• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.5 Pilihan Kata, Makna Kata, Ketepatan Pilihan Kata, dan Kesesuaian Pilihan

Kata menurut Keraf

2.5.1 Pilihan Kata

Komunikasi menggunakan bahasa adalah kebutuhan yang vital bagi masyarakat. Mereka yang terlibat dalam jaringan komunikasi memerlukan persyaratan tertentu. Persyaratan itu antara lain penguasaan kosa kata yang dimiliki oleh masyarakat pengguna bahasa itu. Uraian tentang pilihan kata dalam penelitian ini menggunakan teori Keraf (1986: 22-104) karena ia menguraikan teorinya dengan jelas dan lengkap.

Akan tetapi, persyaratan di atas bukan persyaratan yang mutlak bagi terjadinya komunikasi. Agar dapat berkomunikasi, masyarakat harus mampu membuat kosakata yang dimilikinya menjadi kalimat yang efektif sesuai kaidah sintaksis yang berlaku untuk menyampaikan pikirannya kepada orang lain. Hal ini sangat berhubungan dengan pilihan kata (Keraf, 1986: 23).

Pilihan kata di atas dinyatakan sebagai sesuatu yang penting untuk berkomunikasi karena pilihan kata berhubungan dengan penggunaan kata-kata yang tepat untuk menggungkapkan ide atau pemikiran kepada orang lain. Pilihan kata juga berhubungan dengan kemampuan membedakan secara tepat makna dari gagasan yang

ingin disampaikan serta kemampuan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar atau pembaca sehingga terjalin komunikasi yang baik (Keraf, 1986: 23-24).

2.5.2 Makna Kata

Keraf (1986: 27-31) membagi makna kata menjadi dua jenis, yaitu makna denotatif dan makna konotatif. Penjelasan untuk dua jenis makna tersebut sebagai berikut.

1. Makna Denotatif

Makna denotatif merupakan makna yang menunjuk pada konsep, ide, referen tertentu dari suatu referensi. Makna denotasi sering disebut juga makna yang sebenarnya. Makna ini sering dipakai untuk bahasa ilmiah karena menunjukkan fakta yang sebenarnya. Contoh makna denotatif terlihat pada kalimat (1) dan (2) berikut ini.

(1) Rumah itu luasnya 400 meter persegi. (2) Pohon itu berfungsi untuk penghijauan. 2. Makna Konotatif

Makna konotatif adalah makna yang mengandung nilai emosional. Penggunaan makna ini sering dikaitkan dengan perasaan orang yang ingin mengatakannya. Orang itu bisa memendam perasaan sedih, senang, tidak senang, dan lain-lain. Contoh makna konotatif terlihat pada kalimat (3) dan (4) di bawah ini.

(4) Presiden Soeharto telah wafat. (yang sebenaarnya berarti sama dengan mati tetapi untuk orang yang sangat dihormati/untuk kesopanan)

2.5.3 Ketepatan Pilihan Kata

Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kata yang mampu menimbulkan gagasan yang tepat pada pikiran pembaca atau pendengar sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh penulis atau pembicara. Persyaratan ketepataan pilihan kata menurut Keraf (hlm 88-89) diuraikan sebagai berikut.

a. Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi

Kalau seseorang ingin mengatakan pengertian dasar dan kata-kata yang ilmiah, ia harus memilih kata denotatif. Tetapi, jika seseorang ingin mengatakan sesuai dengan reaksi emosional tertentu, ia harus memilih kata konotasi.

b. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim

Penulis atau pembicara harus berhati-hati dalam memilih kata yang bersinonim agar tidak menimbulkan salah persepsi dari lawan bicara atau pembaca.

c. Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya

Jika seseorang tidak bisa membedakan kata-kata yang mirip ejaannya, akan menimbulkan salah paham. Contoh kata-kata yang mirip ejaannya adalah preposisi -proposisi, interferensi-inferensi, dan lain-lain.

d. Hindari kata-kata ciptaan sendiri

Bahasa selalu tumbuh berkembang sesuai perkembangan dalam masyarakat. Hal itu terjadi akibat pertambahan jumlah kata baru. Tetapi bukan berarti kita boleh

seenaknya menciptakan baru menurut keinginan kita. Contoh dapat diamati dari bahasa ”gaul” yang sering diucapkan oleh anak muda zaman sekarang.

e. Waspadailah penggunaan kata-kata asing

Contoh kata-kata asing adalah idiom-idiomatik, kultur-kultural, dan sebagainya. Kadang-kadang penulis mencampuradukkan kata-kata seperti dalam contoh, yang sebenarnya memiliki makna berbeda. Hal itu akan membuat pembaca bingung dan merasakan bahwa penulis menggunakan pilihan kata yang kurang tepat dalam tulisannya.

f. Kata kerja yang menggunakan kata depan digunakan secara idiomatis

Contoh kata kerja itu adalah ingat akan bukan ingat terhadap, berharap akan, mengharapkan bukan mengharap akan, dan lain-lain.

g. Membedakan kata umum dan kata khusus

Semakin khusus sebuah kata, semakin dekatlah persepsi penulis dengan pembaca. Sebaliknya, semakin umum sebuah kata, semakin jauh kesamaan persepsi antara penulis dengan pembaca. Contoh penggunaan kata umum yang mengaburkan persepsi pembaca sebagai berikut.

(5) Ayah dirawat di rumah sakit. (kata rumah sakit belum bisa dimengerti pembaca karena belum khusus nama rumah sakitnya)

(6) Wati membeli pakaian di Ambarukmo Plaza. (kata pakaian belum khusus pakaian jenis apa yang dibeli oleh Wati)

h. Menggunakan kata-kata indera yang menunjukkan persepsi yang khusus

Seringkali terjadi penggunaan kata indera dicampuradukkan. Contohnya kata sedap digunakan untuk indera perasa, tetapi digunakan juga untuk indera pendengaran.

i. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal

Ketepatan pilihan kata untuk mewakili suatu hal tergantung pada maknanya, yaitu hubungan antara istilah dan referennya. Tetapi kenyataannya kata itu tidak selalu statis. Kata dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, setiap penutur harus memperhatikan perubahan makna yang terjadi untuk mendapatkan pilihan kata yang tepat.

j. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata

Maksud dari kelangsungan pilihan kata adalah memilih kata yang sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kekaburan makna kata itu.

2.5.4 Kesesuaian Pilihan Kata

Menurut Keraf (1986: 103-104) syarat-syarat kesesuaian pilihan kata adalah sebagai berikut.

a. Hindari sejauh mungkin bahasa atau unsur substandar dalam situasi formal. Bahasa substandar disebut juga bahasa nonstandar, yang berarti bahasa yang dipakai dalam pergaulan biasa, bahasa humor, bahasa daerah, atau bahasa untuk menyatakan sarkasme.

b. Gunakan kata-kata ilmiah dalam situasi khusus saja. Jangan semua situasi menggunakan kata-kata ilmiah karena pembaca akan merasa kurang tertarik dan sangat kaku.

c. Hindari penggunaan dialek dialek yang aneh dalam tulisan untuk pembaca umum.

d. Hindari pemakaian kata-kata slang.

e. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan. f. Hindari ungkapa-ungkapan yang usang.

g. Jauhkan bahasa yang artifisial, yaitu bahasa yang disusun secara seni. Biasanya terdapat dalam bahasa puisi.

Dokumen terkait