3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.4. Pertumbuhan
3.4.1. Hubungan Panjang dan Berat
Hasil analisis hubungan panjang dan berat udang mantis contoh menunjukkan bahwa pola pertumbuhan udang mantis, baik jantan maupun betina, bersifat allometrik negatif (b<3), yaitu pertambahan berat tidak secepat pertambahan panjang (Tabel 1).
Tabel 1. Hubungan panjang dan berat udang mantis Harpiosquilla raphidea
Stasiun Jenis Kelamin Persamaan Hubungan Panjang-Berat Kisaran Nilai b (α=0,05) Pola Pertumbuhan (Setelah Dilakukan Uji t dan α=0,05) Intertidal N=815 Jantan W = 3E-05L2,743 R2=0,876; r=0,936 2,686-2,800 Alometrik Negatif Betina W = 4E-05L2,687 R2=0,885; r=0,941 2,643-2,731 Subtidal N=1294 Jantan W = 0,0003L2,356 R²=0,896; r=0,947 2,322-2,390 Betina W = 0,0002L2,413 R²=0,779; r=0,883 2,366-2,460
Berdasarkan hasil uji t terhadap nilai koefisien pertumbuhan (b) pada selang kepercayaan 95% didapatkan bahwa nilai b berbeda nyata pada tiap stasiun pengamatan. Perbedaan nilai b tersebut menunjukkan bahwa perbedaan habitat
21
dan jenis kelamin mempengaruhi perbedaan pertumbuhan atau kegemukan udang mantis.
Persamaan hubungan panjang bobot udang mantis secara umum memiliki korelasi yang sangat erat. Hal tersebut didasarkan pada nilai koefesien korelasi (r) yang mendekati satu pada seluruh stasiun pengamatan, baik intertidal maupun subtidal. Besarnya koefesien korelasi ini menunjukkan bahwa pertambahan panjang udang mantis diikuti dengan pertambahan bobot tubuhnya. Hal tersebut juga merupakan sifat umum dari krustasea yang biasanya mengalami perubahan bentuk tubuh selama tumbuh (Hartnoll 1982).
Pola pertumbuhan biota perairan yang bersifat allometrik negatif secara umum dapat disebabkan oleh tangkap lebih, kompetensi, dan potensial trofik. Pada udang mantis, dengan memperhatikan kondisi daerah penelitian, pola pertumbuhan udang mantis yang bersifat allometrik negatif lebih disebabkan oleh tingkat kompetensi yang tinggi, baik kompetisi antar populasi udang mantis maupun antara udang mantis dengan ikan dan jenis krustasea lainnya. Lokasi penelitian udang mantis ini banyak dihuni oleh berbagai jenis ikan/krustasea dengan populasi yang cukup tinggi. Hal tersebut terbukti selama penelitian bahwa jumlah udang mantis yang tertangkap, baik dengan alat tangkap sondong maupun
trawl mini persentasenya relatif sedikit atau bahkan sangat kecil dibanding total hasil tangkapan, baik dari sisi jenis maupun kelimpahannya (Gambar 10).
Gambar 10. Hasil tangkapan ikan/krustasea yang tertangkap bersama udang mantis Harpiosquilla raphidea dengan alat tangkap sondong dan
trawlmini
Dengan demikian, udang mantis sebenarnya dapat dikatakan sebagai hasil tangkapan sampingan (bycatch) dari alat tangkap sondong dan trawl mini.
22
Kondisi ini sejalan dengan beberapa penelitian lain yang menunjukkan bahwa udang mantis merupakan bycatch dari alat tangkap yang menggunakan jaring dasar, seperti trawl (Dell & Sumpton 1999; Zynudheen et al. 2004; Lui et al.
2007).
3.4.2. Pendugaan Parameter pertumbuhan
Berdasarkan hasil analisis plot Ford-Walford didapatkan nilai parameter pertumbuhan (K dan L∞) dan t0 udang mantis, baik pada jantan maupun betina, sebagaimana tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2. Parameter pertumbuhan K, L∞, dan t0 udang mantis Harpiosquilla raphidea jantan dan betina
Parameter Jantan Betina
K (per bulan) L∞ (mm) t0 (bulan) 0,14 381,68 -0,5533 0,11 381,68 -0,3802
Nilai panjang maksimum dugaan (L∞)udang mantis jantan sama dengan udang mantis betina, yaitu 381,68 mm. Nilai koefesien pertumbuhan (K) udang mantis H. raphidea hampir sama atau tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan udang mantis jenis lain dalam satu ordo stomatopoda. Nilai K H. raphidea
hampir sama dengan nilai K Squilla mantis, yaitu 1,6 dan 1,3 per tahun (0,13 dan 0,11 per bulan) masing-masing pada jantan dan betina (Abello & Martin 1993) dan nilai K rata-rata Oratosquilla stephensoni, yaitu 1,52 per tahun (0,13 per bulan) (Dell & Sumpton 1999), namun sedikit lebih besar dari nilai K
Oratosquilla oratoria, yaitu 0,898 dan 1,102 per tahun (0,07 dan 0,09 per bulan) masing-masing pada jantan dan betina (Ohtomi & Shimizu 1994).
Jika dibandingkan dengan kelompok udang-udangan diluar ordo stomatopoda, nilai K H. raphidea tersebut secara umum lebih kecil, diantaranya udang Aristeus antennatus di Laut Mediterania Barat dengan nilai K 0,25 dan 0,3 per bulan masing-masing pada jantan dan betina (Cartes & Demestre 2003), udang jenis Pandalus borealis di Teluk Skjalfandi, Islandia Utara dengan nilai K rata-rata 0,46 per bulan (Mamie 2008), dan udang Penaeus indicus di Teluk Maputo, Mozambik Selatan dengan nilai K rata-rata 0,39 per bulan (Jorgensen et al. 1991 in Franco et al. 2006).
23
Perbedaan laju pertumbuhan udang mantis H. raphidea atau kelompok stomatopoda dengan kelompok udang-udangan diluar ordo stomatopoda tersebut dapat disebabkan oleh faktor genetik, yaitu perbedaan spesies dan ukuran tubuh. Hal ini sebagaimana pernyataan Pauly (1994) in Welcomme (2001) bahwa perbedaan laju pertumbuhan biota perairan dapat disebabkan oleh faktor internal, diantaranya faktor genetik yang secara langsung membatasi umur maksimum dan ukuran tubuh biota tersebut.
Selanjutnya, nilai-nilai parameter pertumbuhan tersebut digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan persamaan von Bertalanffy udang mantis, yaitu Lt=381,68*(1-e[-0,14(t+0,5533)]) untuk jantan dan Lt=381,68*(1-e[-0,11(t+0,3802)]) untuk betina. Berdasarkan persamaan-persamaan von Bertalanffy tersebut, didapatkan kurva pertumbuhan udang mantis (Gambar 11).
Gambar 11. Kurva pertumbuhan udang mantis Harpiosquilla raphidea
Berdasarkan Gambar 11 terlihat bahwa pada tahun pertama fase kehidupannya, udang mantis mempunyai tingkat pertumbuhan yang sangat cepat, dan sudah dapat mencapai ukuran besar dengan panjang lebih dari 275 mm. Kemudian memasuki tahun ke-2, pertumbuhan udang mantis mulai menurun, namun belum terlau lambat. Setelah itu, memasuki tahun ke-3 fase kehidupannya, pertumbuhan udang mantis sudah sangat lambat dan cenderung stagnan hingga mencapai ukuran maksimum. Dari sisi jenis kelamin, pertumbuhan antara udang
24
mantis jantan dan betina relatif seragam, tidak ada perbedaan. Hal ini diperkuat dengan hasil uji t pada analisis beda dua regresi antara regresi pertumbuhan udang mantis jantan dan betina yang menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara pola pertumbuhan udang mantis betina dengan pola pertumbuhan udang mantis jantan (Lampiran 4).
Berdasarkan kurva pertumbuhan udang mantis pada Gambar 11 di atas juga dapat diketahui bahwa udang mantis betina mencapai panjang asimtotik yang lebih lama (102 bulan) dari udang mantis jantan (80 bulan). Hal tersebut dikarenakan udang mantis betina mempunyai koefisien pertumbuhan paling kecil sehingga lebih lambat mencapai L∞ dari udang mantis jantan. Selain itu, sumber energi dari makanan yang dikonsumsi udang mantis betina lebih diprioritaskan untuk pembentukan dan pematangan gonad daripada untuk pertumbuhan.
Dengan demikian, udang mantis H. raphidea mempunyai rentang waktu hidup (life-span) antara 80 bulan hingga 102 bulan (6,7-8,5 tahun) dan tergolong biota yang berumur panjang dengan pertumbuhan yang lambat. Life-span udang mantis ini lebih tinggi dari beberapa jenis udang mantis lainnya, diantaranya
Squilla mantis dengan life-span 1,5 tahun (Abello & Martin 1993), Oratosquilla oratoria dengan life-span 3-3,5 tahun (Hamano et al. 1987), dan Oratosquilla stephensoni dengan life-span 2,5 tahun (Dell & Sumpton 1999). Life-span udang mantis Harpiosquilla raphidea lebih tinggi dibandingkan life-span udang mantis jenis lain walaupun mempunyai nilai K yang hampir sama dapat disebabkan karena udang mantis H. raphidea mempunyai panjang maksimum dugaan (L∞) yang jauh lebih besar dari udang mantis jenis lain (L∞Squilla mantis = 200 mm (Abello & Martin 1993); L∞ Oratosquilla oratoria = 139,9 mm (Ohtomi & Shimizu 1994); dan L∞O. stephensoni = 163 mm (Dell & Sumpton 1999)).