Piutang usaha merupakan sejumlah tagihan kepada pihak ketiga di masa yang akan datang pada saat jatuh temponya yang timbul dari penyerahan barang dan jasa dalam kegiatan usaha yang normal. Piutang usaha disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan yaitu sebesar nilai nominal piutang dikurangi PPN yang diperhitungkan dan penyisihan penurunan piutang tak
KaS dan SeTara KaS
31 deSeMBer 2015 31 December 2015 31 deSeMBer 2014 31 December 2014 Increase/(Decrease)
CaSh and CaSh eQuiValenTS SeliSih
Different %
Kas 934 331 603 182,03% Cash
Bank 116.488 63.389 53.099 83,77% Bank
Deposito berjangka 240.000 164.999 75.002 45,46% Time Deposits JuMLah 357.422 228.719 128.703 56,27% ToTaL
kAs dAn seTArA kAs Cash and Cash Equivalents
14 1 Januari 2014 Januar y, 1st 2014 32.277 14 31 Desember 2014 Dec ember , 31st 2014 228.719 357.422 15 31 Desember 2015 Dec ember , 31st 2015 400.000 300.000 200.000 100.000 0 2013 32.277
56,27%
2014 228.719 2015 357.422PT PP ProPerTi, Tbk. Laporan Tahunan 2015
110
tertagih. Piutang disajikan sebesar nilai wajar sesuai PSAK No. 50 (Revisi 2014) tentang Instrumen Keuangan: Penyajian, PSAK No. 55 (Revisi 2014) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, dan PSAK No. 60 tentang Instrumen Keuangan : Pengungkapan.
Pada tahun 2015, seluruh piutang usaha yang berasal dari pihak ketiga mengalami kenaikan Rp875,84 miliar atau 271,28% dari Rp322,86 miliar pada tahun 2014 menjadi Rp1,20 triliun. PP Properti menargetkan piutang usaha sebesar Rp1,40 triliun, tercapai 85,48%. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya piutang penjualan apartemen sebesar Rp786,41 miliar atau 309,69%.
Kebijakan manajemen dalam mengelola piutang usaha terkonsentrasi pada piutang usaha atas penjualan apartemen, perkantoran yang berasal dari selisih kurang uang yang diterima dengan pengakuan pendapatan berdasarkan persentase penyelesaian proyek, piutang usaha dari penjualan perumahan yang merupakan tagihan atas penjualan proyek Payon Amartha Semarang dan Bukit Permata Puri Ngaliyan, Semarang dan Permata Puri, Jakarta, penjualan dari ruko yang merupakan tagihan atas proyek Sungkono Business Park, Surabaya, piutang sewa berasal dari sewa area pusat perbelanjaan, dan piutang usaha hotel yang merupakan sewa ruang dan tagihan kepada tamu hotel, serta piutang pasar yang berasal dari tagihan kepada pemilik kios yang belum dilunasi atas pembelian kios /ruangan di Kapas Krampung Plaza (Kaza).
PiuTAng usAhA Trade receivables 14 1 Januari 2014 Januar y, 1st 2014 65.807 14 31 Desember 2014 Dec ember , 31st 2014 322.860 1.198.705 15 31 Desember 2015 Dec ember , 31st 2015 1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 0 2013 65.807
85,48%
2014 322.860 2015 1.198.7052014) on Financial Instruments: Presentation, PSAK No. 55 (Revised 2014) on Financial Instruments: Recognition and Measurement, and PSAK No. 60 on Financial Instruments: Disclosure.
In 2015, total trade receivables with third parties increased Rp875.84 billion or 271.28% from Rp322.86 billion in 2014 to Rp1.20 trillion. PP Properti targeted Rp1.40 trillion trade receivables, that achieved 85.48%. increase was mainly driven by Rp786.41 billion or 309.69% increase in apartment receivables.
Management policy in managing trade receivables was concentrated on trade receivables from apartment, office from underpaid mismatch received with revenue recognition based on project completion percentage, trade receivables from housing as receivables from sales of Payon Amartha Semarang and Bukit Permata Pru Ngaliyan Projects, Shophouses sales as receivables from Sungkono Business Park, Surabaya project, rental receivables from shopping centar rental and hotel trade receivables from room rental and charge to hotel guests, and market receivables from shope owner that has not been paid froom shop/space purchase at Kapas Krampung Plaza (Kaza).
dari PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank BTN, Tbk, dan PT Bank BRI, Tbk, naik sebesar Rp587,47 juta atau 1.047,25% dibandingkan tahun 2014 sebesar Rp56,10 juta. Hal tersebut terutama disebabkan oleh penempatan deposito yang meningkat di PT Bank BTN, Tbk dan PT Bank BRI, Tbk. Seiring dengan piutang lain-lain pihak berelasi, piutang lain-lain pihak ketiga sebesar Rp152,06 juta terdiri dari PT Bank Bukopin, Tbk dan PT Bank UOB, Tbk, naik sebesar Rp136,03 juta atau 848,72% dibandingkan tahun 2014 sebesar Rp16,03 juta. Hal tersebut terutama disebabkan oleh penempatan deposito yang meningkat di PT Bank Bukopin, Tbk.
PersediAAn
Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan PP Properti tahun 2015 terbagi menjadi persediaan properti sebesar Rp1,91 miliar dan persediaan realti sebesar Rp1,50 triliun. PP Properti menyadari bahwa setiap aset perusahaan harus melalui penjagaan dan pemeliharaan, agar terciptanya efisiensi dan meningkatkan produktifitas. Untuk itu, PP Properti menjaminkan pertanggungjawaban
PiuTAng lAin-lAin other receivables 2013 843
1.047,25%
2014 72 2015 796 843 14 1 Januari 2014 Januar y, 1st 2014 14 31 Desember 2014 Dec ember , 31st 2014 72 796 15 31 Desember 2015 Dec ember , 31st 2015 900.000 800.000 600.000 400.000 200.000 0PT Bank Mandiri, Tbk, PT Bank BTN, Tbk, dan PT Bank BRI, Tbk, increased Rp587.47 million or 1,047.25% from Rp56.10 million booked in2 014. This was mainly driven by higher time deposits placement with di PT Bank BTN, Tbk dan PT Bank BRI, Tbk. Similarly with other receivables with third aprties, other receivables with third parties amounted Rp152.06 billion with PT Bank Bukopin, Tbk dan PT Bank UOB, Tbk, grew Rp136.03 million or 848.72% from Rp16.03 million booked in 2014. This was mainly due higher time deposits placement with PT Bank Bukopin Tbk.
invenTories
Inventories refers to material or goods stored to be used in fulfilling particular objective, such as in production or assembling process, to be resale, or for spare part of any equipment or machine. In 2015, PP Properti divided inventories into Rp1.91 billion Inventory of property and Rp1.50 trillion Inventory of realty.
PP Properti is aware that every assets of the Company has to be protected and maintained to achieve efficiency and and to increase productivity. Therefore, PP Properti placed insurance for the inventory risk to PT Asuransi
PT PP ProPerTi, Tbk. Laporan Tahunan 2015
112
Tata, PT Asuransi Qbe Pool Indonesia, dan PT Asuransi Allianz Utama Indonesia terhadap risiko kebakaran, pencurian dan risiko lainnya dengan jumlah pertanggung jawaban yang cukup menutup kemungkinan kerugian atas persediaan yang dipertanggungkan, yaitu sebesar Rp947,01 miliar.
Pada tahun 2015, persediaan turun sebesar Rp31,02 miliar atau 2,03% dari Rp1,53 triliun pada tahun 2014 menjadi Rp1,50 triliun. PP Properti menargetkan persediaan sebesar Rp1,66 triliun, tercapai 90,35%. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh kinerja produksi dari berbagai proyek yang meningkat.
PAjAk diBAyAr diMukA
Komposisi pajak dibayar dimuka tahun 2015 terdiri dari Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 (Final) sebesar Rp7,73
PerSediaan Tahun 2015 dan 2014 (dalaM juTaan ruPiah)
InVEnTorIES in 2015 and 2014 (in million rupiah)
PerSediaan 31 deSeMBer 2015 31 December 2015 31 deSeMBer 2014 31 December 2014 KenaiKan/(Penurunan) Increase/(Decrease) inVenTorieS SeliSih Different %
Persediaan Properti 1.910 963 946 98,27% Inventory of Properti Persediaan Realti 1.496.160 1.528.127 (31.966) -2,09% Inventory of Realti JuMLah 1.498.070 1.529.090 (31.020) -2,03% Total 817.451 14 1 Januari 2014 Januar y, 1st 2014 1.529.090 14 31 Desember 2014 Dec ember , 31st 2014 1.498.070 15 31 Desember 2015 Dec ember , 31st 2015 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 0 PersediAAn Inventories 2013 817.451
-2,03%
2014 1.529.090 2015 1.498.070PT Asuransi Allianz Utama Indonesia against fire risk, robbery and other risks with sufficient insurance coverage to cover inventory loss potential, amounted Rp947.01 billion.
In 2015, inventories decreased Rp31.02 billion or 2.03% from Rp1.53 trillion in 2014 to Rp1.50 trillion. PP Properti targeted Rp1.66 trillion inventories, that achieved 90.35%. Increase was mainly driven by higher production performance from several projects.