Rincian ini dimaksudkan untuk melihat aksesbilitas keluarga terhadap listrik. Jumlah pada isian Rincian 501 tidak boleh melebihi Rincian 401.c.
Keluarga pengguna listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah keluarga yang menggunakan listrik dari PLN, ditandai dengan bukti tagihan (rekening) yang berasal dari PLN. Keluarga pengguna listrik nonPLN adalah keluarga yang menggunakan listrik yang ditandai dengan bukti tagihan selain dari tagihan PLN. Listrik NonPLN misalnya diesel/generator, listrik diusahakan oleh pemerintah daerah, listrik swadaya masyarakat, termasuk keluarga yang menyambung/menyantol listrik dari tetangga.
Rincian 502: Penerangan jalan utama desa/kelurahan
Rincian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai ada/tidaknya sarana penerangan dan jenis penerangan pada jalan utama desa/kelurahan.
Jalan utama adalah jalan yang dianggap oleh penduduk desa/kelurahan setempat sebagai yang paling penting dan utama untuk arus transportasi menuju kantor camat terdekat.
Catatan: penerangan jalan yang diusahakan/dibiayai oleh masyarakat atau perusahaan walaupun
sumbernya dari PLN dikategorikan sebagai listrik nonpemerintah.
Rincian 503: Bahan bakar yang digunakan oleh sebagian besar keluarga untuk memasak Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis bahan bakar untuk memasak oleh mayoritas keluarga di desa/kelurahan ini.
Gas kota adalah penggunaan gas bumi yang diperoleh dari perusahaan gas untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar untuk memasak keluarga seharihari.
Liquid Petroleum Gas (LPG) adalah bahan bakar berupa gas yang dicairkan yang merupakan
produk minyak bumi yang diperoleh dari proses distilasi bertekanan tinggi. Berasal dari beberapa sumber yaitu dari gas alam maupun gas hasil dari pengolahan minyak bumi (Light End). Lainnya seperti arang, sekam, tempurung, briket batu bara, biogas, dll. Catatan: apabila sebagian besar penduduk memasak dengan bahan bakar lebih dari satu jenis dan persentasenya sama, maka kode yang dipilih adalah kode yang terkecil. Rincian 504: Tempat buang air besar sebagian besar keluarga Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis tempat buang air besar oleh mayoritas keluarga di desa/kelurahan ini.
Jamban adalah tempat buang air besar yang tertutup, baik menggunakan tangki septik maupun tidak.
Jamban sendiri adalah jamban yang hanya digunakan oleh satu keluarga. Jamban bersama adalah jamban yang digunakan oleh dua keluarga atau lebih.
Jamban umum adalah jamban yang dapat digunakan oleh setiap warga desa/kelurahan yang bersangkutan maupun masyarakat lainnya.
Bukan jamban termasuk tempat pembuangan air besar yang penampungan akhirnya kolam/sawah, lubang tanah/tanah lapang/kebun, sungai/danau/laut, dan sebagainya.
Catatan: apabila sebagian besar keluarga menggunakan dua atau lebih jenis jamban dengan
persentase yang sama, maka kode jenis jamban yang dipilih adalah kode yang terkecil. Rincian 505.a: Tempat buang sampah sebagian besar keluarga
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis tempat buang sampah yang digunakan oleh sebagian besar keluarga di desa/kelurahan ini.
Tempat sampah adalah tempat/wadah yang digunakan untuk menampung sampah yang berlokasi di sekitar halaman atau pagar bangunan dan terbuat dari tembok atau drum atau ember atau lubang besar dan sejenisnya, baik tertutup maupun terbuka.
Tempat sampah, kemudian diangkut jika sampah ditampung sementara dalam wadah/tempat sampah yang kemudian sampah tersebut diangkut ke TPS atau langsung ke TPA.
Dalam lubang/dibakar jika sampah dibuang ke dalam lubang, baik lubang buatan maupun alamiah, atau sampah tersebut dibakar.
Sungai jika sampah dibuang ke kali/sungai.
Drainase (got/selokan) jika sampah dibuang ke dalam saluran got/selokan yang pada dasarnya berfungsi sebagai saluran air.
Lainnya misalnya sampah dikumpulkan kemudian dipakai sebagai bahan pembuatan kompos. Rincian 505.b: Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS)
Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) adalah tempat atau lahan yang digunakan sebagai penampungan pembuangan sampah yang bersifat sementara di desa/kelurahan sebelum diangkut ke tempat penampungan akhir (TPA).
Rincian 506.a: Sungai, saluran irigasi, dan danau/waduk/situ
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan dan penggunaan sungai, saluran irigasi maupun danau/waduk/situ yang melintasi desa/kelurahan ini.
Sungai adalah tempat, wadah dan jaringan air yang terbentuk secara alamiah dimulai dari mata air (hulu) sampai muara (hilir). Sungai yang dimaksud di sini termasuk anak sungai tetapi tidak termasuk kanal, saluran irigasi, sodetan.
Saluran irigasi (termasuk kanal dan sodetan) adalah kesatuan bangunan dan saluran untuk mengatur penyediaan, pengambilan, dan pembagian air irigasi. Kanal dan sodetan dimasukkan ke dalam kategori ini.
Danau adalah sebuah cekungan yang terbentuk secara alami yang terisi oleh air dari beberapa sumber seperti curahan hujan, sungai, dan air tanah. Situ merupakan danau yang berukuran relatif lebih kecil. Waduk adalah bendungan/penampungan aliran sungai untuk keperluan tertentu, misal pembangkit listrik, persediaan sumber air, irigasi, dsb.
Rincian 506.b: Penggunaan sungai, saluran irigasi, dan danau/waduk/situ
Isikan penggunaan sungai, saluran irigasi, dan danau/waduk/situ oleh masyarakat pada kotak yang tersedia. Penggunaan sungai, saluran irigasi, dan danau/waduk/situ meliputi: mandi/cuci, minum, pengairan/irigasi lahan pertanian, pariwisata atau rekreasi (misal adanya fasilitas wisata arum jeram, wisata Sungai Musi, dsb), dan transportasi. Kotak yang diarsir tidak boleh diisi. Rincian 507: Tuliskan nama sungai yang melintasi desa/kelurahan
Rincian ini bertujuan untuk mengetahui sungai yang melewati desadesa/kelurahankelurahan dari hulu sampai ke hilir. Tuliskan nama sungai yang baku dan sebutan lain (sebutan lokal dari penduduk setempat). Rincian ini diisi jika desa/kelurahan dilintasi sungai (Rincian 506.a berkode ‘1’).
Sungai yang melintasi desa adalah sungai yang alirannya melalui wilayah desa/kelurahan, termasuk juga sungai yang menjadi batas desa/kelurahan. Jika ada anak sungai yang tidak mempunyai nama, maka tuliskan nama dari sungai induk.
Rincian 508: Permukiman di bantaran sungai
Rincian ini diisi jika Rincian 506.a kolom (2) berkode ‘1’. Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya lokasi, bangunan rumah, dan keluarga yang bertempat tinggal di bantaran sungai.
Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang sungai, dihitung dari tepi sungai sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam (PP No.35 Tahun 1991 tentang Sungai). Jarak dihitung dari tepi sungai kurang lebih 15 meter.
Rincian 509.a: Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTET)
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya SUTET di desa/kelurahan ini.
SUTET adalah jaringan kawat beraliran listrik bertegangan lebih dari 500 KV untuk pendistribusian listrik lintas daerah.
Rincian 509.b: Keluarga yang bertempat tinggal di bawah SUTET
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya lokasi, bangunan rumah, dan keluarga yang bertempat tinggal di bawah SUTET.
Lokasi, jumlah bangunan rumah dan jumlah keluarga yang dicatat pada rincian ini adalah yang berada di bawah lintasan jaringan dan berjarak kurang lebih 20 meter (Permentamben No. 1.P/47/MTE/1992).
Gambar 2: Jaringan listrik tegangan tinggi
Rincian ini sebaiknya ditanyakan pada aparat desa dengan melakukan konfirmasi pada Ketua RT/RW yang wilayahnya mencakup daerah bantaran sungai tersebut.
Rincian 510: Permukiman kumuh
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah lokasi, bangunan rumah, dan keluarga yang bertempat tinggal di permukiman kumuh.
Permukiman kumuh (slum area) adalah wilayah permukiman dengan bangunan yang padat dan tidak layak huni, sanitasi lingkungan yang buruk dan padat penduduk. Permukiman kumuh biasanya berada di lokasi marjinal (tidak boleh dijadikan sebagai tempat tinggal) misalnya: bantaran sungai, pinggiran rel kereta api, sepanjang aliran drainase, di bawah jembatan (layang), pasar, dsb. Ciriciri umum permukiman kumuh antara lain:
1. Penduduk/bangunan sangat padat, 2. Banyak rumah yang tidak layak huni, 3. Sanitasi buruk.
Rincian 511: Pencemaran lingkungan hidup selama setahun terakhir
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah di desa/kelurahan yang didata dalam satu tahun terakhir terjadi pencemaran lingkungan, baik pencemaran air, tanah, maupun udara. Pencemaran lingkungan yang dimaksud merupakan persepsi aparat desa/kelurahan, namun demikian petugas harus menjelaskan konsep dan definisi agar mudah dipahami responden.
Pencemaran lingkungan hidup adalah sesuatu yang mengakibatkan perubahan terhadap lingkungan hidup (air, tanah, dan udara) baik langsung maupun tidak langsung yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia, yang biasanya terjadi dalam waktu yang lama. Gangguan ini bisa terjadi dengan sendirinya (proses alamiah) atau disebabkan oleh aktivitas manusia. Seperti yang ditimbulkan oleh limbah pabrik, pemakaian pupuk kimia pada tanaman, limbah keluarga/pasar/pertokoan/perkantoran, dan sebagainya.
Pencemaran lingkungan di suatu daerah ditunjukkan oleh adanya ketidaknyamanan manusia/penduduk terhadap kondisi/kualitas air, tanah, atau udara yang ada disekitarnya.
Contoh:
a. Pencemaran air;
tercemarnya air sungai akibat buangan pabrik, sampah keluarga/pasar/ pertokoan/perkantoran dan sebagainya. Air sungai menjadi hitam karena tumpukan sampah dan menyebarkan bau.
tercemarnya danau karena aktifitas pemeliharaan ikan karamba yang berlebihan sehingga airnya bila digunakan bisa menyebabkan rasa gatal dan menyebarkan bau amis.
b. Pencemaran tanah; kesuburan tanah menurun oleh berbagai sebab, rusaknya komposisi tanah akibat penambangan, penggalian, terkontaminasinya tanah karena bahan radio aktif di atasnya atau yang dipendam di dalamnya dan sebagainya.
c. Pencemaran udara meliputi debu/jelaga dari asap: pabrik, pembakaran gamping, kendaraan bermotor, letusan gunung; bau dari: peternakan, buangan limbah pabrik, penyamakan kulit; atau asap dari pembakaran hutan dan sebagainya.
Limbah keluarga adalah salah satu contoh dari limbah domestik yang merupakan limbah atau sampah yang sehariharinya dihasilkan akibat kegiatan keluarga.
Limbah pabrik/industri adalah salah satu contoh dari limbah nondomestik yang merupakan limbah atau sampah yang sehariharinya dihasilkan akibat kegiatan pabrik/industri.
Limbah lainnya, jika sumber pencemaran berasal dari selain keluarga dan pabrik/industri, misalnya pemakaian pupuk kimia yang berlebihan pada tanaman, terkontaminasinya air laut, SPBU bocor, dsb. Jika pada Rincian 511 Kolom (3) berkode ‘3’ maka pada masingmasing baris di kolom tersebut dituliskan sumber pencemaran lainnya.
Rincian 512.a: Kebiasaan membakar lahan di desa/kelurahan untuk memulai usaha pertanian selama setahun terakhir
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya kebiasaan membakar lahan yang dilakukan oleh masyarakat untuk memulai/mempersiapkan usaha pertanian.
Kebiasaan pembakaran lahan (termasuk hutan/ladang/kebun) adalah kebiasaan membakar lahan secara sengaja dengan maksud untuk memulai/mempersiapkan usaha pertanian. Jika di desa/kelurahan terdapat kebiasaan membakar lahan, maka isikan kode ‘1’. Jika di desa/kelurahan tidak terdapat kebiasaan membakar lahan, maka isikan kode ‘2’.
Rincian 512.b: Pembakaran lahan ini menyebabkan pencemaran lingkungan hidup
Rincian hanya ditanyakan jika Rincian 512.a berkode ‘1’. Tanyakan kepada responden apakah pembakaran lahan yang terjadi di desa/kelurahan tersebut menyebabkan pencemaran lingkungan hidup.
Rincian 513: Lokasi penggalian golongan C di desa/kelurahan ini
Lokasi penggalian adalah tempat dilakukan kegiatan penggalian golongan C, seperti: batu kali, pasir, kapur, kaolin, pasir kuarsa, tanah liat dan lainnya (batu koral, aspal, gips, dan gamping), baik yang kegiatannya aktif atau tidak, maupun yang memiliki surat perizinan atau tidak.
BLOK VI. BENCANA ALAM DAN PENANGANAN BENCANA ALAM