Pendahuluan
Hubungan panjang bobot dan faktor kondisi relatif merupakan parameter pertumbuhan ikan yang penting diketahui untuk kajian dinamika populasi ataupun biologi perikanan. Hubungan panjang bobot dapat digunakan untuk menilai kese- hatan ikan secara umum, tingkat kemontokan, perkembangan gonad, dan menen- tukan berat ikan berdasarkan panjangnya ataupun sebaliknya (Le Cren 1951). Hu- bungan panjang bobot juga merupakan faktor yang penting dalam kajian biologi
ikan (Odat 2003), pendugaan stok ikan (Sparre et al. 1989; Frota et al. 2004; Ab-
durahiman et al. 2004), penentuan kondisi ikan (Soler et al. 2005; Froese 2006),
serta dapat digunakan untuk kajian perbandingan pertumbuhan spesies ikan, baik antar jenis kelamin, musim, maupun wilayah (Froese 2006).
Model pertumbuhan von Bertalanffy merupakan salah satu dasar model pertumbuhan dalam biologi perikanan karena seringkali digunakan sebagai sub- model dalam sejumlah model pertumbuhan yang lebih rumit dalam menjelaskan
berbagai dinamika populasi ikan (Sparre et al. 1989). Ikan-ikan yang berukuran
cukup tua biasanya mengikuti model pertumbuhan von Bertalanffy, sehingga mo- del ini dapat mendeskripsikan laju pertumbuhan ikan-ikan besar yang dapat di-
eksploitasi (Sparre et al. 1989). Model pertumbuhan von Bertalanffy juga dapat
digunakan untuk menduga umur ikan pada ukuran tertentu dan hal ini sangat ber- guna untuk menentukan komposisi umur ikan-ikan yang tertangkap berdasarkan panjangnya.
Nilai faktor kondisi merupakan suatu instrumen yang efisien dan dapat me- nunjukkan perubahan kondisi ikan sepanjang tahun dan perubahan faktor kondisi tersebut secara tak langsung bisa menjadi penanda adanya perubahan lingkungan
(Rahardjo et al. 2011).Parameter pertumbuhan ini juga dapat menggambarkan ke-
ragaan biologi ikan, seperti kegemukan ikan, perkembangan gonad, kesesuaian
terhadap lingkungan (Le Cren 1951, Muchlisin et al. 2010), kapasitas fisika untuk
survival dan reproduksi (Effendie 2002), siklus hidup ikan dan keseimbangan ekosistem (Lizama & Ambròsio 2002), serta memberikan informasi kapan ikan
memijah (Hossain et al., 2006).
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung beberapa parameter pertumbuhan
ikan lumo, yaitu b, K, L∞, t0
Metode Penelitian
, dan faktor kondisi relatif. Selanjutnya menyusun persamaan hubungan panjang bobot dan model pertumbuhan von Bertalanffy un- tuk menerangkan pola pertumbuhan ikan lumo tersebut.
Penelitian ini dilakukan pada pada bulan April 2013 sampai dengan Maret 2014 di Sungai Tulang Bawang dan Rawa Latak, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung (Gambar 3). Lokasi ini berjarak sekitar 120 km dari Kota Ban- dar Lampung. Lokasi pengambilan ikan contoh terdapat di empat stasiun penga- matan yang tersebar di sepanjang Sungai Tulang Bawang, yaitu Pagar Dewa (A), Rawa Bungur (B), Ujung Gunung (C), dan Cakat Nyinyik (D), serta satu stasiun pengamatan di rawa Bawang Latak (E).
Pengambilan ikan contoh dilakukan setiap bulan menggunakan jaring in- sang berukuran panjang 20 m tinggi 2 m dengan mata jaring 1”,1½”, 1¾”, dan
2”. Jaring insang dipasang sejajar dengan tepi sungai selama 24 jam. Ikan lumo yang tertangkap diawetkan dengan formalin 10%, diukur panjang totalnya (TL) dengan penggaris dalam satuan mm, serta ditimbang bobotnya menggunakan tim- bangan digital dengan ketelitian 0,01 g.
Penentuan jenis kelamin ikan contoh dilakukan dengan mengamati secara langsung bentuk genitalnya (Gambar 13). Ikan lumo jantan memiliki lubang geni- tal yang menyerupai tonjolan memanjang, sedangkan ikan lumo betina memiliki lubang genital berupa lubang kecil dan tidak terdapat tonjolan seperti halnya ikan lumo jantan.
Gambar 13. Penentuan jenis kelamin ikan lumo, L. ocellatus (Heckel, 1843) ber-
dasarkan bentuk lubang genital
Analisis hubungan panjang bobot dilakukan untuk mengetahui pola partum- buhan ikan lumo, apakah pertambahan panjang ikan tersebut seimbang dengan pertambahan bobotnya (isometrik) atau pertumbuhannya bersifat allometrik. Hu- bungan panjang bobot diperoleh dengan menggunakan persamaan empiris Le Cren (1951): W= aL Keterangan: b W=bobot ikan L=panjang ikan a dan b = konstanta
Selanjutnya dilakukan uji t pada nilai b dengan selang kepercayaan 95%. Bila nilai b sama dengan 3 maka pertumbuhan ikan isometrik; jika nilai b lebih besar dari 3 disebut allometrik positif, sedangkan nilai b yang lebih kecil dari 3 di- sebut allometrik negatif. Persamaan hubungan panjang bobot dibedakan antara ikan lumo jantan dengan ikan lumo betina.
Persamaan pertumbuhan von Bertalanffy menurut Pauly (1980) adalah seba- gai berikut: Lt = L∞ {1-exp[-K(t-t0 Keterangan: )]} Lt L
= panjang ikan saat umur t (satuan waktu)
K= koefisien pertumbuhan t0
Parameter pertumbuhan von Bertalanffy (K dan L∞) dapat dihitung dengan
menganalisis serangkaian data frekuensi panjang menggunakan metode ELEFAN
I yang terakomodasi pada perangkat lunak FISAT II (Gayanilo et al. 2005). Selan-
jutnya untuk menghitung nilai t
=umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol
0
log (-to) = -0,3922-0,2752 log L∞-1,038 log K
dapat dilakukan dengan memasukkan nilai K dan
L∞ yang sudah diperoleh dari program ELEFAN I menggunakan persamaan me-
nurut Pauly (1979), sebagai berikut:
Faktor kondisi relatif atau indeks ponderal ikan lumo dapat diketahui de- ngan persamaan sebagai berikut (Le Cren 1951):
Kn=W/W* Keterangan:
W = bobot ikan lumo berdasarkan pengamatan
W* = bobot yang dihitung berdasarkan persamaan hubungan panjang bobot aL
Faktor kondisi relatif dihitung setiap bulan secara terpisah antara ikan lumo jantan dan ikan lumo betina. Selanjutnya data tersebut ditabulasikan berdasarkan dua musim, yaitu musim kemarau (April-September) dan musim hujan (Oktober- Maret), serta dibedakan antara habitat di sungai dan di rawa-rawa. Selain itu, fak- tor kondisi relatif juga dihitung pada sebaran selang kelas panjang sehingga dapat ditentukan ada tidaknya perbedaan faktor kondisi relatif antara ikan lumo berukur- an kecil dengan ikan lumo berukuran lebih besar.
b
Hasil
Hubungan Panjang Bobot
Berdasarkan analisis hubungan panjang bobot ikan lumo jantan diperoleh persamaan sebagai berikut:
W = 2,227 x 10-6 L3,284
Adapun ikan betina memiliki persamaan hubungan panjang bobot sebagai berikut: (r = 0,98)
W= 2,473 x 10-6 L3,272
Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa panjang dan bobot ikan lumo, baik jantan dan betina, memiliki korelasi yang kuat yang ditunjukkan dari nilai r yang mendekati 1 (Gambar 14). Dengan demikian, setiap pertambahan ukuran panjang ikan diikuti dengan pertambahan bobotnya.
(r = 0,98)
Pola pertumbuhan ikan lumo jantan dan ikan lumo betina yang diekspresi- kan dari nilai b adalah allometrik positif. Dari hasil uji t diketahui bahwa nilai b berbeda nyata dengan 3, baik untuk ikan lumo jantan maupun ikan lumo betina Nilai b ikan lumo jantan tidak berbeda nyata dengan nilai b ikan lumo betina (Lampiran 7).
Gambar 14. Hubungan panjang bobot ikan lumo, L. ocellatus (Heckel, 1843)
Model Pertumbuhan von Bertalanffy
Hasil analisis parameter pertumbuhan yang dilakukan dengan menggunakan analisis ELEFAN I yang terdapat dalam perangkat lunak FISAT II menunjukkan
bahwa ikan lumo jantan memiliki nilai panjang infinity (L∞) hingga 233 mm, koe-
fisien pertumbuhan (K) sebesar 0,31 per bulan atau setara dengan 3,72 per tahun,
serta nilai t0 = -0,30 bulan. Berdasarkan ketiga parameter pertumbuhan tersebut
maka kurva pertumbuhan von Bertalanffy ikan lumo jantan mengikuti persamaan
Lt = 233*[1-e-0,31(t+0,30)]. Ikan lumo betina memiliki panjang infinity yang lebih
kecil, yaitu 202 mm dengan nilai K adalah 0,48 per bulan (setara dengan 5,76 per
tahun) dan t0= -0,20 bulan. Persamaan kurva pertumbuhan von Bertalanffy ikan
lumo betina adalah Lt=202*[1-e-0,48(t+0,20)
Adapun parameter pertumbuhan von Bertalanffy ikan lumo gabungan (tanpa
membedakan jenis kelamin) adalah sebagai berikut: L∞ = 203 mm, K=0,45 per
bulan atau setara dengan 5,4 per tahun, dan t ].
0 = -0,22 bulan. Dengan demikian
persamaan kurva pertumbuhan von Bertalanffy gabungan dapat dinyatakan dalam Lt=203*[1-e-0,45(t+0,22)].
Faktor Kondisi Relatif
Ikan lumo yang hidup di Sungai Tulang Bawang dan Bawang Latak memi- liki faktor kondisi yang relatif sama. Di Sungai Tulang Bawang faktor kondisi re- latif ikan lumo jantan rata-rata 1,01±0,06 dan ikan lumo betina 1,00±0,06 (Tabel 5). Adapun ikan lumo yang hidup di Bawang Latak memiliki faktor kondisi rela- tif rata-rata 1,01±0,05 (jantan) dan 1,01±0,04 (betina). Kondisi relatif ikan lumo jantan dan ikan lumo betina saat musim kemarau tidak berbeda dengan musim hujan (Lampiran 9).
Berdasarkan sebaran panjang total diketahui bahwa faktor kondisi relatif ju- ga tidak jauh berbeda antara ikan lumo jantan dengan ikan lumo betina (Tabel 6). Rata-rata nilai Kn tersebut adalah 1,02±0,03 untuk ikan lumo jantan dan 1,02± 0,04 untuk ikan lumo betina.
Gambar 16. Faktor kondisi relatif rata-rata ikan lumo, L. ocellatus(Heckel, 1843)
Tabel 5. Faktor kondisi relatif ikan lumo, L. ocellatus (Heckel, 1843) di Sungai
Tulang Bawang dan Bawang Latak
Musim/Bulan Sungai Tulang Bawang Bawang Latak
Jantan Betina Jantan Betina
Apr-2013 1,03 0,97 1,01 1,01 Mei-2013 1,05 1,02 1,03 1,03 Kemarau Jun-2013 1,05 0,99 1,02 1,03 Jul-2013 1,02 0,94 1,03 1,00 Agust-2013 0,93 0,98 0,92 0,98 Sep-2013 0,91 0,93 0,94 1,01 Okt-2013 0,97 0,96 1,02 0,97 Nov-2013 1,04 0,97 1,08 1,06 Hujan Des-2013 1,06 1,10 1,03 1,04 Jan-2014 1,02 1,04 1,08 1,00 Feb-2014 1,08 1,11 1,01 1,07 Mar-2014 0,95 0,95 1,00 0,96 Rata-rata 1,01±0,06 1,00±0,06 1,01±0,05 1,01±0,04
Tabel 6. Faktor kondisi relatif ikan lumo, L. ocellatus (Heckel, 1843) berdasarkan sebaran panjang total
Kelas panjang (mm) Betina Jantan
n (ekor) Kn n (ekor) Kn 80 - 96 5 1,00 1 1,02 97 -113 16 0,98 22 1,00 114-130 146 1,05 113 1,04 131-147 145 0,97 210 1,00 148-164 163 0,99 148 0,99 165-181 94 1,00 115 0,99 182-198 48 1,02 51 1,04 199-215 18 1,05 16 1,04 216-232 10 1,08 14 1,07 233-249 6 1,08 0 --- Rata-rata 1,02±0,04 1,02±0,03
Keterangan: n= jumlah ikan (ekor); Kn=faktor kondisi relatif Pembahasan
Pertumbuhan ikan lumo jantan dan ikan lumo betina bersifat allometrik po- sitif dengan nilai b masing-masing sebesar 3,284 dan 3,272. Nilai b ini tidak ber- beda jauh dengan nilai b yang dinyatakan oleh Froese & Pauly (2014) untuk ikan
tersebut, yaitu sebesar 3,19; dan juga untuk genus Labiobarbus lainnya, yaitu L.
lineatus dan L. siamensis (Sidthimunka 1973).
Berdasarkan model pertumbuhan von Bertanlanffy diketahui bahwa ikan lu- mo betina memiliki laju pertumbuhan (K=0,48) relatif lebih cepat dibandingkan dengan ikan lumo jantan (K=0,31). Laju pertumbuhan ikan lumo berlangsung pe-
sat pada awal pertumbuhannya (t0
Faktor kondisi relatif (Kn) rata-rata pada ikan lumo jantan dan ikan lumo betina tidak berbeda. Ikan lumo jantan dan ikan lumo betina hidup dalam kondisi yang sama di perairan Sungai Tulang Bawang dan Bawang Latak. Kondisi terse- but menguntungkan dari segi pertumbuhannya, sehingga ikan lumo jantan dan ikan lumo betina memiliki peluang yang sama untuk bertahan hidup, tumbuh dan berkembang di perairan tersebut.
); selanjutnya mengalami perlambatan pertum- buhan saat ukuran tubuhnya mencapai panjang asimtotiknya. Secara teoritis, ikan lumo jantan mencapai panjang asimtotik diperkirakan pada umur 20 bulan, se- dangkan ikan lumo betina mencapai panjang asimtotiknya pada umur 13 bulan. Ukuran maksimum ikan lumo jantan yang tertangkap (232 mm) mendekati ukuran panjang asimtotiknya; sedangkan ukuran maksimum ikan lumo betina yang ter- tangkap (242 mm) sudah melebihi panjang asimtotiknya.
Ikan lumo juga hidup dalam kondisi relatif yang sama saat musim hujan dan musim kemarau. Keadaan ini menunjukkan bahwa ikan lumo dapat hidup dengan baik sepanjang tahun tanpa dipengaruhi oleh fluktuasi habitat perairan yang terja- di akibat perbedaan musim hujan dan musim kemarau. Pertumbuhan ikan lumo dalam kondisi yang tidak berbeda antara musim hujan dan musim kemarau ini di- mungkinkan karena kualitas habitat perairan yang mendukung untuk kehidupan ikan lumo. Beberapa parameter fisika kimia perairan yang penting, seperti pH,
suhu, dan oksigen terlarut berada pada kisaran yang normal bagi ikan tersebut un- tuk hidup dengan baik pada musim kemarau dan musim hujan (Tabel 2).
Ikan lumo yang hidup di Sungai Tulang Bawang yang memiliki arus cukup kuat juga memiliki faktor kondisi relatif yang tidak berbeda dengan ikan lumo yang hidup di Bawang Latak yang berarus tenang (Lampiran 9). Bila dikaitkan dengan bentuk tubuhnya, ikan lumo memiliki kemampuan berenang di perairan
yang berarus. Hal ini sesuai dengan pendapat Beamish et al. (2006) yang menya-
takan bahwa spesies dengan dasar sirip punggung yang panjang, seperti pada ikan
Labiobarbus siamensis dan Labiobarbus leptocheilus, memiliki kemampuan bere- nang yang kuat dan bermanuver dengan baik pada habitat perairan yang berarus kuat.
Walaupun padatan tersuspensi total di Sungai Tulang Bawang relatif tinggi, ikan lumo masih dapat hidup dan tumbuh dengan baik. Kondisi ini serupa dengan ikan lumo yang hidup dengan baik dan merupakan spesies dominan di Danau Te- luk (Jambi) dengan warna air kecoklatan dan keruh yang disebabkan tingginya pa- datan tersuspensi berupa partikel tanah (Nurdawati 2010).
Faktor kondisi juga dapat memberikan informasi saat ikan akan memijah
(Yeldan & Avsar 2000; Hossain et al. 2006; Rahardjo & Simanjuntak 2008).
Menjelang puncak musim pemijahan faktor kondisi dapat meningkat dan kemu- dian menurun setelah masa pemijahan (Rahardjo & Simanjuntak 2008). Hal ini berkaitan erat dengan penggunaan sumber energi utama untuk perkembangan go- nad dan pemijahan (Lizama & Ambrósio 2002). Meningkatnya faktor kondisi re- latif ikan lumo jantan dan ikan lumo betina dari bulan Oktober hingga Desember terkait erat dengan proses pemijahan. Pada bulan Oktober sudah ditemukan ikan lumo dalam kondisi TKG III dan TKG IV, dan bulan November-Desember ba- nyak ditemukan ikan lumo dalam kondisi TKG IV (Bab 5). Perkembangan gonad saat menjelang tahap kematangannya secara langsung menambah bobot gonad, se- hingga bobot ikan lumo juga meningkat dan hal ini menyebabkan nilai faktor kon- disi relatif juga meningkat.
Pada bulan Januari faktor kondisi relatif ikan lumo menurun ketika ikan- ikan tersebut selesai memijah yang ditandai dengan adanya beberapa ikan lumo dalam kondisi TKG V (Gambar 17). Pada saat TKG V gonad sudah berkurang bobotnya karena sebagian besar telur ataupun sperma sudah dikeluarkan saat pe- mijahan.
Kenaikan faktor kondisi saat bulan Februari yang kemudian menurun di bu- lan Maret tidak berkaitan dengan proses pemijahan karena ikan contoh yang di- kumpulkan pada kedua bulan tersebut sebagian besar berukuran di bawah ukuran dewasa seksual (Gambar 11 dan Gambar 12). Diduga bahwa ikan lumo yang ter- tangkap pada bulan Februari dan Maret merupakan kelompok ikan muda yang berasal dari pemijahan sebelumnya (Oktober-Januari). Faktor kondisi relatif yang berfluktuasi pada bulan Februari dan Maret lebih berkaitan dengan akumulasi le- mak karena sebagian besar ikan contoh yang dikumpulkan memiliki jaringan le- mak yang cukup besar, yaitu sekitar 2,8% dari bobot tubuhnya, yang terletak di bawah gelembung renangnya.
Simpulan
Pertumbuhan ikan lumo jantan dan ikan lumo betina bersifat allometrik po- sitif. Berdasarkan model pertumbuhan von Bertalanffy diketahui bahwa laju per- tumbuhan awal ikan lumo betina lebih cepat daripada ikan lumo jantan.
Kondisi relatif ikan lumo yang hidup di Sungai Tulang Bawang tidak berbe- da dengan ikan lumo yang hidup di perairan Bawang Latak. Demikian pula hal- nya dengan kondisi relatif ikan lumo tidak berbeda saat musim kemarau maupun saat musim hujan.