• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESELARASAN PENYEDIAAN NITROGEN DENGAN PERTUMBUHAN JAGUNG

5.4. Hasil dan Pembahasan 1. Nitrogen Amonium dan Nitrat Tanah

5.4.3. Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan tanaman yang optimal merupakan salah satu ukuran keberhasilan pemupukan. Dengan demikian, pemupukan yang menghasilkan keselarasan antara penyediaan N dengan pertumbuhan tanaman tidak dikatakan berhasil jika tidak disertai pertumbuhan tanaman yang optimal.

a. Tinggi Tanaman(TT)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan yang disertai dengan dan tanpa pencucian mempengaruhi TT secara nyata. Rata-rata tinggi tanaman akibat aplikasi Glirisidia, Urea dan kombinasinya yang disertai tanpa dan dengan pencucian disajikan pada Gambar 9.

0 50 100 150 200 250 2 3 4 5 6 7 8 9 T inggi T anam an ( cm ) 0 50 100 150 200 250 2 3 4 5 6 7 8 9 MST T inggi ta nam an ( cm ) 0N G1oG13 G1oU3

UoG1o UoG13 UoU3

Gambar 9. Tinggi tanaman jagung akibat aplikasi Glirisidia, Urea dan kombinasinya

tanpa pencucian (A) dan dengan pencucian (B) dari 3 sampai 8 MST A

Tinggi tanaman akibat aplikasi Glirisidia, Urea dan kombinasinya dalam tanah tanpa dan dengan pencucian membentuk kurva hampir linier terhadap waktu dari 3 sampai 8 MST, dengan sedikit cekung atau cembung pada empat MST dalam tanah tanpa pencucian (Gambar 9).

Pada perlakuan tanpa pencucian, aplikasi Glirisidia, Urea dan kombinasinya menghasilkan TT lebih beragam dibanding perlakuan dengan pencucian pada 3 sampai 6 MST. Namun, pada delapan MST baik pada perlakuan tanpa maupun dengan pencu-cian aplikasi pupuk menghasilkan TT yang cukup beragam. Pada delapan MST, aplikasi Glirisidia saat tanam dan tiga MST pada perlakuan tanpa pencucian memiliki TT nyata lebih tinggi daripada kontrol, sedangkan TT dalam tanah yang menerima perlakuan lainnya cenderung lebih tinggi daripada yang dihasilkan kontrol. Kontras dengan itu, pada perlakuan dengan pencucian perlakuan kontrol pada delapan MST memiliki TT yang paling rendah dan jauh lebih rendah dibanding TT yang dihasilkan perlakuan yang sama tetapi tanpa pencucian. Akibatnya, pada perlakuan dengan pencucian semua perlakuan pemupukan memiliki TT nyata lebih tinggi dibanding kontrol (Gambar 9B).

Semua perlakuan pemupukan baik pada perlakuan tanpa maupun dengan pencu-cian meningkatkan N mineral di dalam tanah (Tabel 3) dan meningkatkan serapan N jagung (Tabel 6). Dengan demikian mudah dipahami bila semua perlakuan pemupukan baik pada perlakuan tanpa maupun dengan pencucian memiliki TT yang lebih tinggi dibanding kontrol. Demikian pula dengan perlakuan kontrol dalam perlakuan dengan pencucian memiliki TT jauh lebih rendah dibanding perlakuan yang sama tetapi tanpa pencucian. Hal itu disebabkan pencucian telah menurunkan N mineral tersedia dalam tanah (Tabel 3), sehingga serapan N tanamannya juga lebih rendah (Tabel 6).

b. Berat Kering Tanaman(BKT)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan mempengaruhi BKT secara nyata. Berat kering tanaman akibat aplikasi Glirisidia, Urea dan kombinasinya dengan dan tanpa pencucian disajikan pada Gambar 10.

Pola pertumbuhan BKT dalam tanah yang menerima semua perlakuan pemu-pukan dari 3 sampai 8 MST pada tanah tanpa pencucian secara umum membentuk kurva sigmoid, kecuali perlakuan G1oG13 dan UoG1o sampai 8 MST belum meng-hasilkan titik belok pada kurva BKT (Gambar 10A). Dalam tanah dengan pencucian dari 3 sampai 6 MST membentuk pola yang mirip, namun dari 6 sampai 8 MST laju

pertumbuhan BKT masih meningkat tajam dan belum dihasilkan titik belok, kecuali perlakuan tanpa pemupukan N pada tujuh MST terbentuk titik belok (Gambar 10B).

0 15 30 45 60 75 90 2 3 4 5 6 7 8 9 B er at ke ri ng t ana m an ( g) 0 15 30 45 60 75 90 2 3 4 5 6 7 8 9 MST B er at ke ri ng t ana m an ( g) 0N G1oG13 G1oU3

UoG1o UoG13 UoU3

Gambar 10. Berat kering tanaman jagung akibat aplikasi Glirisidia, Urea dan

kombi-nasinya tanpa pencucian (A) dan dengan pencucian (B) dari 3 sampai 8 MST

Pada akhir pertumbuhan vegetatif (delapan MST) dalam tanah tanpa pencucian, semua perlakuan pemupukan memiliki BKT yang tidak berbeda nyata satu sama lain. Walaupun demikian, perlakuan G1oG13 memiliki BKT cenderung lebih tinggi dari-pada perlakuan lainnya. Sebaliknya dari-pada tanah dengan pencucian, semua perlakuan pemupukan meningkatkan BKT secara nyata dan perlakuan G1oG13 dan UoG13 memiliki BKT lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya (Gambar 10B).

A

Perlakuan G1oG13 dan UoG1o berisi aplikasi Glirisidia 20% dari dosis N saat tanam melepaskan NH4+ relatif tinggi pada satu MST. Lonjakan NH4+ tersebut diduga mempengaruhi keseimbangan kation-anion di dalam tanah yang mengganggu per-tumbuhan awal bibit yang ditunjukkan oleh BKT (Gambar 10B) dan BKA (Tabel 5) yang lebih rendah. Gangguan tersebut menyebabkan keterlambatan pertumbuhan awal tanaman dibanding perlakuan pemupukan lainnya. Namun pada enam MST perkem-bangan sistem perakarannya sudah lebih baik (Tabel 5), sehingga kadar N mineral tanah yang lebih tinggi (Tabel 3) justru menunjang laju pertumbuhan tanaman yang lebih tinggi. Pada delapan MST laju pertumbuhan BKT yang dihasilkan perlakuan lainnya sudah menurun sehingga terbentuk titik belok, sedangkan laju pertumbuhan BKT yang mengikuti perlakuan G1oG13 dan UoG1o masih tinggi, sehingga belum terbentuk titik belok.

Tanah yang digunakan memiliki N tersedia cukup tinggi, sehingga tanggap tanaman terhadap pemupukan yang disertai tanpa pencucian rendah. Walaupun demikian, pada delapan MST aplikasi Glirisidia dipisah (G1oG13) memiliki BKT lebih tinggi. Hal itu disebabkan sistem perakarannya berkembang baik (Tabel 5) sehingga serapan N tanamannya lebih tinggi daripada perlakuan lainnya (Tabel 6). Kondisi tersebut tentu saja berpengaruh terhadap pertumbuhan BKT yang lebih tinggi pula. Kontras dengan itu, BKT dalam tanah yang menerima aplikasi UoG1o cenderung lebih rendah dibanding perlakuan tanpa pemupukan. Hal itu disebabkan perlakuan UoG1o melepaskan NH4+ dan N-(NO3- + NO2-)tinggi sehingga mengganggu keseimbangan kation-anion dalam tanah dan mengganggu pertumbuhan tanaman. Kondisi itu ber-dampak pada keterlambatan pertumbuhan tanaman. Akibatnya, kurva BKT yang dihasilkan perlakuan UoG1o belum membentuk titik belok. Artinya dengan perpan-jangan waktu panen masih dimungkinkan untuk terjadi peningkatan BKT.

c. Berat Kering Akar (BKA)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan tidak mempengaruhi BKA secara nyata. Berat kering akar akibat aplikasi Glirisidia, Urea dan kombinasinya dengan dan tanpa pencucian disajikan pada Tabel 5.

Pada tanah tanpa pencucian, perlakuan pemupukan memiliki BKA yang lebih beragam dari 5 sampai 8 MST dibanding tanah dengan pencucian (Tabel 5). Pada delapan MST semua perlakuan pemupukan pada tanah tanpa dan dengan pencucian

memiliki BKA yang tidak berbeda nyata. Walaupun demikian, BKA dalam tanah yang menerima aplikasi Glirisidia, Urea dan kombinasinya yang disertai dengan pencucian cenderung lebih tinggi daripada perlakuan tanpa pemupukan N (Tabel 5).

Tabel 5. Rata-rata berat kering akar jagung (g) akibat aplikasi Glirisidia, Urea dan kombinasinya tanpa dan dengan pencucian.

P e m u p u k a n

Pengama-tan (MST) Pencucian

0N G1oG13 G1oU3 UoG1o UoG13 UoU3

3 Tanpa 0.49a† 0.46a 0.43a 0.36a 0.45a 0.48a Dengan 0.44b 0.38ab 0.32a 0.35ab 0.46b 0.36ab 4 Tanpa 0.87b 0.36a 0.89b 0.51a 0.53a 0.89b

Dengan 0.83b 0.60ab 0.67ab 0.44a 0.69ab 0.61ab 5 Tanpa 2.77b 1.40a 2.20b 1.14a 1.06a 2.28b

Dengan 2.41c 1.47ab 2.37c 1.41a 1.60ab 1.96bc 6 Tanpa 4.92ab 2.66a 4.31ab 2.70a 2.88a 5.81b

Dengan 3.95a 3.38a 5.82a 3.89a 3.04a 3.74a 7 Tanpa 12.31a 7.82a 9.40a 8.08a 11.82a 11.90a Dengan 8.83a 8.74a 9.28a 8.00a 9.53a 10.06a 8 Tanpa 23.91a 22.38a 17.60a 16.82a 16.15a 21.79a Dengan 14.11a 23.84a 20.32a 20.79a 22.87a 22.64a

† Baris yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf nyata 5%

Hubungan kondisi tanah dengan pertumbuhan sistem perakaran jagung telah banyak diteliti (Mengel dan Barber,1974; Barber, 1971; Logsdon et al., 1987; Maizlish

et al., 1980). Mereka menyimpulkan bahwa pertumbuhan akar dipengaruhi bobot isi,

suhu, oksigen, kelembaban tanah (Logsdon et al., 1987), dan hara N (Maizlish et al., 1980). Dengan demikian interaksi di antara faktor-faktor tersebut telah menghasilkan keragaman yang tinggi sehingga menyebabkan BKA dalam tanah yang menerima aplikasi Glirisidia, Urea dan kombinasinya yang disertai tanpa dan dengan pencucian tidak berbeda nyata satu sama lain. Walaupun demikian, pada tanah tanpa pemupukan N, pencucian tampaknya telah menyebabkan kekosongan N tersedia sehingga serapan N tanamannya juga lebih rendah dibanding perlakuan pemupukan lainnya (Tabel 6). Hal itu menyebabkan BKA yang mendapat perlakuan tanpa pemupukan N dengan pencucian jauh lebih rendah dibandingkan dengan tanah tanpa pencucian.

d. Serapan N Jagung

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan mempengaruhi serapan N jagung secara nyata. Serapan N jagung akibat aplikasi Glirisidia, Urea dan kombi-nasinya dengan dan tanpa pencucian disajikan pada Tabel 6.

Pada tanah tanpa pencucian, serapan N jagung akibat perlakuan G1oG13, UoG1o dan UoG13 pada empat MST lebih rendah, dan pada enam MST semua perlakuan

pemupukan tidak berbeda nyata satu sama lain, setelah itu cenderung lebih tinggi atau nyata lebih tinggi dibanding perlakuan tanpa penupukan N. Berbeda dengan itu, serapan N jagung dalam tanah yang menerima perlakuan pemupukan disertai dengan pencucian lebih tinggi daripada kontrol sejak enam MST (Tabel 6).

Tabel 6. Rata-rata serapan N jagung (mg) akibat aplikasi Glirisidia, Urea dan kombi-nasinya tanpa dan dengan pencucian dari 4 sampai 8 MST.

P e m u p u k a n

Pengamat-an (MST)

Pencu-cian 0N G1oG13 G1oU3 UoG1o UoG13 UoU3

4 Tanpa 156,2b† 69,6a 132,1b 69,4a 85,4a 150,4b Dengan 107,4b 97,1ab 123,1b 57,6a 109,6b 89,6ab 6 Tanpa 508,8a 512,5a 531,1a 570,8a 545,8a 549,6a

Dengan 353,3a 562,4ab 629,2b 532,8ab 521,4ab 505,9ab 7 Tanpa 777,7a 1176,6ab 1119,2ab 968,0ab 1247,5b 1081,4ab Dengan 542,6a 1193,6c 867,2b 907,5b 936,6b 629,8a 8 Tanpa 817,3a 1724,3b 1170,8ab 1366,7ab 1371,6ab 1224,4ab

Dengan 531,8a 1210,1d 881,7bc 1102,9cd 1235,7d 686,2ab

† Baris yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf nyata 5%

Pada akhir pertumbuhan vegetatif (8 MST), pada tanah tanpa pencucian serapan N jagung tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan G1oG13, sedangkan pada tanah dengan pencucian ditunjukkan oleh perlakuan G1oG13 dan UoG13. Walaupun pertumbuhan akar (BKA) dipengaruhi oleh banyak faktor sebagaimana dijelaskan pada bahasan tentang BKA, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan G1oG13 pada tanah tanpa pencucian dan G1oG13 serta UoG13 pada tanah dengan pencucian memiliki pertumbuhan sistem perakaran yang ekstensif. Sistem perakaran yang ekstensif tersebut dengan ditunjang oleh N tersedia yang tinggi (Gambar 8) telah menyebabkan kedua perlakuan tersebut memiliki serapan N jagung yang tinggi (Tabel 6)

Dokumen terkait