• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peta Kendali

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 33-40)

Peta kendali pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart dari Bell Telephone Laboratories, Amerika Serikat, pada tahun 1924 dengan maksud untuk menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan oleh penyebab khusus (special causes variation) dan variasi yang disebabkan oleh penyebab umum (common causes variation). Pada dasarnya semua proses menampilkan variasi, namun manajemen harus mengendalikan proses dengan cara menghilangkan variasi penyebab khusus dari proses itu, sehingga variasi yang melekat pada proses hanya disebabkan oleh variasi penyebab umum. Peta kendali merupakan alat ampuh dalam pengendalian proses, asalkan penggunaanya dipahami secara benar. Pada dasarnya peta kendali digunakan untuk :

a. Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian statistical. Dengan demikian, peta kendali digunakan untuk mencapai suatu keadaan terkendali secara statistical dimana semua nilai rata-rata dan range dari suatu kelompok (sub group) contoh dalam batas-batas pengendalian (control limits), oleh karena itu variasi penyebab khusus menjadi tidak ada lagi dalam proses.

b. Memantau proses terus-menerus sepanjang waktu agar proses tetap stabil secara statistical dan hanya mengandung variasi penyebab umum.

c. Menentukan kemampuan proses (proses capability) setelah proses berada dalam pengendalian statistical, batas-batas dari variable proses ditentukan. Pada dasarnya peta kendali memiliki :

a. Garis tengah (control line), yang biasanya disebut CL.

b. Sepasang batas kendali (Control limits), dimana satu batas kendali ditempatkan diatas garis tengah yang dikenal dengan batas kendali atas (upper control limits), biasanya dinotasikan sebagai UCL, dan yang satu lagi ditempatkan dibawah garis tengah yang dikenal sebagai batas kendali bawah (lower control limits), biasanya dinotasikan sebagai LCL.

c. Tebaran nilai-nilai karakteristik yang menggambarkan keadaan dari proses. Jika semua nilai-nilai yang ditebarkan (diplot) pada peta itu berada di dalam batas-batas kendali tanpa memperlihatkan kecenderungan tertentu, maka proses yang berlangsung dianggap sebagai berada dalam keadaan terkendali secara statistical. Namun jika nilai-nilai yang ditebarkan

kecenderungan tertentu atau memiliki bentuk yang aneh, maka proses yang berlangsung dianggap sebagai berada dalam keadaan diluar kendali sehingga perlu diambil tindakan korektif untuk memperbaiki proses yang ada.

Peta kendali terdiri dari 2 jenis yaitu peta kendali untuk data peubah dan peta kendali untuk data atribut.

b. Peta kendali untuk data peubah

Dalam jenis diagram peubah, ciri yang diamati adalah pengukuran dalam satu kontinum seperti garis tengah, berat, dan seterusnya. Ada beberapa macam peta kendali untuk peubah salah satunya yaitu peta X & R.

c. Peta kendali untuk data atribut.

Pada umumnya data-data atribut hanya memiliki dua nilai yang berkaitan dengan ya atau tidak, seperti : sesuai atau tidak sesuai, berhasil atau gagal, lulus atau tidak lulus, bagus atau jelek, rusak atau baik, dan lain-lain. Data-data tersebut dapat dihitung untuk keperluan pencatatan dan analisa. Ada beberapa macam peta kendali untuk atribut yaitu peta np, peta C, dan peta U, penggunaan dari peta-peta kendali itu disesuaikan dengan kondisi data pengamatan.

Memulai pembuatan peta kendali adalah sebagai berikut :

a. Membuat dan mencatat pengukuran serta mencatat data lainnya yang relevan.

b. Perhitungan statistic rata-rata dan rentangan. Rata-rata untuk setiap subgroup I dihitung dengan cara menjumlahkan pengukuran tiap individu dan subgroup serta membaginya dengan banyaknya pengukuran. Bilamana n adalah ukuran subgroup dan k adalah banyaknya subgroup. n Xi = ∑ Xij j = 1 n k Xi = ∑ Xi j = 1 k

c. Untuk mendapatkan rentangan untuk setiap subgroup, bilangan tertinggi dan terendah dalam subgroup tersebut harus dicari terlebih dahulu. Rentangan untuk subgroup ini dihitung dengan mengurangkan nilai tertinggi dengan nilai terendahnya.

Ri = Xi max – Xi min k

Ri = ∑ Ri i = 1 k

d. Menentukan batas-batas kendali BKA = X + A2R

GT = X BKB = X – A2R

Gambar 2.7 Peta Kendali Revisi peta kendali

Apabila pada gambar peta kendali masih terlibat data-data yang berada diluar batas kendali, itu menandakan ketidaknormalan yang harus ditanggulangi. Tindakan penanggulangan dilakukan dengan teknik dan alat pengendalian mutu yang tepat agar nilai penolakan rata-rata periode berikutnya dapat diturunkan dan kemudian dihilangkan. Rumus untuk revisi peta kendali adalah sebagai berikut :

Keterangan :

∑ Xd = Jumlah data diluar control.

1. Menghitung batas kendali.

2. Ploting data sisa yang berada dalam peta kendali.

3. Bila masih ada data diluar control lakukan revisi lanjutan sampai data berada dalam batas control.

2.2.8. Pemakaian 7 Alat Statistik Pada Delapan Langkah QCC

Setiap langkah-langkah dalam gugus kendali mutu mempunyai alat statistic yang berbeda seperti terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.3 Delapan Langkah Dan Tujuh Alat Pemecahan Mutu

Langkah Alat

PLAN Menentukan Pokok Permasalahan

Lembar Data, Stratifikasi, Diagram Pareto

Analisa Data & Mencari Penyebab

Lembar Data, Stratifikasi, Diagram Pareto, Histogram, Peta Kendali, Diagram Tebar Menganalisa

Penyebab

Diagram Sebab Akibat, Diagram Tebar

Rencana Perbaikan Lembar Data DO Melakukan Perbaikan Lembar Data CHECK Periksa Hasil

Perbaikan

Lembar Data, Stratifikasi, Diagram Pareto, Histogram, Peta Kendali, Diagram Tebar ACTION Standarisasi -

Menentukan Masalah Berikutnya

Lembar Data, Stratifikasi, Diagram Pareto, Histogram, Peta Kendali, Diagram Tebar

Meskipun terdapat tujuh alat dalam pemecahan masalah, tetapi tidak semua alat dipakai bersama-sama, melainkan menggunakan alat sesuai kebutuhan. Sedangkan delapan langkah tersebut harus mutlak dipakai karena antara langkah satu dengan yang lain saling berhubungan.

2.3. Hubungan Produktivitas dan Quality Control Circle (QCC)

Tingkat produktivitas kerja suatu perusahaan akan tetap dan bahkan akan cenderung menurun bila tidak dilakukan suatu langkah-langkah perubahan dalam kegiatan proses organisasi kesehariannya. Sehingga perlu adanya suatu perubahan yang berarti, yaitu suatu langkah-langkah perbaikan dalam segala bentuk proses kegiatan yang ada di suatu Perusahaan / Organisasi tersebut. Untuk menstabilkan dan bahkan untuk dapat meningkatkan tingkat produktivitas kerja Perusahaan / Organisasi tersebut. Jadi pada dasarnya hubungan antara Produktivitas dan Quality Control Circle adalah suatu kesatuan mutu. Quality Control Circle sebagai suatu metode perbaikan yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat produktivitas kerja suatu organisasi / perusahaan. Baik peningkatan dalam hal kuantitas hasil produk / jasa maupun dalam hal kualitas hasil produk / jasa yang dikeluarkan (diproduksi). Dengan delapan langkah dan tujuh alat perbaikan yang dimiliki Quality Control Circle, maka segala masalah yang ada pada suatu perusahaan / organisasi

dalam hal produktivitas kerjanya dapat ditemukan dan dicari solusi serta bagaimana langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan. Dan secara berkesinambungan melakukan perbaikan terus-menerus dilini kerjanya

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 33-40)

Dokumen terkait