sebesar 0,0941 mg/L.

c. Amonium (NH4+)

Amonia bersifat toksik dan tidak dimanfaatkan oleh plankton tetapi amonia dapat dimanfaatkan oleh plankton apabila mengalami perubahan bentuk transisi dari amonia yaitu menjadi ion amonium. Kandungan amonium merupakan salah satu sumber nitrogen yang dapat diserap dan dimanfaatkan dengan cepat oleh fitoplankton dan tanaman air (Toetz 1971 in Goldman and Horne 1983). Amonium merupakan ion yang tidak beracun bagi tanaman (Goldman and Horne 1983).

Namun, menurut Horne & Kaufman 1974 in Goldman and Horne 1983 amonium dapat menjadi racun pada tingkat konsentrasi yang tinggi yang dipengaruhi oleh besarnya nilai pH. Besarnya konsentrasi amonium selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 15.

Waktu pengamatan (hari)

-3 0 3 6 9 12 15 A mmo ni um (mg /L ) 0 2 4 6 8

Gambar 15. Konsentrasi amonium terhadap waktu (hari)

Pada Gambar 15 dapat dilihat perubahan konsentrasi amonium pada tiap perlakuan tanaman air yang memiliki nilai yang berfluktuasi. Kandungan amonium pada ketiga perlakuan (C. caroliniana, E. densa dan M. fluviatilis) mengalami peningkatan pada hari ke-6 masing-masing sebesar 2,3649 mg/L, 2,4350 mg/L, dan 7,3973 mg/L. Nilai amonium terendah terdapat pada perlakuan C. caroliniana

dengan konsentrasi sebesar 0,2877 mg/L pada hari ke-12, dan amonium tertinggi terdapat pada perlakuan M. fluviatilis dengan konsentrasi sebesar 7,3973 mg/L pada hari ke-6.

d. Nitrit (NO2-)

Kadar nitrit diperairan jarang melebihi 1 mg/L (Sawyer et al. 2003). Nitrit di perairan bersifat tidak stabil dan biasanya nilainya sangat kecil bahkan tidak ada. Konsentrasi nitrit pada tiap perlakuan dan waktu pengamatan dapat dilihat pada Gambar 16.

Waktu pengamatan (hari) -3 0 3 6 9 12 15 Ni trit (mg /L ) 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0

Gambar 16. Konsentrasi nitrit terhadap waktu (hari)

Pada Gambar 16 terlihat bahwa konsentrasi nitrit memiliki nilai yang berbeda-beda pada tiap perlakuan. Besarnya konsentrasi menunjukkan nilai yang berfluktuasi dari waktu ke waktu. Konsentrasi nitrit terendah terjadi pada perlakuan

E. densa pada hari ke-15 sebesar 0,0111 mg/L, dan konsentrasi tertinggi pada perlakuan C. caroliniana pada hari ke-12 sebesar 0,8626 mg/L.

4.1.4. Hubungan antara nutrien dengan tanaman air

Peningkatan biomassa tanaman air dapat terjadi dengan adanya pemanfaatan nutrien sebagai sumber nutrisi untuk menambah biomassa. Pada penelitian digunakan nilai amonium, nitrat, nitrit, dan ortofosfat sebagai wakil dari sumber nutrien tanaman air. Berdasarkan analisis regresi berganda terhadap produktivitas tanaman air (C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis) diperoleh persamaan sebagai berikut (Lampiran 6).

C. caroliniana = - 29,76 + 3,41 amonium + 56,59 nitrat – 5,43 nitrit – 137,32 ortofosfat

Berdasarkan persamaan regresi berganda tersebut, dapat dilihat bahwa C. caroliniana lebih dipengaruhi oleh nilai nitrat dengan r=0,76 (p>0,05). Pada awal penumbuhannya, sebagian C. caroliniana mati pada fase adaptasi, sehingga nilai koefisien pertumbuhannya menunjukkan nilai yang negatif.

E. densa = 9,16 + 0,46 Amonium + 1,02 Nitrat - 2,60 Nitrit - 22,56 Ortofosfat

Berdasarkan persamaan regresi berganda tersebut, dapat diketahui bahwa E. densa lebih dipengaruhi oleh nitrat dengan r=0,82 (p>0,05).

M. fluviatilis = 9,91 + 0,01 Amonium + 4,98 Nitrat- 1,21 Nitrit - 1,28 Ortofosfat

Berdasarkan persamaan regresi berganda tersebut, dapat diketahui bahwa M. fluviatilis lebih dipengaruhi oleh nitrat dengan r=0,92 (p>0,05).

Berdasarkan persamaan regresi berganda dari ketiga tanaman air tersebut, dapat disimpulkan bahwa nitrat merupakan nutrien yang memberikan pengaruh terhadap produktivitas dari tanaman air karena berkontrribusi positif terhadap tanaman air.

4.2. Pembahasan

Tanaman air tenggelam didefinisikan sebagai tanaman yang seluruh bagian tubuh serta daunnya tenggelam dan akarnya menancap pada substrat (Jacobs and Sainty 1988). Tanaman air berperan penting dalam siklus karbon, nutrisi, dan menyerap bahan kimia berbahaya di lahan basah kedalam bentuk biomassanya (Asaeda et al. 2008).

Ketiga jenis tanaman air yang diujikan memiliki laju pertumbuhan yang berbeda-beda. Pada awal penumbuhan tanaman air perlakuan (C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis) ditumbuhkan dengan bobot basah yang sama sebesar 9 gram dengan sedimen Waduk Cirata sebagai sumber nutrien sebesar 300 gram. Bobot basah masing-masing tanaman air mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pada awal pemeliharaan, bobot basah C. caroliniana dan E. densa

mengalami penurunan. Fase penurunan bobot basah ini diduga sebagai fase adaptasi dari tanaman air pada lingkungan yang baru. Masing-masing tanaman memiliki lama fase adaptasi yang berbeda-beda. C. caroliniana mengalami dua kali penurunan bobot basah pada hari ke-6 dengan bobot sebesar 7,83 gram dan hari ke12 dengan bobot basah sebesar 7,87 gram, kemudian mengalami peningkatan bobot basah hingga akhir pengamatan. E. densa juga mengalami dua kali penurunan bobot basah pada hari ke-3 sebesar 8,61 gram dan pada hari ke-12 sebesar 9,13 gram, sedangkan M. fluviatilis tidak mengalami penurunan bobot basah.

Laju pertumbuhan relatif (RGR) dan waktu penggandaan (doubling time) dapat menentukan tingkat produktivitas dari tanaman air. Laju pertumbuhan relatif (RGR) dapat menentukan waktu penggandaan (doubling time). Laju pertumbuhan relatif (RGR) yang besar dapat menunjukkan waktu penggandaan (doubling time) yang kecil sehingga tingkat produktivitas tanaman air tinggi. Sebaliknya, laju pertumbuhan relatif (RGR) yang kecil, menunjukkan waktu penggandaan (doubling time) yang besar sehingga tingkat produktivitasnya rendah. Produktivitas tanaman air tertinggi terdapat pada jenis M. fluviatilis sebesar 0,0672 g/m2/hari dengan laju pertumbuhan relatif sebesar 0,01007 gram/hari serta waktu penggandaan (doubling time) 69 hari. Selanjutnya, produktivitas tanaman air terendah terjadi pada jenis C. caroliniana sebesar 0,0300 g/m2/hari dengan laju pertumbuhan relatif sebesar 0,00451 gram/hari dan waktu penggandaan (doubling time) 154 hari.

Kondisi lingkungan perairan, baik suhu, pH, atau pun DO dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman air. Suhu merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman air (Woodward 1987 in Burnett et al.

2007). Suhu perairan yang terjadi selama penelitian berkisar antara 23-25 °C. Hal ini sesuai dengan suhu yang dibutuhkan oleh tanaman air untuk tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 20-30 °C (DEEDI 2010). Perairan yang ideal bagi pertumbuhan organisme akuatik termasuk tanaman air berkisar antara 6,8-8,5. Pada penelitian ini, pH perairan berkisar antara 7,2-7,9 yang sesuai dengan kondisi yang ideal untuk pertumbuhan tanaman air.

Thorp (2000) dan Washington Department of Ecology (2011) menyatakan bahwa C. caroliniana merupakan tanaman air yang biasa tumbuh di perairan yang berarus kecil hingga stagnan, namun bisa hidup di sungai yang berarus. Tanaman ini tumbuh baik di perairan yang kaya akan nutrien, dengan pH 4-6 dan suhu 13-27 °C sebagai pH dan suhu optimal untuk pertumbuhannya. Namun, tanaman ini dapat mentoleransi pH asam dan basa. E. densa juga merupakan tanaman air yang memiliki toleransi yang luas terhadap suhu dan pH (King County 2010). M. fluviatilis dapat hidup pada perairan dengan pH yang rendah serta kondisi fosfor dan nitrogen yang rendah. Selanjutnya disebutkan bahwa habitat dari tanaman ini berada pada perairan dengan bahan organik yang tinggi (Philipps 2010).

Tanaman air memerlukan nutrien untuk pertumbuhannya. Nutrien yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman air untuk pertumbuhannya di antaranya adalah nitrat (NO3-), amonium (NH4+), dan fosfor. Besarnya kandungan nutrien-nutrien ini

mengalami perubahan yang berfluktuasi dari waktu ke waktu. Penurunan besarnya kandungan nutrien diiringi dengan peningkatan bobot basah dari tanaman air. Pada hari ke-6, rata-rata tanaman air mengalami penurunan kandungan nutrien. Hal ini diduga bahwa pada hari ke-6 nutrien dimanfaatkan oleh tanaman air untuk pertumbuhannya yang diiringi dengan terjadinya peningkatan bobot basah pada masing-masing tanaman air pada hari ke-9. Nutrien yang dimanfaatkan oleh tanaman air tidak langsung diubah kedalam bentuk bobot basah, namun diubah kedalam bobot basah tanaman pada hari berikutnya.

Penambahan sedimen Waduk Cirata pada tiap media percobaan dapat menyediakan nutrien yang dibutuhkan oleh tanaman air. Sebelum tanaman air dimasukan ke dalam media percobaan, sedimen Waduk Cirata diendapkan selama 3 hari. Hal ini dimaksudkan agar sedimen tersebut mengalami proses dekomposisi dari senyawa organik menjadi senyawa-senyawa anorganik sehingga terbentuk nitrogen anorganik dan fosfor anorganik yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh tanaman air untuk pertumbuhan yang optimal. Menurut Gunawan dan Zahidah (2010), sedimen Waduk Cirata memiliki bahan organik yang tinggi terutama N dan P karena adanya pemupukan sisa pakan dan sisa metabolisme di dasar perairan hasil budidaya dengan sistem keramba jaring apung (KJA).

Menurut Goldman and Horne (1983) nitrat merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga dan juga merupakan bentuk akhir nitrogen yang paling banyak ditemukan di perairan alami. Dugan (1972) dan Goldman and Horne (1983) menyatakan bahwa ortofosfat juga merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan. Fosfor juga merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan alga, sehingga unsur ini menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tumbuhan dan alga serta sangat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas perairan (Goldman and Horne 1983). Amonium merupakan salah satu komponen utama yang dihasilkan dari air limbah dan limpasan limbah pertanian. Namun, pengayaan amonium secara langsung dapat menyebabkan stress pada

tanaman air, sehingga dapat menyebabkan populasi tanaman air di perairan alami menurun (Ni 2001; Brun et al. 2002; Cao et al. 2007 in M. Zhang et al. 2011).

Konsentrasi nutrien (nitrat, ortofosfat, amonium, dan nitrit) berfluktuasi seiring dengan waktu. Grafik konsentrasi nutrien (nitrat, ortofosfat, amonium, dan nitrit) berbanding terbalik dengan grafik pertambahan bobot basah. Pada hari ke-9 masing-masing tanaman air mengalami penurunan konsentrasi nutrien (nitrat, ortofosfat, amonium, dan nitrit) dan mengalami peningkatan bobot basah. Hal ini diduga bahwa nutrien dimanfaatkan oleh tanaman air yang kemudian diubah menjadi bobot tanaman air.

Melalui hubungan antara tanaman air dengan nutrien dapat dilihat jenis nutrien yang dibutuhkan. Berdasarkan persamaan regresi berganda, dapat dilihat bahwa nitrat dan amonium memiliki kontribusi yang positif bagi pertumbuhan tanaman air. Hal ini sesuai dengan Goldman and Horne (1983) yang menyatakan bahwa nitrat merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman air.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, secara umum menunjukkan bahwa sedimen Waduk Cirata dapat dijadikan sebagai salah satu sumber nutrien alternatif untuk penumbuhan tanaman air. Penumbuhan tanaman air ini (C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis) menunjukkan perbedaan capaian biomassa yang berbeda (p<0,005). Biomassa tertinggi terjadi pada perlakuan M. fluviatilis, sedangkan biomassa terendah terjadi pada perlakuan E. densa. Beberapa tanaman air memiliki produktivitas yang berbeda. Produktivitas tanaman air tertinggi terjadi pada M. fluviatilis sebesar 0,0672 g/m2/hari dengan laju pertumbuhan relatif (RGR) sebesar 0,01007 gram/hari dan doublingtime (DT) 69 hari, sedangkan produktivitas terendah pada C. caroliniana sebesar 0,0300 g/m2/hari (RGR=0,00451 gram/hari dan DT 154 hari).

Hasil pengukuran suhu air, pH, dan oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO) pada saat percobaan sesuai untuk pertumbuhan tanaman air. Kandungan nutrien (nitrat, ortofosfat, nitrit dan amonia) menunjukkan nilai yang berfluktuasi dari waktu ke waktu selama penelitian. Produktivitas masing-masing tanaman air dipengaruhi oleh kandungan nutrien. Produktivitas C. caroliniana, E. densa,dan M. fluviatilis

dipengaruhi oleh konsentrasi nitrat dengan koefisien korelasi masing-masing 0,76; 0,82; dan 0,92.

5. KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Penumbuhan beberapa tanaman air menunjukkan perbedaan capaian biomassa

signifikan (p≤0,05). Produktivitas tanaman air tertinggi terjadi pada M. fluviatilis

sebesar 0,0672 g/m2/hari dengan laju pertumbuhan relatif (RGR) sebesar 0,01007 gram/hari dan doubling time (DT) 69 hari, sedangkan terendah pada C. caroliniana

sebesar 0,0300 g/m2/hari (RGR=0,00451 gram/hari dan DT 154 hari). Produktivitas

C. caroliniana, E. densa, dan M. fluviatilis dipengaruhi konsentarsi nitrat dengan koefisien korelasi masing-masing 0,76; 0,82; dan 0,92.

Dokumen terkait