• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASA

6. Peserta Didik

Setelah peneliti mewawancarai peserta didik SMP N 21 Bandar Lampung, agar peneliti mendapatkan data yang valid, maka peneliti juga mewawancarai guru pendidikan agama Islam SMP N 21 Bandar Lampung, terkait dari hasil wawancara kepada guru pendidikan agama Islam menyatakan bahwa:

1. Guru pendidikan agama Isam kelas VII telah mengajar di SMP N 21 Bandar Lampung dari tahun 2008.

2. Kondisi peserta didik kelas VII E ketika proses pembelajaran baik. 3. Peserta didik hanya 50% yang aktif ketika proses pembelajaran.

4. Peserta didik memiliki hasil belajar 35% tinggi, 30% sedang, dan 35% rendah. 5. Peserta didik kurangnya minat belajar ketika proses pembelajaran.

11

6. Guru pendidikan agama Islam menggunakan motede ceramah ketika proses pembelajaran.

7. Guru pendidikan agama Islam belum pernah menerapkan strategi Quantum Quotient ketika proses pembelajaran.

8. Guru pendidikan agama Islam memberikan tugas-tugas yang berkenaan dengan materi yang diajarkan dan memanfaatkan teknologi, agar meningkatnya hasil belajar peserta didik.

Dapat disimpulkan dari hasil wawancara kepada guru pendidikan agama Islam dalam proses belajar mengajar masih menggunakan metode ataupun strategi pembelajaran yang konvensional, seperti metode ceramah. Oleh karena itu peneliti ingin menerapkan metode ataupun strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik seperti strategi quantum quotient, strategi quantum quotient menggunakan teknik menghafal cepat yaitu dengan cara menghafal dengan menyanyi dan menghafal dengan ringkasan.

Berdasarkan pra survei yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 20 Agustus 2016, maka peneliti menyajikan data nilai ulangan harian I peserta didik di sekolah, bidang studi pendidikan agama Islam kelas VII E SMP Negeri 21 Bandar Lampung semester ganjil, tahun ajaran 2016/2017, sebagai berikut:

Tabel I

Data Nilai Ulangan Harian I Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Peserta Didik Kelas VII E SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017

No Nama KKM Nilai Keterangan

1 Ahmad Aditya Saputra 75 66 Mencapai KKM

2 Aisyah Safitri I. 75 66 Belum Mencapai KKM

3 Anggi Dwi Lestari 75 52 Belum Mencapai KKM

4 Arlinda Sari 75 46 Belum Mencapai KKM

5 Belva Tania Destari W. 75 72 Belum Mencapai KKM

6 Cahyani Luthfi Aqrobah 75 60 Belum Mencapai KKM

7 Dani Kurniawan 75 86 Mencapai KKM

8 Ega Sri Wahyuni 75 80 Mencapai KKM

9 Ganta Pratama 75 72 Belum Mencapai KKM

10 Hafiz Maulana Al-Badri 75 66 Belum Mencapai KKM

11 M. Jody Perdana Putra 75 60 Belum Mencapai KKM

12 M. Fais Lujain 75 72 Belum Mencapai KKM

13 Elinvi Khazarah 75 52 Belum Mencapai KKM

14 M. Dhaffa Gilbran 75 84 Mencapai KKM

15 Mutia Az-Zahrah 75 96 Mencapai KKM

16 Mutiara Putri Syahrani 75 50 Belum Mencapai KKM

17 Nabila Agustin 75 70 Belum Mencapai KKM

18 Nadyah Khalidah 75 80 Mencapai KKM

19 Nur’aini Ordelia 75 64 Belum Mencapai KKM

20 Putri Nabilla Agustina 75 42 Belum Mencapai KKM

13

22 Revi Aulia Pitaloka 75 66 Belum Mencapai KKM

23 Ricky Prayoga 75 92 Mencapai KKM

24 Salsabila Sani 75 80 Mencapai KKM

25 Salsabila Safa Kamila 75 86 Mencapai KKM

26 Steffani Soraja 75 86 Mencapai KKM

27 Silvia Berliana Zen 75 66 Belum Mencapai KKM

28 Tiara Puspita Ardi 75 60 Belum Mencapai KKM

29 Tyo Firmansyah 75 82 Mencapai KKM

30 Vanes Yolanda 75 60 Belum Mencapai KKM

31 Wahyu Ridho 75 60 Mencapai KKM

Jumlah 2134

Rata-rata 68,83

Sumber: Dokumentasi nilai Ulangan Harian I peserta didik bidang studi pendidikan agama Islam kelas VII E TP 2016/2017.

Berdasarkan tabel di atas, daftar nilai untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dari 31 peserta didik tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-ratanya yaitu 68,83. Nilai rata-rata tersebut termasuk nilai rata-rata yang rendah. Hal ini berkaitan dengan banyak peserta didik yang belum mencapai KKM yaitu 21 peserta didik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum peserta didik pada kelas VII E mempunyai nilai hasil belajar yang cukup rendah dan masih belum banyak yang mencapai KKM yang telah ditentukan.

Selama ini guru menggunakan model pembelajaran konvensional yang menekankan pada metode ceramah dalam proses pembelajaran, oleh karena itu

guru harus memiliki strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Diantara strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik yaitu strategi quantum learning, quantum teaching, dan quantum quotient.

1. Quantum Learning

Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Maka Quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur.16

2. Quantum Teaching

Quantum teaching adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Dan quantum teaching juga meyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar.17

16

Bobbi Deporter & Mike Hernacki, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 2011), hlm. 15.

17

Bobbi Deporter, Mark Reardon, & Sarah Singer Nourie, Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Bandung: Mizan Pustaka, 2014), hlm.12.

15

3. Quantum Quotient atau kecerdasan quantum (QQ)

Quantum quotient adalah kecerdasan manusia yang mampu mengoptimalkan seluruh potensi diri secara seimbang, sinergi dan komprehensif meliputi kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual.18

Dari ke tiga strategi pembelajaran di atas, maka peneliti akan memelih langsung yaitu strategi quantum quotient. Menurut De Porter pembelajaran quantum adalah interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Dan tujuan belajar adalah meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya. Pembelajaran quantum pertama kali dikembangkan oleh Bobby De Porter, dan mulai dipraktekkan pada tahun 1992.19

Menurut Thomas Armstrong quotient atau keceradasan adalah kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengelaman masa lalu seseorang.20 Strategi quantum quotient atau kecerdasan quantum (QQ) adalah kecerdasan manusia yang mampu mengoptimalkan seluruh potensi diri secara seimbang, sinergi dan komprehensif meliputi kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Intelektual berarti segala sesuatu berkaitan dengan pemikiran rasional, logis dan matematis. Emosional berkaitan dengan emosi pribadi guna efektifitas

18

Agus Nggermanto, Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum), (Bandung: Nuansa, 2008), hlm. 151.

19

Nandang Kosasih, Dede Sumarna, Pembelajaran Quantum dan Optimalisasi Kecerdasan, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 75-76.

20

individu dan organisasi. Sedangkan spiritual berkaitan dengan segala sesuatu yang melampaui intelektual dan emosional. Karakteristik utama QQ adalah terbuka kepada ide-ide baru atau hanif, dan senatiasa bergerak maju sepanjang spiral ke atas menuju kesempurnaan. Strategi quantum quotient dapat diartikan sebagai teknik, cara atau hasil usaha yang dapat membantu melejitkan intelektual, emosional dan spiritual. Quantum quotient digunakan pada tugas belajar yang berbeda yang merupakan proses atau teknik memori.

Strategi quantum quotient merupakan cara untuk pengkodean sehingga membantu proses penyimpanan dan menyerap kembali baik ingatan jangka panjang maupun jangka pendek, karena sistem tersebut memungkinkan kita menyimpan informasi di dalam memori sehingga mampu memperoleh kembali bila dibutuhkan.

Menurut Atkinson proses mengingat dibagi dalam tiga tahapan yaitu: a. Memasukkan

Dalam tahap memasukkan, kesan-kesan diterima dan dipelajari baik secara spontan atau sengaja maupun sadar ataupun tidak sadar. Pada tahap memasukkan ini, terjadi pula proses enconding. Enkonding adalah proses perubahan informasi menjadi simbol-simbol atau gelombang-gelombang listrik tertentu sesuai dengan perangkat organisme yang ada.

b. Menyimpan

Setelah Enconding selesai dilakukan baru dapat dilakukan penyimpanan selama waktu tertentu, pada tahap ini terjadi penyimpanan

17

beberapa catatan, kesan-kesan yang telah diterima dari pengalaman sebelumnya.

c. Mengeluarkan kembali

Tahap ini merupakan tahap untuk mengingat kembali (remembering) atau memperoleh kesan-kesan pengalaman yang telah disimpan dalam ingatan batasan tersebut menunjukan bahwa informasi tidak hanya disimpan saja, tetapi harus dipanggil kembali, pada saat dibutuhkan.

Gambar 1

Skema Proses Mengingat

Memasukkan Mengeluarkan

kembali

Menyimpan

Terkait dengan proses pembelajaran pendidikan agama Islam yang menggunakan strategi quantum quotient terdapat dua cara menghafal cepat, diantaranya yaitu:

1. Menghafal dengan menyanyi

Pada teknik menyanyi ini, menuntut seorang guru untuk bersifat kreatif. Seorang guru harus mengerti materi apa yang tepat dijadikan lagu atau irama agar peserta didik mudah untuk menyerap pelajaran yang telah disampaikan. Materi yang tepat menghafal dengan menyanyi yaitu Asmaul Husna kesemuanya itu lebih tepat menghafal jika dilagukan.

2. Menghafal dengan gambar atau ringkasan

Teknik ini paling tepat digunakan bagi yang memiliki hobi mencoret-coret kertas. Cobalah membuat skema atau gambar menurut versi sendiri mengenai topok-topik yang perlu dihafalkan. Namun, jika merasa kurang suka mencoret-coret atau tidak hobi menggambar, teknik ini dapat dimodifikasi dengan membuat catatan ringkasan sendiri. Ringkasan ini berisi poin-poin penting yang perlu dihafal, kemudian dituliskan pada selembar kertas yang mudah dibawa ke mana pun. Jika anda cukup kreatif, gambar atau ringkasan ini dapat dihias, lalu ditempel pada tempat yang mudah dan sering dilihat, misalnya di samping tempat tidur.21 Menghafal dengan gambar atau ringkasan lebih tepatnya dengan materi Khulafaur Rasyidin.

D. Identifikasi Masalah

Masalah ialah kesenjangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya ada (das sollen) dengan kenyataan yang ada (das sein).22

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Rendahnya minat peserta didik terhadapat mata pelajaran pendidikan agama Islam sehingga mempengaruhi ketidak tercapaian hasil belajar yang diinginkan.

21

Aji Indianto S., Kiat-Kiat Mempertajam Daya Ingat Hafalan Pelajaran, (Yogyakarta: Diva Press, 2015), hlm. 51-53.

22

19

2. Sebagian besar guru dalam menyampaikan materi pelajaran pendidikan agama Islam masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang menekankan pada metode ceramah.

3. Guru belum menerapkan strategi pembelajaran quantum quotient dalam proses pembelajaran padahal strategi ini memiliki keunggulan dalam membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik.

E. Batasan Masalah

Kemudian karena adanya keterbatasan baik tenaga dan waktu supaya hasil penelitian lebih berfokus maka penelitian tidak akan melakukan penelitian terhadap keseluruhan yang ada pada objek atau situasi tertentu, tetap perlu menentukan fokus.23

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Subjek kelas yang diteliti pada kelas VII C, D dan E.

2. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah strategi Quantum Quotient yaitu teknik menghafal cepat dengan menyanyi dan ringkasan.

3. Materi pembelajaran Asmaul Husna. 4. Aspek yang diukur adalah aspek kognitif.

23

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm 396.

F. Fokus Masalah

Kemudian setelah batasan masalah, lalu peneliti menentukan fokus masalah, fokus masalah ini berkenaan dengan materi-materi yang akan diajarkan pada peserta didik. Adapun materi yang akan diajarkan oleh peneliti terhadap peserta didik yaitu Asmaul Husna.

G. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana implementasi strategi quantum quotient dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik bidang studi pendidikan agama Islam kelas VII SMP Negeri 21 Bandar Lampung?

H. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi strategi quantum quotient dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 21 Bandar Lampung.

2. Kegunaan penelitian

a. Selalu memberikan kontribusi positif terhadap peserta didik dalam rangka lebih meningkatkan hasil belajar peserta didik bidang studi pendidikan agama Islam kelas VII SMP Negeri 21 Bandar Lampung.

b. Untuk penunjang kesuksesan peserta didik kelas VII SMP Negeri 21 Bandar Lampung dalam belajar sesuai dengan ajaran agama Islam.

21

BAB II

LANDASAN TEORI A.Implementasi

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan rencana yang telah disusun dengan cermat dan rinci. Implementasi ini dianggap selesai setelah dianggap permanen.

Implementasi ini tidak hanya aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dengan serius dengan mengacu pada norma-norma tertentu mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, pelaksanaan tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya.

Implementasi menurut Nurdin Usman adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

Tahapan-tahapan implementasi adalah sebagai berikut: 1. Menerapkan rencana implementasi

2. Melakukan kegiatan implementasi 3. Tindak lanjut implementasi.1

1

Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 70.

B.Strategi Pembelajaran Quantum Quotient 1. Pengertian Quantum

Quantum berarti Lompatan. Quantum is an interaction change energy into light yang berarti interaksi yang merubah energy menjadi cahaya. Maksud dari “energi menjadi cahaya” adalah mengubah semua hambatan –

hambatan belajar yang selama ini dipaksakan untuk terus dilakukan menjadi sebuah manfaat bagi siswa sendiri dan bagi orang lain, dengan memaksimalkan kemampuan dan bakat alamiah siswa. 2Quantum juga banyak digunakan dalam dunia pembelajaran seperti Quantum Teaching, Quantum Learning, Quantum English, Quantum Multi Cerdas, Instruktur Quantum, dan Quantum Mental Aritmatika.3

Tokoh utama dibalik pembelajaran Quantum adalah Bobbi De Porter, seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah bisnisnya bangkrut, akhirnya menggeluti dunia pembelajaran. Semenjak tahun 1982, De Porter mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran Quantum di Super Camp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak di Kirwood Meadows, Negara bagian California, Amerika Serikat. De Porter secara terprogram dan berencana

2

Bobbi Deporter, Mark Reardon, Sarah Singer-Nourie, Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning Di Ruang-ruang Kelas, (Bandung: Kaifa, 2000), hlm. 7.

3

Agus Nggermanto, Quantum Quotient, (Kecerdasan Quantum), (Bandung: Nuansa, 2002), hlm. 10.

23

menguji cobakan gagasan-gagasan pengajaran Quantum kepada para remaja di SuperCamp selama bertahun-tahun.

Pada tahap awal perkembangannya, pembelajaran Quantum dimaksudkan untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para remaja di rumah. Tidak dimaksudkan sebagai metode dan strategi pembelajaran untuk mencapai keberhasilan lebih tinggi disekolah. Namun, lambat laun banyak orang tua yang meminta De Porter untuk mengadakan dan mengembangkan lebih jauh metode tersebut.4

2. Pengertian Strategi Pembelajaran Quantum Quotient

Strategi pembelajaran merupakan suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk didalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi pembelajaran didalamnya mencakup pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik.5 Namun metode pembelajaran yaitu cara yang dilakukan seorang pendidik untuk menyampaikan materi-materi yang akan diberikan agar sampai kepada peserta didik dengan baik dan jelas serta tidak menjenuhkan.6

4

Jumanta Hamdayama, Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 71.

5

Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, (Jakarta: Putra Grafindo, 2008), hlm. 37.

6

Adapun pengertian tentang strategi pembelajaran menurut Suparman strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dan pembelajaran diartikan juga sebagai proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.7

Strategi Quantum Quotient atau kecerdasan quantum (QQ) adalah kecerdasan manusia yang mampu mengoptimalkan seluruh potensi diri secara seimbang, sinergi dan komprehensif meliputi kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual.8Dalam strategi Quantum Quotient merupakan teknik menghafal cepat, diantara teknik menghafal cepat tersebut yaitu teknik menghafal cepat dengan menyanyi dan teknik menghafal cepat dengan ringkasan.

7

Nandang Kosasih, Dede Sumarna, Pembelajaran Quantum dan Optimalisasi Kecerdasan, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 21.

8

Agus Nggermanto, Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum), (Bandung: Nuansa, 2008), hlm. 151.

25

3. Langkah-Langkah Strategi Quantum Quotient

Terkait dengan proses pembelajaran pendidikan agama Islam yang menggunakan strategi quantum quotient terdapat dua cara menghafal cepat, diantaranya yaitu:

a. Menghafal Dengan Menyanyi

Pada teknik menyanyi ini, menuntut seorang guru untuk bersifat kreatif. Seorang guru harus mengerti materi apa yang tepat dijadikan lagu atau irama agar peserta didik mudah untuk menyerap pelajaran yang telah disampaikan. Materi yang tepat menghafal dengan menyanyi yaitu Asmaul Husna kesemuanya itu lebih tepat menghafal jika dilagukan.

b. Menghafal Dengan Gambar Atau Ringkasan

Teknik ini paling tepat digunakan bagi yang memiliki hobi mencoret-coret kertas. Cobalah membuat skema atau gambar menurut versi sendiri mengenai topok-topik yang perlu dihafalkan. Namun, jika merasa kurang suka mencoret-coret atau tidak hobi menggambar, teknik ini dapat dimodifikasi dengan membuat catatan ringkasan sendiri. Ringkasan ini berisi poin-poin penting yang perlu dihafal, kemudian dituliskan pada selembar kertas yang mudah dibawa ke mana pun. Jika anda cukup kreatif, gambar atau ringkasan ini dapat dihias, lalu ditempel pada tempat yang mudah dan sering dilihat, misalnya di samping tempat tidur.9

9

Aji Indianto S., Kiat-Kiat Mempertajam Daya Ingat Hafalan Pelajaran, (Yogyakarta: Diva Press, 2015), hlm. 51-53.

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Ahmad Susanto yang dimaksud hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar peserta didik adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.10

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia mengalami pengalaman belajarnya.11 Sedangkan menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.12

Hasil dan bukti belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti, maka dapat disimpukan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil yang telah dicapai seseorang setelah menerima pengalaman belajar dan dibuktikan dengan adanya perubahan tingkah laku baik jasmani maupun rohani.

10

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana Prenanda, 2013), hlm. 5.

11

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 22.

12

27

2. Faktor-Faktor Pendukung Hasil Belajar

Faktor-faktor pendukung hasil belajar dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan eksternal.

a. Faktor Internal

a. Faktor Biolois (Jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.13 Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak

13

menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.14

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang bekaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil.

b. Faktor Eksternal

a. Faktor Lingkungan Keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

b. Faktor Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para peserta didik di sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

14

29

c. Faktor Lingkungan Masyarakat

Seorang peserta didik hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar peserta didik karena keberadaannya dalam masyarakat.15

Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar di antaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain yang sifatnya positif. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah peserta didik dari penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran.

3. Indikator Hasil Belajar

Terkait hasil belajar, Kunandar menyebutkan bahwa hasil belajar terdapat empat indikator, diantaranya sebagai berikut:

a. Melacak kemajuan peserta didik

b. Mengecek ketercapaian kompetensi peserta didik

c. Mendeteksi kompetensi yang belum dikuasai oleh peserta didik d. Menjadi umpan balik untuk perbaikan bagi peserta didik.16

15

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 64.

16

D. Ranah Afektif

Benyamin Bloom secara garis besar mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari ketiga

Dokumen terkait