• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.3. Perubahan Permintaan

Ada suatu hal yang penting sekali untuk diperhatikan dalam perubahan permintaan yaitu perbedaan antara istilah permintaan dan jumlah yang diminta. Hal ini sering sekali menimbulkan kesalahpahaman, sebab kebanyakan orang menganggapnya sama. Sampai saat ini masih ada yang mengatakan ”bahwa naiknya harga sesuatu barang akan menurunkan permintaan akan barang itu” pernyataan itu salah, sebab dalam hal ini bukan permintaan (demand) berubah atau turun, tetapi adalah jumlah yang diminta (quantity demanded). Ada perbedaan yang jelas antara kedua istilah ini, timbul karena adanya perbedaan pengertian masalah perubahan atau gerakan kurva permintaan.

Perubahan permintaan dapat dibedakan dalam dua pengertian: 1. Gerakan sepanjang kurva permintaan (shift a long demand curve) 2. Gerakan seluruh kurva permintaan (shift of the demand curve)

Hal yang pertama menyebabkan terjadinya perubahan jumlah yang diminta sedangkan hal yang kedua menyebabkan terjadinya perubahan permintaan. Kondisi ini dapat dilihat pada kurva di bawah ini berikut:

Kurva 2.2 Perubahan Jumlah Yang Diminta

Kurva 2.2 menunjukkan perubahan permintaan sepanjang kurva. Terjadi bila harga barang atau jasa yang diminta berubah naik atau turun. Penurunan harga tersebut akan menaikkan jumlah yang diminta dan kenaikan harga barang atau jasa tersebut akan mengurangi jumlah yang diminta.

Kurva 2.3 Pergeseran Kurva Permintaan

Kurva 2.3 menunjukkan terjadinya pergeseran kurva permintaan ke kanan atau ke kiri disebabkan oleh perubahan permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-

P

P’

P”

P

Q

Dt Dt D D Qt Q Qn

0

Dn Dn Kurva Permintaan D

Q

Q’

D

Q”

faktor selain harga barang atau jasa tersebut. Permintaan bisa naik (kurva permintaan bergeser ke kanan menjadi Dn Dn) dan bisa juga turun (kurva permintan bergeser ke kiri Dt Dt). Pada gambar di atas jelas sekali terjadi adanya pergeseran kurva permintaan, yang disebut perubahan permintaan. (Sugiarto, dkk, 2000:34-35)

Ada banyak sebab mengapa kurva permintaan bergeser yakni: 1. tingkat pendapatan masyarakat (income)

2. citarasa atau selera masyarakat (taste)

3. harga barang lain khususnya harga barang-barang perlengkapan dan harga barang pengganti (price of related comodities)

Jadi dapat diambil suatu asumsi mengenai apa yang dimaksud dengan kenaikan dan penurunan permintaan, yaitu :

1. Permintaan dikatakan naik jika:

• Orang atau masyarakat bersedia membeli jumlah yang lebih banyak sekalipun harga barang itu tetap tak berubah.

• Orang atau masyarakat bersedia membeli jumlah barang yang tetap sekalipun harga barang itu sudah naik.

2. Permintaan dikatakan turun jika:

• Orang akan membeli jumlah yang lebih sedikit walaupun harganya tidak berubah.

• Orang akan membeli jumlah barang yang tetap sekalipun harga barang itu sudah turun.

Sehubungan dengan adanya perbedaan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan masing-masing variabel, maka pernyataan perubahan permintaan maupun jumlah

permintaan di atas berada dalam keadaan cateris paribus, yang berarti semua hal lain tetap.

2.2. ASURANSI 2.2.1. Defenisi Asuransi

Istilah Asuransi adalah istilah serapan dari bahasa Belanda assurantie, dalam bahasa Inggris assurance. Istilah lain berasal dari bahasa Belanda yang artinya sama dengan assurantie adalah verzekering, dalam bahasa Inggrisnya insurance. Di kalangan perguruan tinggi hukum, istilah-istilah tersebut diterjemahkan dengan “pertanggungan”. Tetapi di kalangan dunia usaha digunakan istilah serapan “asuransi”. Sekarang, baik istilah “pertanggungan” maupun “asuransi” dipakai secara resmi dalam perundang-undangan.

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Pasal 246 Asuransi atau Pertanggungan adalah suatu perjanjian, dimana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak tertentu. (Prof.Abdulkadir Muhammad,dkk, 2000:121)

Menurut Undang-Undang Nomor. 2 Tahun 1992, Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dimana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapakan, atau akan diderita tertanggung, yang

timbul dari suatu peristiwa yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. (Frianto Pandia,S.E, dkk, 2005:135)

2.2.2. Prinsip-Prinsip Asuransi

Agar usaha asuransi tidak menjadi spekulatif, ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi:

a) Insurable Interest

Insurable Interest maksudnya dapat dibuktikan secara hukum adanya hubungan antara pihak tertanggung dengan sesuatu yang dipertanggungkan. Sebuah mobil yang dipertanggungkan harus dapat dibuktikan secara hukum mempunyai hubungan yang sah secara hukum dengan pihak tertanggung. Hubungan yang paling kuat antara keduanya adalah kepemilikan. Artinya pihak tertanggung secara hukum dapat membuktikan sebagai pemilik mobil yang diasuransikan. b) Unmost Good Faith

Unmost good Faith berkaitan dengan kewajiban pihak penanggung dan tertanggung untuk menyampaikan informasi-informasi yang benar dan akurat tentang hal-hal yang terkait dengan atau memengaruhi pengambilan keputusan asuransi. Kepatuhan kepada prinsip ini menunjukkan itikad baik kedua pihak. Kewajiban memberikan informasi ini disebut duty of disclosure. Beberapa hal berikut adalah bentuk-bentuk pelanggaran terhadap prinsip ini:

1) Non Disclosure, tidak diungkapkannya suatu informasi karena tidak mengetahui atau karena informasi tersebut dianggap tidak penting.

2) Consealtment, kesengajaan memberikan informasi karena niat menyembunyikannya.

3) Fraudulent Misrepresentation, kesengajaan memberikan gambaran yang tidak sebenarnya.

4) Innocent Misrepresentation, ketidaksengajaan memberi gambaran atau keterangan yang salah tentang fakta materil.

c) Indemnity

Indemnity mempunyai makna mengembalikan kondisi financial tertanggung seperti pada sebelum terjadi kerugian. Pelaksanaan Indemnity dapat dilakukan dengan pembayaran tunai, penggantian, perbaikan, dan pembangunan kembali. d) Proximate Cause

Proximate Cause adalah sebab aktif, efisien yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa. Sebab aktif itu berlangsung independent, tanpa intervensi atau rekayasa.

e) Subrogation

Subrogation pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami suatu peristiwa kerugian. Seorang yang menjadi peserta program asuransi mobil berhak mendapat penggantian dari pihak asuransi atas kerusakan mobil akibat ditabrak mobil milik orang lain. Tetapi peserta program asuransi tersebut tidak berhak meminta ganti rugi kepada penabraknya; pihak asuransilah yang memiliki hak tersebut.

f) Contribution

Contribution (kontribusi) merupakan konsekuensi logis dari prinsip Indemnity. Pihak penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung lain yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut membayar ganti rugi kepada seorang tertanggung.

Beberapa penyebab unsur kontribusi adalah: 1. adanya dua atau lebih polis indemnity.

2. polis menutup kepentingan yang sama (Common Interest) 3. polis menutup resiko yang sama (Common Peril)

4. polis menutup kepentingan asuransi yang sama

5. masing-masing polis harus bertanggungjawab atas kerugian (Mandala Manurung, 2004:136)

2.2.3. Unsur-Unsur Asuransi

Berdasarkan defenisi yang telah dikemukakan di atas, maka dalam pengertian asuransi tersimpul unsur-unsur sebagai berikut: (Prof.Abdulkadir Muhammad,dkk, 2000:21)

1. Subjek Asuransi

Dalam setiap perjanjian asuransi selalu ada minimal dua pihak, yaitu penanggung dan tertanggung. Penanggung (insurer) adalah perusahaan asuransi yang berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT), atau Perusahaan Perseroan (Persero), atau Koperasi. Sedangkan tertanggung (the isnsured) dapat berupa manusia

perseorangan, badan hukum, perusahaan perseroan, perusahaan persekutuan, perusahaan badan hukum.

2. Perikatan atau Perjanjian

Antara penanggung dan tertanggung harus ada perikatan, baik karena perjanjian maupun karena ketentuan undang-undang. Perikatan antara penanggung dan tertanggung terjadi karena perjanjian, yaitu persetujuan bilateral saling mengikatkan diri secara bebas yang menimbulkan kewajiban dan hak masing-masing pihak. Penanggung wajib menerima pengalihan resiko dan berhak atas pembayaran premi, sedangkan tertanggung wajib membayar premi dan berhak menerima penggantian jika timbul kerugian. Ini terdapat pada asuransi kerugian dan asuransi jiwa, sifatnya sukarela (voluntary).

Perikatan antara penanggung dan tertanggung terjadi karena undang-undang, artinya undang-undang yang menentukan bahwa antara penanggung dan tertanggung telah terjadi asuransi. Dalam hal ini tidak ada kesepakatan pihak-pihak, melainkan kewajiban undang-undang. Ini terdapat pada asuransi sosial yang sifatnya wajib (compulasary).

3. Objek Asuransi

Objek asuransi dalam pengertiannya termasuk juga premi asuransi, jumlah uang ganti kerugian atau santunan yang dibayarkan kepada tertanggung. Pada asuransi kerugian, objek asuransi adalah harta kekayaan dan kepentingan yang melekat atas harta kekayaan. Pada asuransi jiwa, objek asuransi adalah jiwa manusia

yang menyatu dengan badannya. Pada asuransi sosial, objek asuransi adalah jiwa dan raga manusia.

4.Tujuan Asuransi

Secara umum, tujuan asuransi adalah memberikan perlindungan (protection) terhadap harta kekayaan, jiwa dan/atau raga manusia dari ancaman bahaya atau peristiwa yang tidak pasti dan sebelumnya tidak dapat diketahui akan terjadi.

5. Resiko dan Premi A.Resiko

Resiko (uncertainty) diartikan sebagai ketidakpastian yang mungkin menyebabkan suatu kerugian (loss) atau keuntungan (benefit). Resiko yang diasuransikan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerugian. Kerugian tersebut harus dapat diukur. Selanjutnya kemungkinan tersebut tidak dapat diperkirakan terjadinya. Misalnya saja kecelakaan diri tidak dapat ditentukan sebelumnya mengenai waktu akan terjadinya dan penyebabnya.

Ada beberapa karakteristik resiko yang dapat diasuransikan, yaitu: • Dapat dinilai dengan uang

• Harus bersifat murni, artinya bila terjadi akan mendatangkan kerugian, dan jika tidak terjadi akan berdampak netral, misalnya rumah jika terbakar akan mendatangkan kerugian dan jika tidak terjadi pemilik tidak rugi dan tidak untung. • Kerugian terjadi secara kebetulan dan tidak direncanakan

• Premi asuransi yang dikenakan cukup wajar

• Pihak yang mengasuransikan harus memiliki insurable interest (dapat dibuktikan secara hukum). (Juli Irmayanto, dkk, 2004:214)

B. Premi

Premi asuransi adalah sejumlah uang yang wajib dibayar tertanggung kepada penanggung setiap jangka waktu tertentu. Jumlah premi sangat tergantung pada faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya tingkat risiko dan jumlah nilai pertanggungan. Semakin besar risiko maka premi yang ditetapkan akan semakin tinggi. Pihak penanggung juga memperhitungkan nilai waktu uang yang dibayarkan oleh pihak tertanggung, semakin cepat jangka waktu asuransi maka premi akan semakin besar dan sebaliknya. Periodisasi pembayaran premi tergantung pada perjanjian yang sudah dituangkan di dalam polis asuransi. Periodisasi dapat bulanan, triwulan, semesteran, dan tahunan. (Y.Sri Susilo, dkk, 2000:210)

Macam-macam Premi

a. Premi Dasar: premi yang dibebankan kepada tertanggung pada saat pengeluaran polis.

b. Premi Tambahan: premi yang didapatkan bila terjadi perubahan data atau tambahan data tentang interest hal ini dapat menyebabkan tambahan premi.

c. Reduksi Premi: pengurangan jumlah premi karena biaya yang dikeluarkan dalam jasa pelayanan premi cukup banyak.

d. Tarif Kompeni: tarif yang digunakan oleh para anggota dari gabungan perusahaan asuransi pada saat penutupan asuransi.

e. Tarif Non Kompeni: tarif yang digunakan dalam menentukan besarnya premi bukan tariff yang disusun oleh gabungan tetapi yang ditentukan oleh penanggung untuk asuransinya. (Frianto Pandia,S.E, dkk, 2005:139)

6.Syarat-Syarat Khusus

Syarat khusus pada asuransi jiwa antara lain premi dibayar, asuransi jiwa berjalan, premi tidak dibayar, asuransi tidak berjalan. Dalam perjanjian asuransi sering dimuat janji-janji khusus yang berupa klausula polis. Maksud klausula tersebut adalah untuk mengetahui batas tanggung jawab penanggung dalam pembayaran ganti kerugian apabila timbul resiko.

7.Polis Asuransi

Polis merupakan bukti tertulis atau surat perjanjian. Menurut Pasal 255 KUHD pembuatan persetujuan mewajibkan penanggung untuk menandatangani polis dan menyerahkannya kepada tertanggung pada jangka waktu tertentu. Walaupun yang menandatangani hanya penanggung tetapi juga mengikat tertanggung. (Frianto Pandia,S.E,dkk, 2005:138)

Perusahaan asuransi menjual janji-janji yang dicantumkan dalam suatu kontrak yang dikenal dengan sebutan polis. Kontrak asuransi merumuskan kapan perusahaan asuransi akan membayar yang ditanggung dan jumlah yang akan dibayarkan. Akan tetapi, masalah pembuatan kontrak asuransi bukan hanya membuat konsep instrumen hukum. Penyusunan dokumen itu di dahului oleh analisis yang intensif terhadap perekonomian dan pertimbangan-pertimbangan teknis. Untuk

menentukan bukan saja apa jenis asuransi yang hendak dicantumkan, tetapi juga tarifnya, serta pembatasan-pembatasannya.

Bagi rata-rata pemegang polis, kontrak asuransi tampak panjang dan rumit. Kerumitan ini terutama disebabkan susunan kalimatnya yang khas mengikuti bahasa yang lazim dalam bidang hukum. Secara praktis kunci untuk memahami suatu polis adalah melakukan suatu analisis mengenai perjanjian pertanggungan yang lazim, pembatasannya, pengecualiannya, dan syarat-syaratnya. (Herman darmawi, 2000:11)

Polis asuransi memuat hal-hal sebagai berikut: • nomor polis

• nama dan alamat tertanggung • uraian resiko

• jumlah pertanggungan • jangka waktu pertanggungan • besar premi, bea materai, dll • bahaya-bahaya yang dijaminkan

• khusus untuk polis pertanggungan kendaraan bermotor ditambah dengan nomor polisi, nomor rangka dan nomor mesin kendaraan. (Y. Sri Susilo, dkk, 2000:209)

Fungsi Polis

1. Perjanjian pertanggungan

2. Sebagai bukti jaminan dari penanggung kepada tertanggung untuk mengganti kerugian yang mungkin dialami tertanggung

3. Sebagai pembayaran premi asuransi oleh tertanggung kepada penanggung sebagai balas jasa atas jaminan penanggung. (Frianto Pandia,S.E,dkk, 2005:138)

Macam-macam Polis

a. Polis Perjalanan: menjamin barang insurable interest selama perjalanan sampai di tempat.

b. Polis Pelabuhan: menanggung resiko yang mungkin menimpa kapal selama di pelabuhan.

c. Polis Waktu : pertanggungan yang berlaku selama jangka waktu tertentu.

d. Polis Veem: menanggung barang selama berada di gudang dari kemungkinan resiko rusak, terbakar, atau hilang. (Frianto Pandia,S.E,dkk, 2005:139)

2.2.4. Manfaat Asuransi

Beberapa manfaat asuransi bagi pihak tertanggung antara lain: 1) Rasa aman dan perlindungan

Polis asuransi yang dimiliki tertanggung akan memberikan rasa aman dari resiko atau kerugian yang mungkin timbul. Kalau resiko atau kerugian tersebut benar-benar terjadi

2) Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil

Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk menentukan nilai pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh pemegang polis secara periodic dengan memperhatikan secara cermat factor-faktor yang berpebgaruh besar dalam asuransi tersebut. Untuk mendapatkan nilai pertanggungan, pihak penanggung telah membuat kalkulasi yang tidak merugikan kedua belah pihak. Semakin besar nilai pertanggungan, maka semakin besar pula premi periodic yang harus dibayarkan oleh pihak tertanggung.

3) Polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit. 4) Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan

Premi yang dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang sama dengan tabungan, pihak penanggung juga memperhitungkan bunga atas premi yang dibayarkan dan juga bonus (sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak). 5) Alat penyebaran resiko

Resiko yang seharusnya ditangung oleh tertanggung ikut dibebankan juga kepada penanggung dengan imbalan sejimlah premi tertentu yang didasarkan atas nilai pertanggungan.

6) Membantu meningkatkan kegiatan usaha

Investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan resiko kerugian yang bisa diakibatkan oleh berbagai macam sebab (pencurian, kebakaran, kecelakaan, dan sebagainya). (Y. Sri Susilo, dkk, 2000:204)

Dari segi pemerintah/publik:

Perusahaan asuransi merupakan satu lembaga keuangan yang memberikan fasilitas untuk pembiayaan yang dapat dipergunakan dalam tahap pembangunan ekonomi Indonesia. Berdasarkan pada UU No 19/1960, ternyata bahwa sumbangan lembaga asuransi terhadap pembangunan ekonomi ialah:

a. Sebagai lembaga pembentukan modal (capital formation). b. Lembaga penabungan (saving) (A.Abbas Salim, 2000:26)

2.2.5. Jenis-jenis Asuransi A. Usaha asuransi

1. Asuransi kerugian atau Non Life Insurance

Asuransi kerugian yaitu usaha yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Di beberapa negara asuransi kerugian juga disebut sebagai general insurance karena lingkup usahanya yang sangat luas. Usaha asuransi kerugian dapat dibagi menjadi 3 yaitu: 1.Asuransi kebakaran,

2.Asuransi pengangkutan (marine insurance), dan

3. Asuransi aneka seperti asuransi kendaraan bermotor, asuransi kecelakaan diri, pencurian, uang dalam pengangkutan dan penyimpanan, kecurangan. (Y. Sri Susilo,dkk, 2000:210)

2. Asuransi Jiwa atau Life Insurance

Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.

Ruang lingkup usaha asuransi jiwa dapat digolongkan dalam 3 macam sebagai berikut:

1. Ordinary Life Insurance : Biasanya polis asuransi jiwa ini diterbitkan dalam suatu nilai tertentu dengan premi yang dibayar secara periodik (bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan).

2. Group Life Insurance: Asuransi jiwa yang biasanya dikeluarkan tanpa ada pemeriksaan medis atas suatu kelompok orang-orang di bawah satu polis di mana masing-masing anggota kelompok menerima sertifikat partisipasi.

3.Industrial Life Insurance: Dalam jenis asuransi ini dibuat dengan jumlah nominal tertentu. Premi umumnya dibayar mingguan yang dibayarkan di rumah pemilik polis kepada agen yang disebut debit agent.

Dalam asuransi jiwa risiko yang dihadapi ialah:

1.Risiko kematian yaitu jaminan untuk keturunan, seorang bapak kalau dia meninggal dunia sebelum waktunya atau dengan tiba-tiba, maka dengan mengasuransikan dirinya kepada perusahaan asuransi jiwa si anak tidak akan terlantar dalam hidupnya.

2.Hidup seseorang terlalu lama yakni jika seseorang yang telah mencapai umur ketuaan (old age) dan tidak mampu untuk mencari nafkah atau membiayai anak- anaknya, maka dengan membeli asuransi jiwa risiko yang mungkin diderita dalam arti kehilangan kesempatan untuk mendapat penghasilan akan ditanggung oleh perusahaan asuransi. (A.Abbas Salim, 2000:25)

Peranan Serta Tujuan Asuransi Jiwa:

a.Menentramkan kepala keluarga (suami/bapak), dalam arti memberi jaminan penghasilan, pendidikan apabila kepala keluarga tersebut meninggal dunia.

b.Dengan membeli polis asuransi jiwa dapat digunakan sebagai alat untuk menabung (saving).

c.Sebagai sumber penghasilan (earning power). Umumnya pada negara-negara maju, seseorang yang merupakan “kunci” dalam perusahaan akan diasuransikan

oleh perusahaan dimana ia bekerja. Hal ini perlu dilaksanakan mengingat pentingnya posisi yang dipegangnya. Banyak sedikitnya akan mempengaruhi terhadap kehidupan perusahaan yang sedang berjalan.

d.Menjamin pengobatan dan menjamin kepada keturunan jika yang mengasuransikan tidak mampu untuk mendidik anak-anaknya (beasiswa/ pendidikan).

3. Reasuransi

Reasuransi adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan atau asuransi dari asuransi. Reasuransi adalah suatu sistem penyebaran risiko dengan penanggung menyebarkan seluruh atau sebagian pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung yang lain. (Y. Sri Susilo,dkk, 2000:210)

B. Usaha penunjang

1. Pialang asuransi adalah usaha memberikan jasa perantara dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung.

2.Pialang reasuransi adalah usaha memberikan jasa perantara dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi.

3.Penilai kerugian asuransi adalah yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan.

4.Konsultan aktuaria adalah usaha memberikan jasa konsultan aktuaria.

5.Agen asuransi adalah pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung. (Y. Sri Susilo,dkk, 2000:210)

Dokumen terkait