• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISA KARAKTERISTIK KECELAKAAN ANGKUTAN

C. Pihak-Pihak Yang Bertanggung Jawab

Pada setiap angkutan, terlebih angkutan laut sangat mementingkan aspek keselamatan dalam setiap pelayanannya. Tidak ada orang yang mau perjalanan mereka ataupun barang yang diangkut mengalami kendala tersuk kecelakaan. Sudah menjadi tanggung jawab penyedia jasa angkutan untuk menjaga kenyamanan serta keamanan dalam setiap angkutan. Sudah terdapat peraturan mengenai pelayanan dalam setiap angkutan umum, lebih khususnya angkutan laut. Mengenai Angkutan Laut sudah ada Undang-Undang yang mengatur segala kegiatan yang berkaitan dengan angkutan laut, yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.

Jika berbicara mengenai kecelakaan, terdapat pihak yang dirugikan akibat kecelakaan dan pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan tersebut. Kerugian yang di timbulkan dapat kerugian materiil dan kerugian immateriil.Kerugian materiil dan immateriil biasanya ditujukan pada benda yang terangkut dalam sebuah kapal.

Yang dimaksudkan dengan kerugian materiil yaitu jika barang tampak tidak menderita kerugian atau kerusakan, tidak kurang dan tidak cacat, tetapi harga itu merosot, sehingga bagi tertanggung hal yang demikian juga merupakan kerugian juga. Tetapi yang dimaksudkan kerugian immateriil adalah sebagai kerugian dimana keadaaan barang kurang dan cacat, serta harga dari barang itu pun merosot.48

48

Sedangkan untuk kerugian yang ditimbulkan bagi manusia, kerugian materiil ialah kerugian yang sebabkan oleh sebuah kecelakaan yang mengakibatkan hilangnya barang atau rusaknya barang dari penumpang tersebut, sehingga menimbulkan kerugian dari segi materi. Lain hal dengan kerugian immateriil, kerugian immateriil dapat berupa trauma yang ditimbulkan dari kecelakaan tersebut, timbulnya luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan, serta hilangnya nyawa penumpang yang disebabkan oleh kecelakaan tersebut.49

Perusahaan pengangkutan di perairan wajib mengangkut penumpang dan/atau barang terutama pengangkutan pos yang disepakati dalam perjanjian pengangkutan. Perjanjian pengangkutan yang dimaksud dibuktikan dengan karcis penumpang dan dokumen muatan (pasal 38 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008). Perusahaan pengangkutan di perairan bertanggung jawab terhadap keselamatandan keamanan penumpang dan/atau barang yang diangkutnya. Perusahaan tersebut bertanggung jawab terhadap muatan kapal sesuai dengan jenis dan jumlah yang dinyatakan dalam dokumen muatan dan/atau perjanjian atau kontrak pengangkutan yang telah disepakati.50

49Ibid. Hal. 274

50

Muhammad Abdulkadir. Opcit. Hal. 45

Mengenai kerugian yang timbulkan oleh sebuah kecelakaan, harus ada yang bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Mengenai tanggung jawab tersebut sudah dituliskan dalam pasal 40 sampai pasal 43 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran.

Dalam pasal 40 tertulis bahwa: “Perusahaan angkutan di perairan bertanggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan penumpang dan/atau barang yang diangkatnya.51

Ini berarti bahwa setiap kejadian yang bersangkutan dengan kapal, itu adalah tanggung jawab perusahaan kapal. Terlebih Nahkoda dan awak kapal. Dan juga dijelaskan pada pasal 41 tanggung jawab yang dimaksudkan jika di timbulkan akibat dari kematian dan luka-luka penumpang yang diangkut, musnah atau hilangnya barang yang diangkut, keterlambatan angkutan penumpang, dan kerugian pihak ketiga.52

Selain perusahaan kapal, dijelaskan pada pasal 341 KUHD ditegaskan bahwa nahkoda itu memimpin kapal. Penegasan ini membawa konsekuensi bahwa nahkoda itu harus bertanggung jawab atas keselamatan kapal dan segala sesuatu yang terdapat didalamnya.53

Jika berujuk pada Hukum pengangkutan, bahwa terlah dijelaskan pada pasal 468 KUHD menyebutkan:54

Perjanjian pengangkutan mewajibkan pengangkut menjaga keselamatan barang yang di angkut sejak saat penerima sampai saat penyerahannya. Pengangkut diwajibkan mengganti kerugian yang disebabkan karena tidak diserahkannya barang seluruhnya atau sebagian atau karena kerusakan barang, kecuali bilamana ia membuktikan bahwa tidak diserahkannya barang atau kerusakan itu adalah suatu peristiwa yang sepantasnya tidak dapat dicegah atau

51

Pasal 40. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

52

Pasal 41. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008. 53

Djohari Santosa. Pokok-Pokok Hukum Perkapalan. Yogyakarta:UII Press.2004. Hal. 51

54

Sinta Uli. Pengangkutan : Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut, Angkutan Darat, dan Angkutan Udara. Medan.USU Press. 2006. Hal. 27

dihindarinya akibat dari sifat keadaan atau cacat benda sendiri atau dari kesalahan pengirim. Ia bertanggung jawab perbuatan-perbuatan darimereka yang ia pekerjakan dan terhadap benda-benda yang ia pergunakan pada pengangkutan. Pada pasal 321 ayat (1) KUHD menetapkan bahwa pengusaha kapal terikatoleh segala perbuatan hukum, yang dilakukan oleh mereka yang bekerja tetap atau sementara pada kapalnya, dalam kedudukan dan lingkungan kekuasaan mereka. Sedangkan pengusaha kapal bertanggungjawab untuk segala kerugian yang diterbitkan pada pihak ketiga, oleh suatu perbuatan melanggar hukum dari mereka yang bekerja tetap atau sementara pada kapalnya atau yang melakukan sesuatu pekerjaan dikapal guna kepentingan kapal dan muatannya, asal perbuatan melanggar hukum itu dilakukan dalam rangka dan pada waktu mereka menjalankan tugas mereka. Jadi, kalau perbuatan yang dilakukan oleh buruh kapal itu suatu perbuatan hukum, maka pengusaha kapal itu terikat, artinya pengusaha kapal harus melaksanakan pekerjaan sebagai akibat adanya perbuatan hukum tersebut.55

Sebagai contoh seorang Nahkoda, karena Nahkoda adalah buruh utama pengusaha kapal (pasal 399 KUHD), maka segala perbuatannya menjadi tanggung jawab pengusaha kapal, asal segala perbuatannya itu dilakukan dalam jabatannyaatau dalam waktu mereka menjalankan pekerjaan itu. Kalau seorang nahkoda berbuat diluar wewenangnya, maka menurut pasal 373 KUHD nahkoda sendirilah yang bertanggung jawab.56

55

Purwosutjipto, H.M.N,. Opcit. Hal. 87

Hukum pengangkutan mengenal tiga prinsip tanggung jawab, yaitu tanggung jawab karena kesalahan (fault liability), tanggung jawab karena praduga (presumption liability), dan tanggung jawab mutlak (absolute liability). Hukum pengangkutan di Indonesia umumnya menganut prinsip tanggung jawab karena kesalahan dan karena praduga.57

Tanggung jawab karena kesalahan ialah jika setiap pengangkut yang melakukan kesalahan dalam penyelenggaraan pengangkutan harus bertanggung jawab membayar segala kerugian yang timbul akibat kesalahan itu. Pihak yang menderita kerugian wajib membuktikan kesalahan pengangkut. Tanggung jawab karena praduga dijelaskan bahwa pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakannya. Sedangkan tanggung jawab mutlak dijelaskan juga bahwa pengangkut harus bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dalam pengangkutan yang diselenggarakannya tanpa keharusan pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkut.58

57

Muhammad Abdulkadir. Opcit. Hal. 43

BAB III

SANTUNAN PADA PENGANGKUTAN LAUT A. Jenis-Jenis Santunan Pada Angkutan Laut

Berbicara mengenai santunan yang ada pengangkutan laut erat kaitannya dengan asuransi yang terdapat pada pengangkutan laut. Sebab, santunan adalah sebagian bentuk dari asuransi.

Asuransi dalam bahasa Belanda disebutverzekeringyang berartipertanggunganatau asuransidan dalam bahasa Inggris disebut

Insurance.59Ada 2 (dua) pihak yang terlibat dalam Asuransi , yaitu pihak penanggung sebagai pihak yang sanggup menjamin serta menanggung pihak lain yang akan mendapat suatu penggantian kerugian yang mungkin akan dideritanya sebagai suatu akibat dari suatu peristiwa yang belum tentu terjadi dan pihak tertanggung akan menerima ganti kerugian, yang mana pihak tertanggung diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak penanggung.60

Subekti, dalam bukunya memberikan definisi mengenai asuransi yaitu, Asuransi atau pertanggungansebagai suatu perjanjian yang termasuk dalam golongan perjanjian untung -untungan(kansovereenkomst).Suatu perjanjian untung-untungan ialah suatu perjanjian yang dengan sengaja digantungkan pada

59

J.C.T.Simorangkir,Rudy Erwin,J.T Prasetyo. Kamus Hukum. Sinar Grafika. Jakarta: 2009. hal. 182

60

suatu kejadian yangbelum tentu terjadi, kejadian mana akan menentukan untung-ruginya salah satu pihak.61

Sedangkan menurut Muhammad Muslehuddin, istilah asuransi menurut pengertian riilnya adalah iuran bersama untuk meringankan beban individu kalau-kalau beban tersebut menghancurkannya.62

Selanjutnya menurutketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Perasuransian, yang dimaksud dengan asuransi atau

Asuransi itu sendiri diatur di dalam KUHD di dalam buku I Bab IX tentang asuransi atau pertanggungan pada umumnya, Bab X mengenai beberapa jenis asuransi antara lain tentang asuransi terhadap bahaya kebakaran, terhadap bahaya yang mengancam hasil-hasil pertanian yang belum dipaneni dan tentang asuransi jiwa pada buku II Bab IX, tentang asuransi terhadap bahaya laut dan bahaya pembudakan, dan Bab X tentang pertanggungan terhadap bahaya dalam pengangkutan di daratan, di sungai dan perairan darat.

Dasar hukum perjanjian asuransi juga diatur dalam Pasal 1774 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada Pasal 1774 di jelaskan bahwa, Suatu persetujuan untung-untungan ialah suatu perbuataan yang hasilnya, yaitu mengenai untung-ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak, tergantung pada suatu kejadian yang belum pasti.yaitu persetujuan pertanggungan, bunga cagak hidup, perjudian dan pertaruhan.

61 Ibid. 62

Muhammad Muslehuddin. Menggugat Asuransi Modern. Jakarta: PT Lentera Basritama:1999. hal. 3

pertanggungan adalah: “perjaniian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Berdasarkan definisi tersebut dapat diuraikan unsur-unsur asuransi atau pertanggungan yaitu sebagai berikut :63

1. Pihak-Pihak

Subjek asuransi adalah pihak-pihak dalam asuransi, yaitu penanggung dan tertanggung yang mengadakan perjanjian asuransi, penanggung dan tertanggung adalah pendukung kewajiban dan hak. Penanggung wajib memikul risiko yang dialihkan kepadanya dan berhak memperoleh pembayaran premi, sedangka n tertanggu ng wajib membayar premi dan berhak memperoleh penggantian jika timbul kerugian atas harta miliknya yang diasuransikan.

2. Status Pihak-Pihak

Penanggung harus berstatus sebagai perusahaan badan hukum, dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Perusahaan Perseroan (Persero) ataukoperasi. Sedangkan tertanggung dapat berstatus sebagai perseorangan, persekutuan atau

63

Abdulkadir Muhammad. Hukum Asuransi Indonesia. PT Citra Aditya Bhakti. Bandung:2004. Hal. 8

badan hukum dan harus pihak yang berkepentingan atas obyek yang diasuransikan.

3. Obyek Asuransi

Objekasuransi dapat berupa benda, hak atau kepentingan yang melekat kepada benda dan sejumlah uang yang disebut premi atau ganti kerugian. Melalui objek asuransi tersebut ada tujuan yang ingin dicapai oleh pihak-pihak. Penanggung bertujuan memperoleh pembayaran sejumlah premi sebagai imbalan pengalihan risiko, sedangkan tertanggung bertujuan bebas dari risiko dan memperoleh penggantian jika timbul kerugian atas harta miliknya.

4. Peristiwa Asuransi

Peristiwa asuransi adalah merupakan perbuatan hukum (legal act) berupa persetujuan atau kesepakatan bebas antara penanggung dengan tertangggung mengenai objek asuransi, perisiwa tidak pasti (evenement) yang mengancam obyek asuransi, dan syarat-syarat yang berlaku dalam asuransi. Persetujuan atau kesepakatan bebas tersebut dibuat dalam bentuk tertulis berupa akta yang disebut polis, polis ini merupakan satu-satunya alat bukti yang dipakai

untuk membuktikan telah terjadi asuransi. 5. Hubungan Asuransi

Hubungan asuransi yang terjadi antara penanggung dengan tertanggungadalah keterikatan (legally bound) yang timbul karena adanya persetujuan atau kesepakatan bebas untuk memenuhi hak dan kewajibannya masing-masing, apabila terjadi evenemen yang menimbulkan kerugian atas benda asuransi, penanggung wajib membayar ganti kerugian sesuai dengan polis

asuransi, sedangkan apabila tidak terjadi evenemen premi yang sudah dibayar oleh tertanggung tetap menjadi milik penanggung.

Dalam pengertian yang terdapat dalam Pasal 246 Kitab Undang-UndangHukum Dagang(KUHD), dapat di simpulkan adanya 3 (tiga) unsurpenting dalam Asuransi, yaitu:64

1. Pihak tertanggung atau dalam bahasa Belanda disebut verzekerde mengikatkan kepada pihak penanggung atau dalam bahasa Belandadisebut verzekeraar

2. Pihak penanggung mempunyai kewajiban untuk membayar sejumlah uang kepada pihak tertanggung, karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan.

3. Suatu kejadian atau peristiwa yang tidak tentu jelas akan terjadi. 4. Ada 2 (dua) pihak yang terlibat di dalam perjanjian asuransi, yaitu:65 5. Penanggung atau verzekeraar, asuradur, penjamin; ialah mereka yang

dengan mendapat premi, berjanji akan mengganti kerugian atau membayar sejumlah uang yang telah disetujui, jika terjadi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya, yang mengakibatkan kerugian bagi tertanggung. Jadi penanggung adalah sebagai subjek yang berhadapan dengan (lawan dari); tertanggung. Dan yang biasanya menjadi penanggung adalah suatu badan usaha yang memperhitungkan untung rugi dalam tindakan-tindakannya.

64

Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

65

6. Tertanggung atau terjamin,verzekerde, insured, adalah manusia dan badan hukum, sebagai pihak yang berhak dan berkewajiban, dalam perjanjiaan asuransi, dengan membanyar premi.Tertanggung inidapat dirinya sendiri ; seorang ketiga; dan dengan perantaraan seorang makelar.

Dari penjelasan umum tentang asuransi, dapat ditarik kesimpulan bahwa peristiwa asuransi adalah suatu peristiwa yang menyangkut dua pihak, yaitu antara tertanggung dan penanggung atas suatu kejadian.

Mengenai asuransi yang terdapat pada angkutan laut, ada berbagai macam bentuknya :

Hull &Machinery Insurance, hanya berhubungan dengan kapal, mesin dan semua perlengkapan kapal. Juga menjamin tanggung-jawab terhadap pihak ketiga (tubrukan). Umumnya yang dijamin adalah terhadap kerugian total loss, partial loss, kontribusi general average dan salvage. • Disbursement Insurance (Increased Value Insurance), pemilik kapal

menutup asuransi untuk kerugian akibat total loss dimana telah terjadi perubahan-perubahan harga kapal di pasaran dunia dan biasanya dinyatakan dengan suatu persentase (%).

Freight Insurance, untuk melindungi pemilik kapal atas kehilangan penghasilan (freight) akibat kerusakan.

Protection and Indemnity, menjamin kerugian yang tidak dijamin oleh pihak asuransi (underwrite) dan diberikan berdasarkan prinsip perlindungan.66

Dalam asuransi laut, yang mengenai auransi untuk melindungi korban kecelakaan atau kecelakaan orang terdapat pada Protection and Indemnity. Pada jenis asuransi tersebut para pihak ataupun korban kecelakaan kapal wajib mendapatkan asuransi dari terjadinya kecelakaan kapal tertentu. Sumber asuransi tersebut berasal dari tiket yang sudah diterima oleh para penumpang.

Masalah asuransi laut diatur dalam bab XI buku II Wetboek Van Koophander (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) dan disebut sebagai jaminan terhadap bahaya laut atau bahaya yang timbul akibat terbudakan. Hal ini belakangan dimasukkan kedalam Undang-Undang karena sejak dahulu sudah biasa timbul dilaut sebagai akibat adanya pembajakan.

Adapun yang diatur dalam bab IX buku II Kitab Undang-Undang Hukum Dagang bukan hanya masalah asuransi terhadap bahaya yang timbul dilaut, melainkan juga asuransi yang timbul disungai-sungai dan didarat. Dengan perkataan lain yang dijamin adalah juga bahaya yang tibul disungai dan didarat sebagai satu peristiwa yang bersambung. Jadi asuransi laut itu meliputi jaminan bahaya dalam soal pengangkutan sebagai keseluruhan.67

Tetapi selain adanya asuransi, para korban kecelakaan kapal juga mendapatkan bantun yang biasa disebut dengan santunan. Yang dimaksud dengan santunan itu sendiri adalah sebagai uang pengganti kerugian yang diberikan

Desember 2016 pukul 06.23

67

kepada korban ataupun keluarga korban yang disebabkan oleh kecelakaan, kematian, dan sebagainya.

Di Indonesia sudah dibuat peraturan yang mengatur tentang pemberian santunan itu sendiri. Dan besaran uang santunan tersebut sudah dimuat dalam peraturan tersebut.Peraturan Mentri Keuangan RI No.36&37/PMK.010/2008 Tanggal 26 Februari 2008 mengatur tentang besaran uang santunan yang diberikan pada korban ataupun keluarga korban.

Adapun besaran uang santunan berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan RI No.36&37/PMK.010/2008 Tanggal 26 Februari 2008, adalah sebagai berikut:68

M enurut data tersebut sudah jelas besaran uang yang akan diterima pihak korban maupun keluarga korban. Tetapi besaran uang santunan ataupun asuransi yang akan diberikan oleh pihak kapal tidak tercantum didalam tiket perjalanan. Tiket perjalanan hanyalah simbol ataupun persyaratan untuk mendapatkan asuransi atau

2016 pukul 06.56

JENIS SANTUNAN

JENIS ALAT ANGKUTAN

DARAT, LAUT (RP.) UDARA (RP.)

Meninggal Dunia Rp 25.000.000,- Rp 50.000.000,-

Cacat Tetap (Maksimal) Rp 25.000.000,- Rp 50.000.000,-

Perawatan (Maksimal) Rp 10.000.000,- Rp 25.000.000,-

Penggantian Biaya Penguburan (Tidak mempunyai ahli waris)

santunan tersebut, karena tiket tersebut adalah termasuk perjanjian yang dibuat oleh penyedia kapal dengan penumpang.

Tetapi hak santunan memiliki tenggang waktu kadaluarsa, dan ahli waris yang berhak menerima pun sudah dijelaskan pada peraturan tersebut, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:69

Mengenai santunan juga diatur didalam UU No 33 Tahun 1964 Jo PP No 17 Tahun 1965 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Umum menjelaskan korban yang berhak atas santunan adalah setiap penumpang

pukul 07.13.

AHLI WARIS KADALUARSA

Santunan diberikan kepada ahli waris dengan prioritas skala sebagai berikut:

1. Janda / Duda yang sah 2. Anak - Anaknya yang sah 3. Orang Tuanya yang sah 4. Apalbila tidak ada ahli waris, maka diberikan penggantianbiaya penguburan kepada yang

menyelenggarakan.

Hak Santunan menjadi gugur / kadaluarsa jika:

1. Permintaan diajukan dalam waktu lebih dari 6 bulan setelah terjadinya kecelakaan.

2. Tidak dilakukan penagihan dalam waktu 3 bulan setelah hal dimaksud disetujui oleh Jasa Raharja

sah dari alat angkutan penumpang umum yang mengalami kecelakaan diri, yang diakibatkan oleh penggunaan alat angkutan umum, selama penumpang yang bersangkutan berada dalam angkutan tersebut, yaitu saat naik dari tempat pemberangkatan sampai turun di tempat tujuan. Bagi penumpang kendaraan bermotor umum (bus) yang berada di dalam tenggelamnya kapal ferry, maka kepada penumpang bus yang menjadi korban diberikan santunan ganda.Sedangkan bagi korban yang jasadnya tidak diketemukan dan/atau hilang, penyelesaian santunan didasarkan kepada Putusan Pengadilan Negeri.

B. Alasan Pemberian Santunan Pada Pengangkutan Laut

Manusia di dalam hidupnya pasti akan menemui atau menghadapi risiko.Risiko tersebut bisa terjadi pada dirinya maupun benda yang dimilikinya. Risiko yang terjadi terhadap suatu benda tentu akan berkurangnya atau hilangnya nilai benda tersebut. Oleh sebab itu banyak cara yang dilakukan manusia untuk mengatasi risiko tersebut agar berkurangnya nilai dari benda yang dimilikinya dapat dicegah.Menurut Sri Rejeki Hartono, asuransi atau pertanggungan adalah suatu guna menanggu langi adanya risiko.70

Menurut Gunanto “risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu kerugian atau batalnya seluruh atau sebahagian dari suatu keuntungan yang semula diharapkan karena suatu kejadian di luar kuasa manusia, kesalahan sendiriatau perbuatan manusia lain”. Sedangkan risiko dalam industri perasuransian diartikan

70

Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta; Sinar Grafika, 2008, Hal. 13

sebagai ketidakpastian dari kerugian financial atau kemungkinan terjadinya kerugian.71

Hidup tak ubahnya seperti permainan dari ketidakpastian. Secara awam, ketidakpastian itu diterjemahkan sebagai risiko. Sesuatu yang belum pasti terjadi,akibatnya tentu tidak dikehendaki juga. Misal risiko kecelakaan, kematian, kerugian material dikarenakan gempa, banjir atau bencana alam lainnya (acts of Gods). Tak seorangpun mengetahui secara pastikapan risiko itu akan terjadi.72

1. Agar para penumpang merasa aman dalam menggunakan moda transportasi laut.

Mengenai pemberian santunan pada pengangkutan laut ada berbagai macam faktor dan alasannya:

2. Memberikan jaminan perjalanan bagi penumpang. Jaminan akan jiwa, maupun harta benda yang mereka bawa.

3. Sebagai bentuk tanggung jawab dari penyedia kapal akan suatu kecelakaan tertentu.

4. Dan dalam memberikan asuransi ataupun santunan pihak yang bersangkutan harus memperhatikan hal sebagai berikut :

5. Menentukan korban yang memenuhi kriteria untuk mendapatkan santunan. 6. Menentukan jenis santunan yang mengalami kecelakaan kapal.

7. Memberikan santunan sesuai dengan standard operasional yang telah dibuat.

71

Bagus Irawan, Hukum Kepailitan Perusahaan dan Asuransi, Bandung; Alumni, 2007, Hal 105.

72

Kun Wahyu Wardana, Hukum Asuransi Proteksi Kecelakaan Transportasi, Bandung; Mandar Maju, 2009, Hal. 15

Dengan adanya santunan ataupun asuransi masing-masing pihak dari penumpang akan merasa aman dalam melakukan suatu perjalanan, rasa takut akan tanggung jawab penyedia kapal menjadi berkurang. Terkadang para penumpang merasa bimbang akan memilih moda transportasi laut, itu dikarenakan resiko kecelakaan lebih besar daripada moda trnasportasi yang lainnya. Maka dari itu santunan ataupun asuransi berperan penting dalam meyakinkan para penumpang transportasi laut.

Setiap orang ataupun penumpang menginginkan jaminan bagi perjalanan mereka, bentuk dari jaminan tersebut adalah sebuah asuransi ataupun santunan tersebut yang telah diterima oleh para penumpang sejak pembelian tiket perjalanan. Para penumpangpun tidak ingin nyawa ataupun barang yang mereka bawa dalam perjalanan tidak diberikan jaminan.

Sesuai dengan pasal 40 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran bahwa, perusahaan angkutan diperairan wajib bertanggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan penumpang dan/atau barang yang diangkutnya. Berkaitan dengan itu perusahaan kapal juga bertanggung jawab terhadap muatan kapal sesuai dengan jenis dan jumlah yang dinyatakan dalam dokumen muatan dan/atau perjanjian atau kontrak pengangkutan yang telah disepakati.73

Untuk mengurangi atau menghilangkan beban risiko tersebut, pihak tertanggung berupaya mencari jalan kalau ada pihak lain yang bersedia

73

mengambil-alih beban risiko (ancaman bahaya) dan dia sanggup membayar kontra prestasi yang disebut premi. Dalam dunia bisnis perusahaan asuransi selalu siap menerima tawaran dari pihak tertanggung untuk mengambil risiko dengan imbalan pembayaran premi. Tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan risiko yang mengancam harta kekayaannya atau jiwanya. Dengan membayar sejumlah premi kepada perusahaan asuransi (penangguang) sejak itu pula risiko beralih keada penanggung. Apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi tidak terjadi peristiwa yang merugikan penanggung beruntung memiliki dan menikmati premi yang telah diterimanya dari tertanggung.74

• Pembayaran Ganti kerugian

Dalam hal tidak terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, maka tidak

Dokumen terkait