BAB III-2 RENCANA KONSERVASI DAS UNTUK WILAYAH INTENSIF
III- 2.3 Pewilayahan pada Wilayah Intensif
III-2.3.1 Petunjuk dan Metoda Pewilayahan
Dalam pembagian zona pada Wilayah Intensif, data rinci dari kemiringan lereng, curah hujan, tanah dan geologi, dan tutupan lahan saat ini, digunakan sebagai petunjuk untuk setiap kriteria. Setelah pemilihan wilayah yang peka bagi penggunaan lahan yang berkelanjutan, batas hutan lindung yang ada saat ini dan jarak dari tepi danau dapat
Pengembangan Institusi Pemberdayaan Masyarakat Klarifikasi masalah & kebutuhan Klarifikasi masalah & kebutuhan
Rencana Pengembangan Rencana Pemberdayaan Pelaksanaan, operasional dan
Pemeliharaan yang tepat Pengembangan kemampuan diri Wilayah Intensif
Pembagian Zona di Wilayah Intensif
Kehutanan Pertanian/Wanatani Pengendali Erosi Klarifikasi Masalah Dan Kebutuhan Klarifikasi Masalah Dan Kebutuhan Klarifikasi Masalah Dan Kebutuhan Rencana Manajemen Dan Rehabilitasi Hutan Rencana Pengembangan Pertanian/Wanatani Rencana Fasilitas Pengendali Erosi Pemeliharaan Fungsi Hutan
Penggunaan Lahan yang Efektif & konservasi tanah
Pencegahan Erosi Tanah (WACSLU)
Konservasi DAS dengan Penggunaan Lahan Secara Berkelanjutan
Secara Ekonomis Multi-Sektoral Berorientasi Pada rakyat Ramah Lingkungan Secara Teknis
diukur untuk menggambar batas dari tiap-tiap daerah guna efektifnya rencana (Gambar III-2.3.1 dan III-2.3.2). Kesinambungan dan perluasan (sekitar 10 sampai dengan 15 hektar pada setiap bidang tanah) juga harus diukur agar terhindar dari penyebaran pembagian daerah rumit guna penerapan program selanjutnya (Gambar III-2.3.3).
Peraturan pemerintah bagi wilayah yang dilindungi (bantaran sungai) juga harus dipertimbangkan, tetapi telah disimpulkan bahwa bantaran sungai pada Wilayah Intensif tidak perlu menjadi suatu daerah khusus karena seluruh sungai di wilayah tersebut terlalu kecil dan tindakan pencegahannya harus merupakan satu kesatuan dengan wilayah lereng gunung.
Dilain pihak, dalam studi kelayakan pada Wilayah Intensif, wilayah prioritas kedua bagi tindakan konservasi dibagi menjadi 3 zona (Bm1, Bm2, Bm3), terutama berdasarkan pada kemiringan lereng yang menjadi faktor terpenting dalam konservasi tanah ketika tindakan konservasi direncanakan.
III-2.3.2 Pewilayahan pada Wilayah Intensif Sebagai hasil dari pekerjaan yang disebutkan diatas, pembagian zona pada Wilayah Intensif terbentuk seperti yang tampak pada gambar III-2.3.4. Wilayah Intensif dibagi menjadi 7 zona: Zona P, Zona Bm1, Zona Bm2, Zona Bm3, Zona Bw, Zona F, dan Zona S.
Zona P, Bm1, Bm2, Bm3, dan Bw dipilih berdasarkan peta evaluasi dan faktor-faktor lain yang disebutkan diatas, sedangkan Wilayah Intensif lainnya dirancang untuk Zona F dan Zona S. Batas pemisah dari Zona F dan Zona S didasarkan pada penggunaan lahan saat ini.
Wilayah pada masing-masing zona dapat dilihat pada tabel di atas. Zona P mencakup 1.464 ha(12,3%) dari Wilayah Intensif. Lokasi utamanya yang tersebar di bagian tertinggi pada pinggiran dari Wilayah Intensif. Zona P sebagian besar terdapat di bagian selatan, dibawah G. Soputan dan G. Manimporok. Zona Bm1 mencakup 1.993 ha (16,7%). Lokasi utamanya berlokasi di bagian tengah lereng di wilayah Timur, 4.305 ha (36,1%), yang merupakan wilayah terbesar yang digunakan sebagai Zona Bm2. Lokasi utamanya adalah di wilayah Barat, bagian tengah lereng di wilayah
Wilayah pada masing-masing Zona Zona Luas (ha) Persentase
(%)
Pembagian Zona pada Studi Rencana
Induk Zona P 1,460 12.3 Zona P Zona Bm1 1,985 16.7 Sub_Zona Bm Zona Bm2 4,305 36.1 Sub-Zona Bm Zona Bm3 1,696 14.3 Sub-Zona Bm Zona Bw 94 0.8 Sub-Zona Bw Zona F 2,075 17.5 Zona F Zona S 270 2.3 Zona S Jumlah 11,885 100.0
Selatan, dan bagian bawah lereng di wilayah Timur. Zona Bm3 mencakup 1696 ha (14.3%) dan lokasi utamanya terletak di dataran tinggi di wilayah Barat dan lereng bagian tengah di wilayah Selatan.
Zona Bw hanya meliputi 94 ha (0.8%) dari Wilayah Intensif, yang terletak sepanjang tepi Danau Tondano di wilayah Timur dan Barat. Wilayah diantara garis tepi danau dengan jalan raya utama disepanjang danau merupakan bagian dari zona ini. Zona F dan Zona S terletak di bagian bawah dan datar yang masing-masing meliputi 2075 ha (17.5%) dan 270 ha (2.3%).
Karakteristik pembagian zona untuk masing-masing wilayah adalah seperti dibawah ini.
(1) Wilayah Timur
Zona Bm1 terbentuk meluas di wilayah Timur, terutama karena daerahnya mempunyai topografi yang curam. Beberapa lokasi Zona P terletak di puncak pegunungan. Kebanyakan Zona Bm2 mencakup lereng bagian bawah. Zona Bw terdapat disepanjang wilayah tepi dari Danau Tondano.
(2) Wilayah Selatan
Deretan zona-zona tersebut terbentuk di wilayah Selatan. Bagian barat (bagian yang tertinggi) ditempati Zona P dan di bagian timur oleh Zona F. Zona Bm2 dan Zona Bm3 terbentuk diantara kedua zona tersebut. Zona Bm1 terletak di 2 bagian dibawah Zona P.
(3) Wilayah Barat
Di Wilayah Barat, Zona Bm2 terbentuk secara meluas dan Zona Bm3 tersebar diantara Zona Bm2 tersebut. Tiga bidang kecil dari Zona P terletak di puncak pegunungan. Zona Bm1 terdapat di bagian utara wilayah ini, dimana kemiringan lereng agak curam dan kepadatan lembah relatif tinggi. Zona Bw terbentuk disepanjang wilayah tepi Danau Tondano.
Evaluasi dari masing-masing zona adalah sebagai berikut. (1) Zona P
Sebagian besar dari zona ini berada pada lereng yang curam (lebih dari 40%). Seluruh hutan lindung yang ada termasuk dalam zona ini. Prioritas utama dari zona ini adalah untuk memelihara ketersediaan hutan (well-stocked forest). Penegakan hukum, penghijauan hutan, dan penanaman dengan mengikutsertakan partisipasi masyarakat
seperti Hutan Kemasyarakatan, merupakan strategi-strategi yang mungkin dilakukan. (2) Zona Bm1
Pada saat ini di Zona Bm1, sebagian besar tersebar pada daerah dengan kemiringan lereng agak curam dan sebagian besar daerah tertutup dengan tanaman selain hutan. Daerah-daerah yang kemiringan lerengnya di atas 40% termasuk dalam zona ini. Pohon utamanya adalah wanatani, reboisasi, dan penanaman dengan melibatkan masyarakat seperti Hutan Rakyat, sebagai strategi konservasi yang tepat.
(3) Zona Bm2
Pada zona Bm2 sebagian besar terletak di daerah yang kemiringan lerengnya agak landai (antara 15% dan 40%). Wanatani, praktek pertanian yang baik, penanaman dengan melibatkan masyarakat seperti Hutan Rakyat merupakan strategi yang tepat. (4) Zona Bm3
Sebagian besar Zona ini terletak pada daerah dengan kemiringan lereng agak datar (kurang dari 15%). Kadang-kadang di daerah ini terdapat daerah dengan kemiringan lereng lebih dari 15% dengan topografi tidak rata. Sebagian besar daerah ini digunakan untuk pertanian lahan kering. Pertanian intensif dengan perawatan seperti pertanian menurut kontur dan penanaman pohon dalam tanaman pagar merupakan hal yang cocok diterapkan di sini.
(5) Zona Bw
Pada zona Bw tersebar di sepanjang tepi Danau Tondano. Sebagian besar daerah ini kemiringan lerengnya agak curam. Jalur hijau dan penanaman dengan melibatkan partisipasi masyarakat seperti Hutan Rakyat merupakan strategi yang tepat.
(6) Zona F
Pertanian intensif merupakan hal yang sesuai. Memperkenalkan jenis-jenis pohon di daerah adalah langkah yang direkomendasikan untuk menambah persediaan kayu bakar.
(7) Zona S
Pemeliharaan kondisi sosial seperti sistem pembuangan sampah dengan tingkat yang baik dapat dilakukan untuk melindungi sumberdaya air.