• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perekonomian Jakarta pada 2015 diprakirakan tumbuh meningkat dibandingkan dengan tahun 2014. Pertumbuhan ekonomi Jakarta diprakirakan berada di kisaran 6,1% - 6,5% (yoy). Dari sisi permintaan, sumber pertumbuhan terutama berasal dari konsumsi rumah tangga dan ekspor, sejalan dengan stabilnya kondisi ekonomi makro dan potensi pemulihan ekonomi global. Sementara itu, juga terdapat dukungan konsumsi pemerintah dan investasi dengan adanya indikasi komitmen yang kuat dari pemerintah baik pusat maupun daerah untuk mengoptimalkan belanja dan mendukung realisasi investasi. Secara sektoral, peningkatan konsumsi rumah tangga akan mendukung pertumbuhan sektor jasa baik jasa perdagangan, informasi dan komunikasi. Adapun perbaikan ekspor luar negeri dan perdagangan antar daerah akan mendukung kinerja sektor industri. Peningkatan pertumbuhan juga diprediksi pada sektor konstruksi, real estate, dan jasa keuangan, sejalan dengan proyeksi pemulihan bisnis properti komersial dan laju pertumbuhan kredit yang lebih tinggi di 2015.

Meski prospek perekonomian Jakarta pada tahun 2015 diprediksi lebih baik daripada tahun 2014, terdapat sejumlah faktor risiko yang perlu dicermati. Dari sisi eksternal, terdapat risiko perlambatan ekonomi

36

sejumlah negara mitra dagang utama Jakarta, khususnya di Tiongkok dan Jepang. Perlambatan perekonomian di kedua negara tersebut akan cukup berpengaruh pada kinerja ekspor produk manufaktur Jakarta. Meluasnya ketidakstabilan ekonomi Uni Eropa yang dipicu oleh konflik Yunani juga dapat berpengaruh pada kinerja ekspor baik yang langsung melalui Jakarta maupun re-ekspor melalui negara ASEAN dan Tiongkok. Persaingan global yang semakin ketat terutama dari faktor daya saing ekspor serta kemampuan berintegrasi dalam rantai suplai/pemasaran global juga memberikan risiko perbaikan kinerja ekspor lebih lanjut. Diversifikasi pasar ekspor yang diupayakan juga cenderung belum sepenuhnya berjalan seperti yang diharapkan. Hal ini tercermin dari pangsa pasar tujuan ekspor produk Jakarta yang belum terdiversifikasi secara signifikan pada akhir tahun 2014.

Jalur transmisi lain dari risiko faktor eksternal pada perekonomian Jakarta adalah pada tekanan nilai tukar. Gangguan ekspor berpotensi menahan perbaikan defisit neraca perdagangan yang pada gilirannya akan berpengaruh pada kestabilan nilai tukar dan terbatasnya capital inflow. Hal ini juga juga dipersulit dengan rencana normalisasi kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) dengan penyesuaian suku bunga ke level yang lebih tinggi. Secara umum, depresiasi nilai tukar dapat meningkatkan daya saing ekspor. Namun dengan masih tingginya ketergantungan impor dari komoditas ekspor, maka peningkatan daya saing relatif terbatas. Terbatasnya capital inflow dan mengetatnya pasar keuangan juga akan berdampak pada perekonomian Jakarta yang didominasi oleh jasa keuangan.

Diagram VI.1 Prospek & Faktor Risiko Perekonomian Domestik 2015

EKSTERNAL

●Pemulihan ekonomi Global tidak Merata: AS membaik, Eropa, Tiongkok dan Jepang terhambat

●Penurunan Harga Komoditas ●Rencana normalisasi kebijakan Fed (Penguatan USD)

DOMESTIK

●Pertumbuhan ekonomi Melambat ●Inflasi di Atas Sasaran ●Defisit neraca perdagangan membaik

●Inflow Meningkat

EKSTERNAL BALANCES

●Defisit neraca perdagangan membaik terbatas Capital Inflows terbatas

●Potensi Tekanan Nilai Tukar

INTERNAL BALANCES

●Pertumbuhan Ekonomi Membaik ●Inflasi Terkendali ●Kredit Meningkat

RISIKO EKSTERNAL

●Perlambatan Ekonomi Tiongkok lebih dalam ●Pasar Keuangan mengetat (Normalisasi kebijakan Fed)

●Gejolak Euro zone (Stimulus vs Pengetatan)

RISIKO DOMESTIK

●Pertumbuhan Ekonomi lebih tertekan ●Tekanan Inflasi lebih tinggi dari perkiraan

●Pemanfaatan ruang fiskal terkendala

STABILITAS BAURAN

KEBIJAKAN

REFORMASI STRUKTURAL

Dari sisi domestik, faktor risiko terutama bersumber dari tekanan inflasi yang lebih tinggi dari prakiraan dan terbatasnya pemanfaatan ruang fiskal. Terkendalinya inflasi, yang merupakan salah satu elemen penting dari stabilitas ekonomi makro, perlu menjadi perhatian di Jakarta, terutama merujuk pada tingginya inflasi pada tahun 2014. Potensi tekanan inflasi yang tinggi selain akan memengaruhi daya beli dan tingkat konsumsi, juga berpotensi memberikan sentimen negatif pada pasar dan prospek investasi di Jakarta. Meski ketersediaan pasokan pangan dapat dijaga, tekanan permintaan yang besar dan rigiditas level harga yang tinggi di Jakarta perlu menjadi perhatian. Selain itu, belum terselesaikannya masalah struktural terkait mata rantai tata niaga serta inefisiensi pada sistem logistik dan distribusi juga memberikan risiko pada kesinambungan pasokan pangan dan inflasi tahun 2015.

Terkait dengan agenda reformasi struktural dari sisi fiskal, risiko terkendalanya pemanfaatan ruang fiskal untuk pembangunan infrastruktur menjadi isu utama. Hambatan dari realokasi anggaran subsidi BBM untuk pembangunan proyek infrastruktur strategis yang lebih produktif bagi perekonomian, diprediksi terjadi di level teknis. Dalam kasus Jakarta, pembangunan infrastruktur yang difokuskan pada peningkatan kapasitas serta perbaikan kualitas sarana pelabuhan, prasarana jalan, dan saluran drainase, menghadapi kendala khususnya dari penyediaan lahan. Hingga saat ini, proyek megaproject MRT Jakarta yang telah berjalan juga masih menyisakan masalah pembebasan lahan. Selain itu, terdapat pula kendala dari sisi administrasi pengadaan dan manajemen kontrak proyek infrastruktur yang berpotensi menghambat pemanfaatan ruang fiskal yang telah dimiliki.

Pada periode yang lebih pendek, pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan I 2015 diprakirakan sedikit lebih lambat dibandingkan dengan triwulan IV 2014. Hal ini terkait dengan terbatasnya dukungan konsumsi pemerintah. Meski belanja pemerintah relatif rendah pada triwulan I sesuai pola musimannya, kebijakan pengetatan belanja Pemerintah Pusat untuk kegiatan di luar kantor serta keterlambatan penetapan APBD Jakarta berdampak signifikan pada perlambatan perekonomian tahun 2015. Hingga akhir Februari 2015, APBD Jakarta belum mendapatkan persetujuan untuk ditetapkan melalui peraturan daerah. Keterlambatan ini menyebabkan belum dapat direalisasikannya sejumlah pos anggaran belanja strategis yang terkait dengan belanja program pembangunan dan investasi.

Dukungan pertumbuhan terutama bersumber dari kenaikan konsumsi rumah tangga sejalan dengan peningkatan pendapatan yang dapat dibelanjakan (disposable income). Penurunan harga BBM bersubsidi

38

dengan pemberlakuan mekanisme subsidi tetap, berpotensi meningkatkan peningkatan pendapatan yang dapat dibelanjakan. Inflasi yang rendah dan penurunan sejumlah harga barang dan jasa, meski dalam level yang terbatas, cukup mampu mendorong kinerja konsumsi rumah tangga di Jakarta. Selain itu, kenaikan upah minimum (UMP) pada awal tahun akan berdampak pada peningkatan daya beli. Hal ini terkonfirmasi dari hasil survei konsumen yang mengindikasikan optimisme konsumen Jakarta terhadap tingkat penghasilan dan keyakinan pada kondisi ekonomis secara keseluruhan. Ekspektasi terhadap prospek kegiatan usaha juga membaik dibandingkan dengan periode pasca kenaikan harga BBM bersubsidi pada triwulan IV 2014. Meski demikian, indeks konsumsi barang kebutuhan tahan lama (durable goods) pada triwulan I 2015 cenderung melambat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan masih terbatasnya pertumbuhan kredit konsumsi.

Grafik VI.1 Indeks Ekspektasi Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Kerja Konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LPNRT) masih diproyeksikan tumbuh negatif pada triwulan I 2015. Setelah tumbuh cukup tinggi mencapai 16,9% pada tahun 2014, dengan adanya belanja Pemilu, pengeluaran LNPRT diprediksi masih akan tumbuh negatif pada semester I 2015. Konsumsi LNPRT akan kembali tumbuh positif setelah hilangnya faktor base effect dari belanja Pemilu tahun 2014 yang sangat signifikan di Jakarta. Kinerja investasi pada triwulan I 2015 diperkirakan membaik dengan dukungan dari investasi swasta. Perbaikan investasi terutama berasal dari investasi bangunan, sejalan dengan prospek pemulihan pembangunan properti komersial dan residensial serta peningkatan belanja infrastruktur. Selain itu, mulai meningkatnya permintaan ekspor terhadap produk manufaktur diperkirakan berdampak positif pada investasi pada sektor industri manufaktur. Setelah mengalami stagnasi selama beberapa periode, investasi untuk menambah kapasitas produksi atau memperbaiki alat produksi yang mendukung efisiensi usaha berpotensi dilakukan, meski dalam level yang moderat. Hal ini juga dalam rangka mengantisipasi peningkatan permintaan

20 40 60 80 100 120 140 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2011 2012 2013 2014 2015

Indeks Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Ketersediaan Lap. Kerja

Optimis Pesimis

domestik dengan adanya perbaikan prospek perdagangan antardaerah tahun 2015.

Terjaganya stabilitas ekonomi makro dan beroperasinya Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Jakarta akan mendorong kinerja investasi pada triwulan I 2015. Sentimen positif pada stabilitas ekonomi makro, khususnya dari potensi penurunan defisit neraca perdagangan dengan dibatasinya subsidi BBM, kestabilan nilai tukar dan tingkat inflasi yang lebih rendah, akan mendorong pertumbuhan investasi pada triwulan berjalan. Penurunan suku bunga perbankan yang dilakukan pada Februari 2015, menyikapi proyeksi inflasi yang lebih rendah dan sebagai upaya mendukung pertumbuhan ekonomi, diprediksi turut memberikan dorongan bagi investasi untuk tumbuh lebih tinggi. Selain itu, komitmen pemerintah yang diwujudkan dengan implementasi PTSP baik di tingkat pusat (BKPM) maupun daerah (Satuan Kerja Khusus PTSP), juga menjadi faktor pendukung investasi di Jakarta. PTSP diarahkan pada perbaikan layanan pengurusan izin usaha dan penyederhanaan prosedur perizinan tengah dilakukan. Demikian pula dengan implementasi sistem online untuk perizinan dan pembayaran pajak, serta penggunaan sistem pembayaran elektronik akan mendukung kinerja investasi yang lebih baik daripada capaian di 2014.

Terkait dengan sumber pendanaan investasi, PMDN diprediksi masih akan mendominasi. Kecenderungan investasi dari sumber PMDN, yang meningkat dalam empat tahun terakhir, diperkirakan akan terus berlanjut, sejalan dengan membaiknya iklim dan prospek investasi di Jakarta, khususnya pada sektor perdagangan dan jasa. Semakin membaiknya likuiditas perbankan domestik, yang didukung dengan penurunan suku bunga, akan mendukung investasi dari sisi pembiayaan. Sementara itu, investasi PMA berpotensi termoderasi dengan kenaikan suku bunga negara Amerika Serikat dan tren pelemahan nilai tukar sejumlah negara. Namun, Jakarta sebagai sentra perekonomian Indonesia dipandang masih prospektif dari sudut pandang keseimbangan antara prospek imbal hasil dan risiko investasi yang menjadi perhatian investor asing

Investasi bangunan diperkirakan masih akan mendominasi di Jakarta, khususnya dengan dukungan pemulihan bisnis properti. Pelemahan ekonomi telah menahan pertumbuhan properti di Jakarta pada tahun 2014, namun prospek imbal hasil dan permintaan pada properti komersial masih relatif tinggi, terutama dengan adanya proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada tahun 2015. Indikasi meningkatnya investasi properti berasal dari penawaran baru pada sejumlah proyek perkantoran komersial yang diproyeksikan akan menambah suplai secara signifikan dalam lima tahun ke depan. Sementara itu, suplai untuk properti ritel semakin terbatas dengan adanya moratorium mall, sehingga konsep pengembangan properti mixed-use

40

dengan komponen ritel menjadi pilihan investasi bagi sejumlah pengembang. Hal ini untuk merespons permintaan pada ruang ritel yang masih relatif kuat. Untuk jenis properti residensial, tingkat penjualan kondominium masih cukup tinggi, di tengah pengetatan kebijakan kredit properti (KPR/KPA). Hal ini menjadi pendorong bagi sejumlah pengembang untuk terus melakukan investasi, meski kenaikan harga jual melambat dibandingkan dengan tiga tahun terakhir. Sejumlah investor juga melirik kesempatan berinvestasi pada lahan properti yang terus mengalami peningkatan, sejalan dengan keterbatasan lahan prospektif di Jakarta. Kontak liaison perusahaan pengembang masih menunjukkan optimisme terhadap prospek investasi properti terutama dengan perbaikan iklim investasi yang akan mendorong masuknya investasi asing.

Di sisi infrastruktur, peningkatan kinerja investasi masih bertumpu pada realisasi proyek infrastruktur dalam jangka panjang. Sejumlah proyek infrastruktur skala besar, baik yang telah berjalan maupun yang direncanakan multi-years, akan mendukung kinerja investasi bangunan tahun 2015. Pada triwulan I 2015, peningkatan kinerja didukung oleh intensitas pembangunan proyek MRT dan penyelesaian pelabuhan peti kemas Kalibaru (New Tanjung Priok Port) dan jalan layang pelabuhan. Dari sisi APBD, fokus pembiayaan investasi selain pada pembangunan infrastruktur, juga pada pembebasan lahan, yang nantinya diperuntukkan untuk pembangunan rumah susun dan layanan publik lain, termasuk ruang terbuka hijau. Adapun fokus pembangunan infrastruktur yang dikoordinasikan oleh Pemerintah Pusat untuk wilayah jakarta meliputi tiga program utama, yakni perumahan rakyat, pengelolaan sumber daya air dan mitigasi banjir, serta transportasi perkeretaapian.

Tabel VI.1 Rencana Kegiatan Strategis Pembangunan 2015

Perbaikan kinerja ekspor Jakarta diprakirakan berlanjut pada triwulan I 2015 dan keseluruhan tahun 2015. Prospek perbaikan ekonomi Amerika

Pengembangan Perumahan & Kawasan Permukiman

Pembangunan Rumah Susun Sewa

(Rusunawa) 358.000,00 Kementerian Perumahan Rakyat

Normalisasi Sungai Ciliwung 449.100,00 Pembangunan SudetanSungai Ciliwung 79.500,00 Pembangunan Tanggul disepanjang garis

pantai untuk mendukung NCICD (National Capital Integrated Coastal Development)

42.000,00

Pembangunan MRT East - West 700.000,00

Pembangunan MRT HI - Kp. Bandan 24.200,00

Proyek Kegiatan

Pengelolaan Sumber Daya Air & Pengendalian Banjir

Kementerian Pekerjaan Umum

Kementerian Perhubungan Pengelolaan &

Penyelenggaraan Transportasi Kereta Api

Program Strategis Niliai Investasi

Serikat pada tahun 2015 menjadi salah satu kunci pertumbuhan ekspor produk Jakarta. Demikian pula, pemulihan ekonomi Uni Eropa juga diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun 2015, meskipun terdapat tantangan dari isu renegosiasi hutang Yunani yang mengemuka di Februari 2015. Sementara itu, prospek yang mixed terindikasi di kawasan Asia yang merupakan mitra dagang terbesar Jakarta. Perekonomian Tiongkok dan Jepang cenderung melambat dan berpengaruh pada ekspor produk pengolahan baik yang berbasis SDA maupun non-SDA. Sedangkan ekonomi negara berkembang di Asia dan India menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini diprediksi dapat menjadi sasaran ekspor produk manufaktur Jakarta, khususnya otomotif. Sejalan dengan meningkatnya skala ekonomi dengan penambahan kapasitas produksi otomotif dan komponennya, serta diversifikasi produk ke kendaraan hemat energi (LGCC), ekspor produk otomotif akan semakin berdaya saing dan ekspansi pasar ekspor dapat terus dilakukan. Adapun ekspor produk Jakarta ke Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa berpotensi meningkat dengan permintaan pada produk garmen/tekstil, alas kaki, dan perhiasan.

Tabel VI.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global (update)

Perlambatan pada triwulan I 2015 juga disumbang oleh penurunan kinerja perdagangan antardaerah. Setelah tumbuh 18,9 % pada triwulan IV 2014, kinerja perdagangan antardaerah diprakirakan akan melambat pada triwulan berjalan. Pertumbuhan yang tinggi pada triwulan IV 2014 merupakan faktor base effect dari kontraksi pertumbuhan yang dalam pada periode yang sama tahun 2013. Ekspor neto perdagangan antardaerah secara gradual diprakirakan akan membaik dan untuk keseluruhan tahun 2015, diproyeksikan tumbuh lebih baik daripada tahun 2014, dengan dukungan prospek perbaikan ekonomi di sebagian besar wilayah lain. Agenda perbaikan sistem logistik dan distribusi akan meningkatkan konektivitas wilayah dan berpengaruh positif pada penjualan produk ekspor Jakarta di pasar domestik. 2013^^ 2014 2015 2016 2014 2015 2016 2014 2015 2014 2015 2016 2014 2015 2014 2015 2016 2014 2015 2016 2014 2015 2016 World output1 3.3 3.3 3.8 4.0 3.3 3.5 3.7 3.3 3.9 3.3 3.5 3.9 3.3 3.6 3.3 3.6 3.8 3.29 3.61 3.82 3.30 3.44 3.74 Advanced economies 1.4 1.8 2.3 2.4 1.8 2.4 2.4 1.9 2.5 1.8 2.3 2.5 1.8 2.2 1.8 2.3 2.3 1.8 2.3 2.4 1.8 2.3 2.4 United States 2.2 2.2 3.1 3.0 2.4 3.6 3.3 2.1 3.0 2.4 3.2 3.0 2.3 3.0 2.4 3.2 2.8 2.3 3.0 3.0 2.4 3.2 3.0 Euro area -0.4 0.8 1.3 1.7 0.8 1.2 1.4 1.1 1.8 0.8 1.1 1.6 0.8 1.1 0.8 1.1 1.6 0.8 1.1 1.5 0.8 1.1 1.4 Japan 1.5 0.9 0.8 0.8 0.1 0.6 0.8 1.3 1.3 0.2 1.2 1.6 0.3 1.2 0.2 1.2 1.5 0.3 1.2 1.6 0.2 1.0 1.5

Emerging and developing economies 4.7 4.4 5.0 5.2 4.4 4.3 4.7 4.7 5.3 4.4 4.4 4.9 4.38 4.6 4.6 4.7 5.2 4.4 4.6 4.8 4.4 4.3 4.7

Developing Asia 6.6 6.5 6.6 6.5 6.5 6.4 6.2 6.4 6.5 6.3 6.4 6.5

China 7.7 7.4 7.1 6.8 7.4 6.8 6.3 7.6 7.5 7.4 7.1 7.0 7.3 7.0 7.4 7.0 6.9 7.4 7.0 6.8 7.4 6.9 6.7

India 4.6 5.6 6.4 6.5 5.8 6.3 6.5 5.5 6.3 5.6 6.4 7.0 5.6 6.3 5.6 6.3 6.7 5.5 6.4 6.5 5.6 6.3 6.5

Mexico

Other EM 3.1 2.74 3.58 4.07 2.7 2.6 3.4 2.9 3.8 2.7 2.6 3.4 2.7 3.0 3.4 2.7 2.6 3.3

World trade volume (goods and services) 3.0 3.8 5.0 5.5 3.1 3.8 5.3 4.1 5.2 4.0 4.5 4.8 3.2 4.7 5.0 3.2 4.5 4.9

Commodity prices (U.S. dollars)

Oil (USD per barel)2 104.1 102.8 99.4 97.3 96.3 56.7 63.9 102.8 99.3 96.1 65.4 68.6 100 65 68 99 55 68

Nonfuel (average based on world

commodity export weight) -1.2 -3.0 -4.1 -0.8 -4.0 -9.3 -0.7 -2.5 -0.6 -3.6 -1.1 0.2 -4.29 -3.92 -1.53 -4.29 -5.60 -1.97 Realisasi

Oct-14^ Jan-15

^ Menggunakan bobot WEO Oktober 2014

2Angka realisasi dan asumsi RDG menggunakan harga minyak jenis Minas, sementara asumsi WEO (IMF) dan WB menggunakan rata-rata harga minyak jenis Brent, Dubai, dan West Texas Intermediate (WTI) dimana spread antara Brent dan Minas sebesar USD3/barrel

Jan-15 Feb-15

Untuk mempermudah perbandingan, angka PDB Dunia World Bank juga diestimasi menggunakan PPP WEO terbaru dimana untuk proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara lainnya menggunakan angka proyeksi IMF terbaru. Dalam World Bank Global Economic Prospects Jan 2015, PDB Dunia diestimasi menggunakan bobot PPP World Bank tahun 2010. PDB Dunia dinyatakan sebesar 3,3%, 3,6% dan 4,0% (yoy) masing-masing untuk tahun 2014, 2015 dan 2016.

^^ Berdasarkan angka IMF WEO Jan 2015

Jan-15

World Bank Consensus Forecast Jan-15

1 PDB dunia World Bank dan Consensus Forecast adalah hasil perhitungan DKEM dg menggunakan PPP WEO terbaru yang ada saat itu. PDB India menggunakan basis tahun fiskal dan berdasar harga pasar (market price). Khusus untuk PDB India oleh World Bank, menggunakan basis perhitungan Factor Cost.

WEO (IMF) RDG

42

Tabel VI.3 Realisasi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan (%,yoy)

Di sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan I 2015 diproyeksikan bersumber dari kinerja sektor perdagangan besar dan eceran; sektor informasi dan komunikasi; sektor konstruksi; serta sektor industri. Sebagian besar sektor non-tradable diproyeksikan tumbuh meningkat pada triwulan I 2015, kecuali sektor sektor jasa keuangan dan jasa perusahaan, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, serta sektor transportasi dan pergudangan.

Tabel VI.4 Realisasi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (%,yoy)

IV Total Ip Total

PDRB (%,yoy) 6.7 6.5 6.1 6.2 5.9 6.1 6.1 - 6.5

Sisi Permintaan

Konsumsi Rumah Tangga 6.4 6.2 5.4 5.0 5.4 5.9 5.7 - 6.1

Konsumsi LPNRT 10.9 9.4 5.8 (0.7) 16.9 (0.1) 2.5 - 2.9

Konsumsi Pemerintah 7.9 6.0 8.7 1.4 2.0 (0.5) 3.2 - 3.6

Pembentukan Modal Tetap Bruto 8.9 9.6 5.8 2.5 3.0 3.1 3.2 - 3.6

Perubahan Inventori (89.0) 7.2 7.9 (37.9) (16.3) 2.1 0.6 - 1.0

Ekspor Luar Negeri 20.5 11.3 3.4 (3.1) (0.5) 2.5 3.7 - 4.1

Net Ekspor Antar Daerah 25.1 4.8 (5.8) 18.8 0.6 5.6 4.4 - 4.8

Impor Luar Negeri 16.3 9.1 0.5 0.8 (1.2) 0.9 1.4 - 1.8

Inflasi IHK (%,yoy) 6.73 6.53 6.11 8.95 8.95 7.75 4.3 - 4.7

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah p proyeksi Bank Indonesia

Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Wilayah 2011 2012 2013 2014 2015

IV Total Ip Total

PDRB (%,yoy) 6.7 6.5 6.1 6.2 5.9 6.1 6.1 - 6.5

Sisi Produksi

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.1 3.3 1.9 0.7 0.7 1.0 0.3 - 0.7

Pertambangan dan Penggalian 4.3 (0.7) (0.2) (1.1) (0.9) (1.2) (1.5) - (1.1)

Industri Pengolahan 2.4 2.4 5.5 3.8 5.5 5.0 5.4 -5.8

Pengadaan Listrik, Gas 5.2 5.3 1.0 6.4 1.8 2.2 1.6 - 2.0

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah & Limbah 2.9 4.1 3.7 3.4 3.8 3.7 3.5 - 3.9

Konstruksi 6.3 5.4 6.1 3.0 4.7 4.2 4.7 - 5.1

Perdagangan Besar & Eceran, Rep. Kendaraan 7.2 6.8 5.3 5.1 4.9 5.4 5.2 - 5.6

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.0 6.3 6.5 5.6 5.8 5.4 5.3 - 5.7

Transportasi dan Pergudangan 7.5 6.9 7.1 14.2 13.7 12.6 12.3 - 12.7

Informasi dan Komunikasi 12.1 13.8 12.1 9.6 11.1 11.6 12.0 - 12.4

Jasa Keuangan 3.6 9.4 7.8 11.9 4.5 6.4 5.3 - 5.7

Real Estate 6.7 6.7 5.1 5.6 5.0 5.6 5.4 - 5.8

Jasa Perusahaan 7.6 7.0 8.2 8.9 9.0 8.1 8.2 -8.6

Adm Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sos. 11.9 1.4 (2.9) 2.4 1.2 2.2 2.1 - 2.5

Jasa Pendidikan 6.2 6.0 3.5 3.6 3.7 3.2 3.1 - 3.5

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.3 8.4 5.8 7.3 6.9 7.2 7.1 - 7.5

Jasa lainnya 13.3 8.7 7.6 8.0 8.5 8.2 8.1 - 8.5

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah p proyeksi Bank Indonesia

Dari empat sektor utama Jakarta, yang memiliki pangsa terbesar, perlambatan diproyeksikan pada sektor jasa keuangan pada triwulan I 2015. Pada tahun dasar yang baru (2010 =100), kinerja sektor jasa keuangan relatif terbatas sepanjang tahun 2014, terkecuali pada triwulan IV 2014. Pertumbuhan yang sangat tinggi pada triwulan IV 2014 (11,9%) diperkirakan lebih disebabkan oleh adanya faktor base effect pada periode yang sama tahun 2013, yakni saat perekonomian Jakarta melambat pada level terdalam (trough). Masih melambatnya penyaluran kredit juga menjadi salah satu faktor terbatasnya kinerja sektor jasa keuangan. Namun, kebijakan terkait pembatasan subsidi BBM cenderung direspons positif oleh pelaku pasar, yang tercermin dari kinerja pasar modal. Untuk keseluruhan tahun 2015, kinerja sektor jasa keuangan diproyeksikan tumbuh lebih baik dengan dukungan peningkatan pertumbuhan kredit dan menguatnya aktivitas perekonomian. Perlambatan sektor jasa perusahaan serta sektor transportasi dan pergudangan di triwulan I 2015 terindikasi sebagai pengaruh dari terbatasnya investasi pada kedua sektor tersebut. Menurunnya kinerja sektor jasa perusahaan cenderung dipengaruhi oleh relatif terbatasnya investasi pada periode sebelumnya, sejalan dengan melambatnya aktivitas perekonomian dan kebijakan pengetatan anggaran pemerintah. Hal yang sama juga terindikasi pada investasi di sektor transportasi dan pergudangan yang juga terbatas. Sesuai pola musiman, penggunaan moda transportasi antar kota juga mengalami penurunan pada triwulan I. Pada keseluruhan tahun 2015, sektor jasa perusahaan maupun sektor transportasi dan pergudangan juga diproyeksikan tumbuh melambat dibandingkan dengan tahun 2014.

Sektor akomodasi dan penyediaan makan minum pada triwulan I 2015 juga diprakirakan tumbuh melambat, sejalan dengan berlanjutnya kebijakan pengetatan anggaran yang dicanangkan Pemerintah Pusat. Larangan kegiatan PNS di luar kantor dan rasionalisasi penyediaan makan minum diprakirakan masih akan memberikan dampak pada perekonomian Jakarta pada triwulan berjalan. Belum adanya peningkatan signifikan dari kunjungan wisatawan yang dapat mengompensasi penurunan okupansi hotel dan pendapatan restoran, juga turut memengaruhi penurunan kinerja sektor akomodasi dan penyediaan makan minum. Di sisi lain, terdapat kecenderungan penurunan tarif kamar hotel untuk dapat meningkatkan okupansi hotel di Jakarta.

Meski demikian, terdapat potensi peningkatan kinerja sektor perdagangan besar dan eceran; serta sektor informasi dan komunikasi pada triwulan I 2015. Sejalan dengan menguatnya daya beli, yang berpengaruh pada tingkat konsumsi rumah tangga, sektor perdagangan besar dan eceran diprakirakan akan tumbuh meningkat. Bisnis reparasi

44

kendaraan bermotor juga diprediksi masih akan mampu tumbuh dengan semakin bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, yang terindikasi dari data realisasi pajak kendaraan bermotor pada akhir tahun 2014. Pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi didukung oleh semakin maraknya jasa ritel online dan penggunaan sarana telekomunikasi. Selain itu, jasa iklan pada media informasi juga berpotensi meningkat, dengan adanya event perayaan Imlek. Masih bertumbuhnya investasi pada sektor komunikasi terutama dengan perluasan jaringan 4G juga menjadi faktor terus berkembangnya sektor informasi dan komunikasi pada 2015.

Sektor konstruksi juga berpotensi tumbuh lebih tinggi pada triwulan I 2015. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya intensitas pembangunan proyek infrastruktur dalam skala besar, yakni proyek MRT dan pelabuhan Kalibaru. Peningkatan intensitas pembangunan proyek MRT terkait dengan target pembangunan yang mencapai 45% pada akhir tahun 2015. Demikian pula halnya dengan pembangunan pelabuhan dan terminal peti kemas Kalibaru yang ditargetkan selesai pada tahun berjalan. Pembangunan fisik properti komersial juga terindikasi meningkat, terutama untuk gedung perkantoran dan residensial. Hal ini terkonfirmasi dari peningkatan suplai ruang perkantoran baru yang akan masuk ke pasar pada tahun 2015. Dalam level yang lebih terbatas, juga terdapat dukungan dari proyek mitigasi banjir yang salah satunya adalah proyek multiyears Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI).

Peningkatan kinerja sektor industri pada triwulan I 2015 sejalan dengan perbaikan ekspor dan permintaan domestik. Berdasarkan data indeks industri manufaktur pada akhir triwulan IV 2014, terdapat indikasi sejumlah industri yang mengalami peningkatan produksi dan diprediksi perbaikan kinerja berlanjut pada triwulan berjalan. Industri yang dimaksud adalah industri garmen, makanan jadi, farmasi, dan kendaraan bermotor. Untuk industri garmen, makanan jadi dan kendaraan bermotor, peningkatan produksi ditengarai lebih sebagai pengaruh dari meningkatnya permintaan ekspor. Sementara itu, untuk produk farmasi termasuk produk obat kimia dan obat tradisional cenderung sebagai pengaruh dari meningkatnya permintaan domestik. Khusus terkait industri otomotif, penambahan kapasitas produksi menjadi basis peningkatan kinerja dan diversifikasi pasar. Untuk keseluruhan tahun 2015, sektor industri diproyeksikan tumbuh meningkat signifikan.

B. Inflasi

Tekanan inflasi Jakarta pada triwulan I 2015 masih akan berada pada level yang tinggi, namun dalam tren menurun. Meskipun telah dilakukan penyesuaian harga BBM dengan penerapan sistem subsidi tetap dan

Dokumen terkait