• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perwujudan Pandangan Dunia Zola melalui Tokoh utamanya

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.4.4 Perwujudan Pandangan Dunia Zola melalui Tokoh utamanya

Dalam roman Germinal, Zola menunjukkan cara pandangnya terhadap dunia. Dia melihat bahwa di dunia ini selalu ada pertentangan antar kelas sosial yang mempunyai kepentingan berbeda. Kebenciannya melihat ketidakadilan itu diwujudkan melalui tokoh Etienne. Etienne digambarkan sebagai tokoh yang sosialis yang memperjuangkan hak-hak orang yang tertindas. Keberadaan Etienne sebagai seorang sosialis dalam kutipan :

(67) Désormais, Etienne était le chef incontesté. Dans les conversations du soir, il rendait des oracles, à mesure que l'étude l'affinait et le faisait trancher en toutes choses. Il passait les nuits à lire, il recevait un nombre plus grand de lettres; même il s'était abonné au Vengeur, une feuille socialiste de Belgique, et ce journal, le premier qui entrait dans le coron, lui avait attiré, de la part des camarades, une considération extraordinaire. (Ger/1885/305)

Untuk selanjutnya, Etienne menjadi pimpinan yang diakui sepenuhnya. Di dalam setiap percakapan di sore hari, dia selalu berbicara dengan penuh wibawa, pengetahuan yang di dapat semakin memperjernih pemikirannya dan membuatnya bisa memutuskan segala sesuatu. Dia melewatkan malam hari dengan membaca, dia menerima banyak surat ; dia berlangganan Vengeur sebuah surat kabar sosialis dari Belgia dan surat kabar ini telah menarik hatinya semenjak pertama kali masuk ke pemukiman, oleh sebagian rekan-rekannya, hal ini dianggap sebagai hal yang luar biasa.

Keinginan Etienne adalah untuk membebaskan masyarakat kelas bawah dari kelaparan dan penderitaan. Dia tidak melihat jawaban yang tepat mengapa uang selalu menjadi pemegang kekuasaan. Seperti dalam kutipan berikut :

(68) Etienne regardait, et le sang lui remontait au coeur. Si les ouvriers souffraient la faim, la Compagnie entamait ses millions. Pourquoi serait-elle la plus forte, dans cette guerre du travail contre l'argent? En tout cas, la victoire lui coûterait cher. (Ger/1885/315)

Etienne memandang, dan darahnya seolah-olah naik hingga ke hatinya. Jika para buruh menderita kelaparan, la Compagnie menggerogoti uang jutaannya. Mengapa La Compagnie menjadi yang terkuat dalam peperangan antara kerja dan uang ? Dalam hal ini, betapa mahalnya arti sebuah kemenangan.

Zola memandang manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki hak hidup yang sama. Hubungan mereka sebagai sesama makhluk tuhan inilah yang menjadi alasan Zola untuk menentang penindasan. Ia menyatakan bahwa penindasan terjadi karena karakter manusia yang berbeda-beda. Sebagai penulis roman naturalis, Zola melihat melihat bahwa karakter seseorang terbentuk karena pengaruh seperti kondisi fisiologis, pengaruh lingkungan dan berbagai kondisi lainnya. Tokoh-tokoh Zola dalam Germinal seringkali bersifat impulsif, tokoh yang selalu mengikuti dorongan hatinya sendiri dan kelihatan menderita dari penampilan luarnya. Tokoh-tokoh Zola dalam Germinal yaitu sekumpulan sekumpulan buruh tambang. Tindakan yang mereka lakukan muncul dari dendam yang tersimpan lama. Mereka menjadi emosional dan tidak mau lagi mematuhi pimpinan mereka. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang memaksa mereka berubah menjadi orang yang kejam. Seperti dalam kutipan berikut :

(69) Personne, du reste, n'obéissait plus à Etienne. Les pierres, malgré ses ordres, continuaient à grêler, et il s'étonnait, il s'effarait devant ces brutes

démuselées par lui, si lentes à s'émouvoir, terribles ensuite, d'une ténacité féroce dans la colère. (Ger/1885/483)

Selain itu, tak seorangpun mematuhi Etienne. Meskipun dia sudah melarangnya, tetapi mereka terus melemparkan batu dan dia hanya

tercengang, dia sangat bingung membiarkan kekacauan itu berlalu begitu saja di hadapannya, mereka yang semula bersikap tenang menjadi

mengerikan, kekuatan ganas muncul karena kemarahan mereka.

Hal ini juga berlaku untuk para wanita penambang. Mereka yang biasanya bersikap lemah lembut dan menerima keadaan, berubah menjadi algojo kejam karena penderitaan yang terlalu menekan mereka. Seperti dalam kutipan berikut : (70) Tout de suite, les huées recommencèrent. C'étaient les femmes qui se

précipitaient, prises de l'ivresse du sang. - Il y a donc un bon Dieu! Ah! cochon, c'est fini! Elles entouraient le cadavre encore chaud, elles l'insultaient avec des rires, traitant de sale gueule sa tête fracassée, hurlant à la face de la mort la longue rancune de leur vie sans pain. (Ger/1885/498)

Tiba-tiba terdengar kembali teriakan-teriakan. Ternyata para wanita ikut terjun bergabung, seolah-olah haus darah. Tuhan memang benar-benar baik ! Ah ! mati kau, bajingan ! Mereka mengelilingi mayat yang baru saja jatuh itu, menghinanya dengan tawa, memperlakukan dengan buruk kepalanya yang pecah, berteriak-teriak di depan mayat itu, melampiaskan dendamnya akan kelaparan yang telah tersimpan lama.

Etienne pun tak luput dari kesalahan, rasa bangga yang berlebih muncul dari diri Etienne ketika dia merasakan kepopularitasannya. Ia melihat seolah-olah dunia ada di dalam genggaman tangannya. Seperti dalam kutipan berikut :

(71) Ce jour-là, il avait tenu sa popularité dans ses deux mains, ce peuple lui appartenait, il s'en était senti le maître. Des rêves fous le grisaient alors: Montsou à ses pieds, Paris là-bas, député peut-être, foudroyant les bourgeois d'un discours, le premier discours prononcé par un ouvrier à la tribune d'un Parlement. Et c'était fini! Il s'éveillait misérable et détesté, son peuple venait de le reconduire à coups de briques. (Ger/1885/603)

Hari itu dia merasa kepopularitasannya berada di kedua tangannya, masyarakat menjadi miliknya, dia merasa menjadi penguasa, impian-impian

gila mengalir begitu saja : Montsou berada di bawah kakinya, Paris di depannya, mungkin dia bisa menjadi wakil rakyat, melemahkan kaum borjuis melalui pidatonya, pidato pertama yang diucapkan oleh seorang buruh di mimbar parlemen. Dan tiba-tiba semuanya berakhir begitu saja. Dia merasa hina dan dibenci, orang-orangnya dating membawakannya kembali seonggok batubara.

Etienne melihat bahwa untuk mengubah kondisi sosial masyarakat, mereka harusmencari strategi yang bijaksana. Dia telah melewati berbagai pertimbangan dalam melancarkan perjuangannya, tetapi dia masih saja dipersalahkan atas kematian banyak penambang yang kemudian membencinya. Seperti dalam kutipan berikut :

(72) Salaud! cochon! espèce de mufle!... Attends, tu as mes pauvres bougres d'enfants à me payer, il faut que tu y passes! Il ramassa une brique, la cassa, en lança les deux morceaux. (Ger/1885/601)

Kurang ajar ! bajingan ! orang tidak tahu adat ! … Tunggu saja, kamu berhutang nyawa atas diri anak-anak kami, kamu harus bertanggung jawab ! Laki-laki itu memungut seonggok batubara, memecahkannya, kemudian melemparinya pada Etienne dengan 2 potong batubara.

Cara pandang Zola sebagai seorang sosialis yang lebih menyukai jalan damai terlihat dari tokoh Etienne dan Rasseneur. Keberadaan Souvarine yang anarkis menjadi pembanding atas 2 cara pandang yang berbeda. Souvarine mempunyai tujuan yang sama dengan Etienne dan Rasseneur, tetapi sikapnya memberlakukan jalan kekerasan untuk mengubah dunia jelas bertentangan dengan sikap Etienne.

Dalam roman ini, Zola mengungkapkan keinginannya untuk melakukan pembaharuan sosial. Dia tidak puas akan kesengsaraan yang terjadi pada masyarakat kelas bawah. Sebagai seorang yang naturalis-sosialis, Zola menginginkan kondisi sosial yang lebih baik bagi masyarakat proletar. Hal ini

terlihat dari tokoh Etienne, ia berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat kelas bawah. Ia melihat bahwa dunia berlaku tidak adil terhadap mereka dan selalu memenangkan uang dalam setiap pertentangan . Oleh karena itu ia berusaha mengubah dunia tidak hanya dari kaum borjuis atau kaum proletar saja, tetapi juga pemerintahan yang tidak memperdulikan situasi saat itu. Keseluruhan pandangan dunia Zola sebagai tokoh naturalis-sosialis sepenuhnya terlihat pada isi cerita secara keseluruhan. Perjuangan dan berbagai gambaran Zola akan penderitaan menunjukkan dengan jelas apa yang ada di dalam pikiran Zola dan keinginannya untuk menolong masyarakat dari kelas bawah.

4.5 Dialektika

Dalam roman Germinal, peneliti berusaha memunculkan metode dialektika tersebut. Kemunculan thesis pertama oleh kapitalisme. Kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang didasarkan atas kepemilikan pribadi yaitu, penguasaan alat-alat produksi seperti industri dan sumber daya alam atau modal dan melibatkan kaum buruh untuk dijadikan sebagai pekerja dalam mengembangkan modalnya. Tujuan dari kapitalisme adalah uang yang artinya mengumpulkan pundi-pundi uang untuk kaum borjuis sebagai kaum pemilik modal. Untuk menjaga dan mempertahankan kekayaannya, kaum borjuis mempertahankan watak kapitalisme melelui eksploitasi dan akumulasi.

4.5.1 Kapitalisme

Dokumen terkait