• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUSAHAAN SEBAGAI AKTOR GLOBALISASI: KISAH DARI JAMAN KE JAMAN

Dalam dokumen UMKM DAN GLOBALISASI EKONOMI (Halaman 58-65)

UMKM dan Globalisasi Ekonom

3. PERUSAHAAN SEBAGAI AKTOR GLOBALISASI: KISAH DARI JAMAN KE JAMAN

Berkaitan dengan perusahaan maka globalisasi dapat diartikan adanya keterkaitan antara perusahaan-perusahan diseluruh dunia. Sejak sepuluh tahun terakhir, gejala globalisasi semakin menguat. Muncul perusahaan- perusahaan multinasional sebagai aktor utama globalisasi. Perusahaan- perusahaan ini tidak mengenal batas negara. Pada tahun 2000 terdapat 63.000 perusahaan multinasional (Multi National Corporation/MNC) dengan 220 negara pemodal. Merekalah aktor utama dari skenario20.

MNC memang berbeda dari perusahaan biasa yang didirikan oleh sekelompok orang, entah karena hubungan kekerabatan atau karena perkawanan. Dalam korporasi, digabungkan modal dari banyak orang yang tidak kenal satu sama lain, lewat penjualan saham. Di situ dengan jelas dipisahkan antara kepemilikan (ownership) dan pengelolaan (management). Korporasi memang mempunyai keunggulan dibandingkan bentuk perusahaan lain, karena ia mampu menggalang dana yang tak terbatas dari masyarakat. Tidak heran jika “korporasi” menarik banyak pengusaha yang ingin mengadakan ekspansi dalam usahanya.21

Dalam sejarahnya, korporasi bukanlah hal yang baru. Ia telah dikenal sejak abad ke-16. Pada 1564, misalnya, didirikan Bank Medici di Florence pada abad ke-16, The Company of the Mines Royal, yang dibiayai dengan 24 helai saham yang dijual £1.200 per lembarnya. Pada tahun 1688, di Inggris terdapat 15 korporasi dan jumlah ini terus meningkat pada abad ke-17.

Pada tahun 1825 bermunculan korporasi dalam jumlah besar di Amerika Serikat, setelah memisahkan diri dari Inggris. Antara 1781 dan 1790 jumlah korporasi meningkat 10 kali lipat, dari 33 menjadi 328.

Sejak abad ke-16 hingga abad ke-18 dikenal adanya perusahaan dagang seperti East Indian Trading Company didirikan pada tahun 1600 oleh Queen Elizabeth; The African Company didirikan tahun 1619; The South See Com- pany didirikan tahun 1711; The Virginia Company didirikan tahun 1609; The Massachusetts Bay Company didirikan tahun 162922. Di benua Asia,

East India Company pada tahun 1615 didirian di India 23.

Indian Company atau VOC.24.

Sementara itu ada kenaikan dramatis jumlah MNC di dunia. Pada abad ke-17 ada sekitar 500 MNC (sekurangnya dalam bentuk prototipe), pada abad ke-19 naik menjadi 1.500, memasuki abad ke-20 sudah menjadi 2.500. Di awal Perang Dunia I (1914) terdapat 3.000, selang 55 tahun kemudian melonjak dua kali lipat menjadi 7.258. Seperti diutarakan di atas, tahun 1980-an adalah tahun suburnya MNC. Pada tahun 1988 tercatat 18.500 MNC, belum sampai 10 tahun angka itu sudah melambung menjadi 59.902. Pada tahun 2000 ada 63.000 MNC. Begitu pula dalam hal jumlah negara yang menjadi asal (home) atau penerima (host) bertambah dari 62 negara pada 1900 menjadi 220 negara pada tahun 200025.

Mereka beroperasi dalam lingkungan wilayah empire dan menjalankan perdagangan ke seluruh dunia. Bahkan mereka juga giat dalam menjalankan produksi. Namun, kesemuanya itu belum diperhitungkan sebagai MNC dalam arti yang kita punyai sekarang, bukan hanya karena faktor kecepatan, tetapi juga kegiatan perdagangan mereka pada umumnya terbatas pada produk-produk mewah dan merupakan bagian kecil dari kegiatan ekonomi dunia. Sebagaimana dihitung oleh Kuznets (1967), ekspor dunia pada awal abad ke-19 itu hanya menduduki 1-2 persen dari GDP dunia. Kecuali itu dapat dianggap sebagai prototipe dari MNC (MNC di sini dipahami sebagai korporasi yang tidak hanya terlibat dalam perdagangan di seluruh dunia, tetapi juga investasi di tingkat global. Bahkan tidak hanya memiliki kekayaan (asset) di mancanegara, tetapi juga ikut masuk dalam kegiatan yang bersifat

value-added di mancanegara.26)

Kendati terjadi perkembangan yang sangat pesat, ruang gerak korporasi masih terbatas. Pada umumnya, sampai abad ke-19, korporasi bergerak di bidang pembangunan rel kereta api, sebuah bidang usaha yang amat menjanjikan pada masa itu. Ini terjadi baik di Inggris maupun di Amerika Serikat. Hal ini dapat dimaklumi karena pembangunan rel kereta api membutuhkan modal amat besar yang tidak mungkin dibiayai oleh sekelompok orang saja. Pada akhir abad ke-19, korporasi mengalami mutasi yang luar biasa yang membuatnya semakin perkasa.

Jersey dan Delware mengambil langkah dramatis dengan menghilangkan berbagai restriksi pada korporasi. Misalnya, dengan dihapuskannya peraturan yang memerintahkan bisnis harus mempunyai tujuan yang didefiniskan secara sempit, hanya boleh hidup untuk jangka waktu tertentu, dan beroperasi di wilayah tertentu. Hapusnya peraturan ini membuat korporasi seakan mendapat tambahan sayap besar dengan jarak jelajah wilayah yang besar dan waktu yang tidak terbatas. Bukan hanya itu, peraturan yang mengatur merger dan akuisisi juga diperlonggar, sehingga memungkinkan terjadinya monopoli27

Perhatian kepada perkembangan korporasi di Eropa dan di Amerika Serikat memang tak terelakkan jika orang ingin mengetahui latar belakang historis pertumbuhan korporasi global karena di dua wilayah bumi inilah korporasi bermula dan kemudian menyebar. Perusahaan-perusahaan Eropa dan Amerika, jauh sebelum mendapat saingan serius dari Jepang, berkembang menjadi besar dan kemudian ke luar dari batas wilayahnya untuk menjelma menjadi multinational corporations atau MNC.28

Para sejarawan sepakat bahwa MNC dalam arti di atas muncul pada akhir abad ke-19, terutama di bidang pertambangan dan pertanian. Pada masa yang dikenal dengan sebutan “Gold Standard” (1870-an sampai Perang Dunia I), muncul korporasi-korporasi yang mengumpulkan modal di dalam negeri dan menanamkannya di mancanegara. Pada tahun 1914, Inggris sebagai negara yang paling maju pada waktu itu menyumbang 45 persen dari total penanaman modal asing dunia, disusul oleh Amerika Serikat (14 persen), Jerman (14 persen), Prancis (11 persen), Belanda (5 persen). Umat manusia kemudian terjerumus dalam dua kali perang dunia, dan sekali “depresi besar,” yang menyebabkan kegiatan bisnis internasional amat terganggu.

Tahun 1945 sering dilihat sebagai tahun pembatas, seiring dengan berakhirnya Perang Dunia II. Setelah tahun ini muncul sebuah percepatan luar biasa dalam kegiatan ekonomi internasional, bertepatan dengan bangkitnya ekonomi di seluruh dunia dalam rangka ke luar dari reruntuhan perang. Kalau pada akhir abad ke-19 Inggris menjadi pemimpin dan pelopor dalam hal MNC, maka pada masa sesudah Perang Dunia II peran itu diambil alih oleh Amerika Serikat. Menurut catatan, pada tahun 1967 perusahaan-

perusahaan Amerika menguasai lebih dari separo (53,8 persen) dari total penanaman modal asing dunia. Sebagian besar perusahaan Amerika bergerak di bidang pertanian dan pertambangan, terutama industri minyak.

Uraian di atas membeberkan perkembangan MNC menurut ukuran dan menurut wilayah asal usul. Bagaimana dengan perkembangan MNC menurut bidang usaha?

Buku Global Inc., yang memetakan MNC di seluruh dunia membagi gerak MNC dalam tiga kelompok besar: (1) Korporasi di bidang industri, (2) Korporasi di bidang teknologi informasi, (3) Korporasi di bidang jasa. Kelompok-kelompok ini masih dapat dirinci lagi.

Nampak bahwa MNC telah menguasai seluruh bidang kehidupan manusia. Dari kebutuhan rumah tangga hingga kebutuhan kantor, semua dapat dipenuhi oleh MNC yang pada saat ini berjumlah sekitar 63 ribu. Kalau dirinci, maka makanan, pakaian, perumahan, obat-obatan, bahkan hiburan oleh MNC telah dimasukkan dalam cakupan operasi mereka. Begitu juga kebutuhan transportasi dan komunikasi saat ini tidak mungkin melepaskan diri dari MNC.

Namun, kehadiran MNC sendiri juga menimbulkan dampak selain distribusi barang dan jasa, yaitu ekonomi, sosial, maupun politik. Sekurang- kurangnya ada tujuh wilayah yang terkena dampak MNC: (1) Gaji dan pekerjaan, (2) Pajak, (3) Teknologi, (4) Modal, (5) Kebudayaan, (6) Lingkungan dan (7) Standardisasi.

Di bidang tenaga kerja, misalnya, MNC dan anak perusahaannya diduga mempekerjakan paling sedikit 90 juta orang, bahkan bisa mencapai 200 juta orang jika memperhitungkan mereka yang dipekerjakan secara tidak langsung29

Meskipun diakui bahwa MNC memberi gaji yang tinggi, tempat kerja yang aman dan juga benefit yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan lokal, tapi MNC juga kerap dituduh karena mempekerjakan orang dalam sweatshops (tempat kerja yang tidak nyaman dan tidak aman),

dengan gaji yang sedemikian kecil sehingga muncul eksploitasi.

Contoh lain, yaitu dampak pada lingkungan. Banyak MNC yang terlibat dalam kegiatan industri yang dapat mencemari lingkungan seperti pertambangan, kehutanan, listrik, dan petrokimia. MNC dipandang sebagai sumber dari limbah beracun dunia (di Amerika Serikat dua pertiga dari limbah beracun berasal dari perusahaan kimia). Karena penebangan kayu gelondong dan penggalian tambang-tambang mereka menyebabkan penggundulan hutan, polusi sungai dan air tanah, mendangkalnya sungai dan penampungan air, dan tentu saja merusak keindahan alam.

Banyak sekali studi telah dilakukan bahwa di samping manfaat yang ditimbulkan oleh MNC, masih lebih banyak dampak negatif yang ditimbulkan. Ketegangan dengan negara-negara yang didatangi oleh MNC (host country) pun tidak terelakkan, bahkan juga dengan negara asal (home country). Pada banyak kesempatan malah terjadi konflik berkepanjangan. Dalam perkembangannya, MNC tidak hanya masuk dalam hubungan konfliktual dengan negara, tetapi juga dengan organisasi internasional atau International Governemtal Organizations seperti PBB serta International Non-governmental Organizations (dalam bahasa Indonesia lebih dikenal Lembaga Swadaya Masyarakat) yang mencoba untuk meredam sepak terjang MNC itu.

Dalam catatan Benjamin C. Fishman ada beberapa MNC yang terlibay kasus Hak Asasi Manusia (HAM) diantaranya30:

1) Kelompok Masyarakat Ecuador menuntut Texaco pada tahun 1993. 2) Tom Beanal, seorang pemimpin Masyarakat Amungme Papua Barat, pada

tahun 1996 menuntut Freeport-McMoRan

3) Kasus Chevron yang dituntut oleh warga Nigeria di Niger Delta pada tahun 1999.

4) Penghuni Pulau Bougainville di Papua New Guinea (PNG) menuntut Rio Tinto pada tahun 2000.

5) The United Steelworkers Union dan the International Labor Rights Fund menuntut the Coca-Cola Company dan dua Perusahaan Botol Amerika Latin– Bebidas y Alimentos dan Panamerican Beverages, Inc. (Panamco)– pada July 2001.

6) Pada tahun 2001, sebelas warga desa di Propinsi Aceh menggugat Exxon- Mobil

7) April 2007, Wang Xiaoning dan Wang’s wife, Yu Ling menuntut Yahoo! Melalui US Federal Court di California.

Namun berbagai macam konflik ini tidak menyurutkan MNC untuk terus beroperasi untuk mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya. Ada dua strategi yang dipakai oleh MNC. Pertama, MNC dapat menggunakan strategi yang dipakai oleh layaknya sebuah kekuatan politik, yaitu ancaman (threat). Jika sederetan syarat yang diminta oleh MNC tidak dipenuhi, maka MNC dapat mengancam akan ke luar dari negara atau wilayah tertentu. Hal ini dapat dilakukan karena MNC dapat memindahkan perusahaannya di tempat mana pun di dunia (foot-loose industries).

Aspek ekonomi kini telah menggusur perbincangan bidang politik, agama, etka, norma, budaya, nilai-nilai, keluarga dan esetika. Pembicaraan tentang pera negara, kewajiban negara dalam pembangunanpun mulai menyusut. Dominasi kapitalisme global saat ini terbentuk melalui pengorganisasioan produksi, pendanaan dan perdagangan modern yang tampak kurang dikuasi oleh bangsa indonesia dan negara berkembang pada umumnya.31

dalam masalah perdagangan internasional. Pada dasarnya ide harmonisasi atas hukum nasional dan hukum internasional telah terjadi sejak dahulu, namun kemudian dikodifikasi oleh negara-negara eropa di abad 19 dan 20 dalam bentuk kolonialisme. Namun perbedaan yang ada pada hukum nasio- nal terkadang menjadi kendala untuk diadakannya hubungan perdagangan internasional.32

Para ahli hukum juga sependapat bahwa banyak sekali masalah yang disebabkan oleh kurangnya informasi dan penyatuan aturan hukum yang dapat mengatur perdagangan internasional. Biasanya dalam memformulasi- kan hukum perdagangan internasional digunakan konvensi-konvensi inter- nasional. Penggunaan konvensi ini dikarenakan mengikat secara alamiah dan hanya memerlukan ratifikasi untuk keseragaman hukum para anggo- tanya.

Saat ini kita tengah berada di abad kapitalisme. Di seantero jagad dunia ini tidak ada yang terbebas dari cengkeramannya, termasuk Indonesia tentu- nya. Sesungguhnya setiap manusia yang tinggal di atas muka bumi ini sudah bisa melihat, memahami dan merasakan bagaimana dampak yang ditimbul- kan oleh “ulah” kapitalisme global ini. Tidak perlu dengan kuliah di fakultas ekonomi yang tinggi, mereka yang tidak “melek” huruf-pun akan langsung bisa menjawab ketika ditanya tentang wajah ekonomi yang berlangsung saat ini, walaupun tidak bisa memberikan istilah yang tepat untuknya.

Semua orang langsung dapat “mendeteksi”, bahwa ada ketidakberesan dari tata ekonomi yang berlangsung saat ini. Sangat nampak, bahwa wajah ekonomi saat ini terus berjalan menuju kepada dua kutub yang sangat berlawanan. Satu kutub telah membawa mereka yang kaya menjadi semakin kaya, sedangkan kutub yang lain terus menyeret mereka yang miskin menjadi semakin miskin dengan jumlah yang terus membengkak.33

4. EKSISTENSI UMKM DALAM GLOBALISASI EKONOMI: PELUANG ATAU

Dalam dokumen UMKM DAN GLOBALISASI EKONOMI (Halaman 58-65)