• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS .......................................................... 15-63

4. Pluralitas Dalam Sejarah Islam

Dalam sejarah Islam, ada begitu banyak peristiwa yang memberikan gambaran dan dukungan terkait dengan pemahaman pluralitas yang melahirkan timbulnya hubungan positif dan kerjasama antar umat beragama, di antaranya:

a. Piagam Madinah

Pada saat Nabi Muhammad tiba di Madinah, hal yang pertama dilakukan Nabi ialah menyatukan masyarakat yang memiliki back ground yang berbeda, baik dari segi agama ataupun etnis. Formula yang dilakukan oleh Nabi pertama kali adalah menelusuri komposisi demografis agama dan sosial dari penduduk Madinah. Kedua, Nabi melakukan sensus penduduk. Dan menurut data mutakhir, ditemukan 10 ribu penduduk, dengan perincian 1500 kaum Muslim, 10 ribu kaum Yahudi, dan 4500 kaum musyrikin.34Hal ini memberikan kesan, bahwa Madinah adalah kota yang multi agama dan multi etnik. Setelah Nabi saw. mempersatukan atau mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, Nabi saw. kemudian membuat perjanjian atas dasar kesatuan dan kebebasan beragama dalam sebuah perjanjian yang dikenal dengan ‚Piagam Madinah (al-Misa>q al-Madi>nah)‛.

Dalam Piagam Madinah ini. Memuat nilai-nilai kesetaraan, persamaan, kebebasan beragama, HAM, Musyawarah dan demokrasi. Salah satu pasal dalam Piagam tersebut yaitu, ‚Kaum Yahudi dari Bani ‘Auf merupakan satu umat dengan mukminin. Bagi kaum Yahudi agama mereka dan bagi kaum mukminin agama mereka.35

b. Perjanjian St. Catherine

Pada tahun 7 H./628 M., Nabi Muhammad menjamin kebebasan beragama untuk Gereja St. Catherine yang letaknya di kaki Gunung Musa (the mount of Mousa) yang dibangun pada abad 4 M. Gereja tersebut sangat terkenal ketika

34Ali Bulac, Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu

Kontemporer (Jakarta: Paramadina, 2001), h. 256. Lihat juga J. Suyuti Pulungan, Prinsip-prinsip Piagam Madinah Ditinjau dari Pandangan Al-Qur’an (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 293.

35Ayang Utrisa Yakin, Islam Moderat dan Isu-isu Kontemporer: Demokrasi, Pluralisme,

seorang biarawati bernama Catherine menolak ajakan untuk masuk agama Yahudi, yang mengakibatkan biarawati tersebut dihukum mati. Kemudian nama gereja tersebut diberikan nama biarawati tersebut untuk mengabadikan perjuangannya dalam mempertahankan keimanannya.

Ketika Islam datang pada awal abad I H/7M, gereja St. Catherine tetap berdiri dan aktif dalam fungsinya sebagai tempat peribadatan kaum Kristiani. Dan ketika Islam menguasai Mesir, maka umat Kristen mendapat jaminan kebebasan dan perlindungan dari Nabi saw. Salah satu bentuk penghargaan Islam terhadap keberadaan agama lain ialah piagam perjanjian yang diberikan Nabi saw. kepada kaum Kristen St. Catherine. Hal ini tentu saja berbeda dengan perlakuan kaum Yahudi yang memberangus keberadaan gereka tersebut hingga mengakibatkan korban.36 Perjanjian yang dibuat oleh Nabi saw. dan pihak Kristen St. Catherine, mencakup semua hak asasi manusia seperti kebebasan beribadah, perlindungan, kebebasan menentukan hakim sendiri dan memiliki dan mengelola harta benda mereka sendiri.

Piagam perjanjian yang dibuat untuk kaum Kristen ini menandakan bahwa betapa Nabi saw. ingin meletakkan dasar-dasar Islam dengan nilai-nilai penghargaan terhadap agama lain sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keyakinan dan sikap agama Islam.

c. Umar ibn Khattab dan Kristen Yerussalem

Pada tahun 15 H/636 M., Khalifah Umar ibn Khattab serta pasukan Islam menaklukkam Yerusalem (bait al-maqdis), yang sekarang terletak di Palestina. Kala

36Ayang Utrisa Yakin, Islam Moderat dan Isu-isu Kontemporer: Demokrasi, Pluralisme,

itu Yerussalem dihuni oleh mayoritas umat Nasrani. Ketika mereka masuk Iliya, nama kuno, khalifah Umar kemudian membuat perjanjian yang isinya menjamin keamanan dan kebebasan beribadah dan penghargaan terhadap rumah ibadah umat Nasrani.37

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Inilah apa yang hamba Allah ‘Umar, Amiruk Mukminin berikan kepada penduduk Iliya,yaitu rasa keamanan. ‘Umar memberikan jaminan keamanan untuk hidup, gereka-gereja, harta benda, salib-salib mereka, orang-orang lemah, orang-orang merdeka dan semua agama. Gereja-gereja mereka tidak akan dihancurkan, digunakan, tidak ada sesuatu yang dikurangi dari gereja itu dan dari tempatnya; tidak juga salib, harta benda mereka, penduduknya tidak dipaksakan untuk menjalankan agama mereka, dan tidak ada satu orang pun akan dilukai dan disakiti.38

Sikap yang digambarkan di atas dalam menghargai dan melindungi umat lain benar-benar direalisasikan oleh generasi pengganti Rasulullah, yaitu Khulafa al-Rasyidin. Sikap Umar terhadap umat Kristen ini merupakan wujud nyata dari upaya membumikan ajaran autentik Islam, yaitu kebebasan beragama.

d. Khalifah Abbasiyyah dan Katolik Nestorian

Bentuk kerja sama dan hubungan keagamaan yang baik digambarkan juga oleh Khilafah Abbasiyyah dengan Katolik Nestorian sepanjang satu abad 132-236 H/750-850 M di Baghdad, Irak. Hal ini tergambar hubungan harmonis antar-umat beragama di bawah pemerintahan Islam sangat terjamin, yaitu pada masa Abu> Ja’far al-Mansur (137-159 H/754-775 M), Muh}ammad al-Mahdi (159-169 H/775-785 M),

37Ayang Utrisa Yakin, Islam Moderat dan Isu-isu Kontemporer: Demokrasi, Pluralisme,

Kebebasan Beragama, Non-Muslim, Poligami dan Jihad, h. 93.

38Abu> Ja’far Muh}ammad ibn Jari>r al-Tabari>, Ta>ri>kh al-Tabari: Ta>ri>kh al-Umam wa al-Mulu>k,

Musa al-Hadi (169-170 H/785-786 M), Harun al-Rasyid (170-194 H/786-809 M) dan Abdullah al-Makmun (198-218 H/813-833 M).39

Bahkan pada masa Khalifah al-Mahdi dan Patriarkh Timoti I, terjadi dialog agama antara pemimpin Muslim dan pemimpin Katolik Nestorian itu, sekitar tahun 184 H/800 M, terkait soal Kristus, trinitas, kematian Yesus di atas salib, alasan umat Nasrani tidak menerima Muhammad sebagai Nabi, pendapat Nasrani terhadap Muhammad dan seterusnya. Sebuah dialog yang jujur dan sehat antardua pemimpin agama. Dialog yang penuh dengan rasa ingin tahu, saling menghormati, menghargai dan saling memberi informasi dari masing-masing pihak. Kaum Kristen Nestorian ini juga berjasa dalam penyebaran ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani kepada dunia Islam sebagai penerjemah.40

Jalinan kerjasama antar dua agama ini berjalan di berbagai bidang. Sebuah gambaran harmonis yang dapat dijadikan sebagai rujukan atau panutan umat Islam untuk melakukan kerja sama yang baik dan sehat dalam bidang apa pun.

Dokumen terkait