• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Pelayananan Instalasi Farmasi

4.3.2 Pokja Perbekalan

Perbekalan farmasi yang masuk ke IFRS diterima, diperiksa, diteliti keadaannya, disesuaikan dengan surat pengantar barang (SPB) dan surat pesanan (SP), di-entry, dan disimpan sesuai dengan sifatnya (obat termolabil di lemari es yang dilengkapi pengatur suhu), bentuk sediaan (oral, injeksi, infus, salep), bahan baku obat (mudah menguap/terbakar), obat narkotika dan psikotropik dalam lemari khusus dan terkunci, dan disusun secara alfabetis dengan sistem first in first out (FIFO) dan first expired first out (FEFO). Lemari es yang terdapat pada gudang askes belum memenuhi persyaratan suhu penyimpanan.

Perbekalan farmasi yang dibeli melalui tender diterima oleh panitia penerima barang bersama-sama dengan bendaharawan barang untuk menerima, memeriksa dan meneliti keadaan perbekalan farmasi, disesuaikan dengan SPB dan SP, diserahkan ke instalasi farmasi melalui pokja perbekalan, kemudian dibuat berita acara. Petugas pokja perbekalan menerima, meng-entry ke SIRS dan menyimpan perbekalan farmasi.

Pokja perbekalan melakukan kegiatan produksi sediaan farmasi seperti membuat akuades, H2O2 3%, NaCl 0,9% non steril , handscrub serta mengubah menjadi kemasan yang lebih kecil (re-packing) antara lain alkohol 96%, alkohol 70% dan isodin (povidon iodium).

32

Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan seperti rawat inap terpadu (rindu), CMU, IGD, apotek I, apotek II, instalasi diagnostik terpadu (IDT), instalasi hemodialisis (IHD), instalasi patologi anatomi (IPA), instalasi patologi klinik (IPK), instalasi radiologi dan user lainnya seperti poli-poli rawat jalan. IPK telah memiliki kerja sama operasional (KSO) dengan pihak lain untuk reagen tertentu, namun untuk pengadaan reagen lain yang tidak termasuk KSO tetap dilakukan oleh instalasi farmasi.

4.3.3 Pokja Farmasi Klinis

Pokja farmasi klinis dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik. Pelayanan farmasi klinis meliputi:

u. Pengkajian dan Pelayanan Resep

Pengkajian dan pelayanan resep untuk pasien rawat inap pada jam kerja pagi hingga sore hari dilakukan oleh depo farmasi. Pengkajian dan pelayanan resep untuk pasien rawat jalan dilakukan oleh apotek I dan II. Pengkajian dan pelayanan resep pasien pada malam hari dilakukan oleh apotik II.

v. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Penelusuran riwayat penggunaan obat dilakukan pada saat visite oleh farmasi klinis. Kriteria pasien yang ditelusuri riwayat penggunaan obatnya sesuai dengan kebijakan farmasi klinis.

33

w. Pelayanan lnformasi obat (PIO)

PIO di RSUP H. Adam Malik telah terstruktur dan dilaksanakan dengan baik. Pelayanan informasi obat untuk pasien rawat inap dilakukan di depo farmasi dimana ruang PIO adalah ruang kepala depo farmasi, sedangkan untuk pasien rawat jalan dilakukan di ruang konseling. Ruang PIO pusat di instalasi farmasi rumah sakit sudah tersedia dan dilengkapi dengan fasilitas seperti telepon, komputer, printer, literatur, jaringan internet, dan mesin fax. PIO dalam bentuk penyuluhan juga telah dilaksanakan oleh farmasi klinis yang bekerja sama dengan instalasi penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit (PKMRS) sebanyak empat kali dalam satu bulan, yaitu dua kali untuk pasien rawat inap dan dua kali untuk pasien rawat jalan. Jadwal penyuluhan disusun oleh PKMRS dan apoteker sebagai edukator, yang ditetapkan oleh pihak rumah sakit dan sebagai koordinator seluruh apoteker adalah kepala pokja farmasi klinis.

x. Konseling

Pelaksanaan konseling telah dilaksanakan secara optimal, dimana ruangan dan sarana untuk melakukan kegiatan konseling telah tersedia. Pencatatan data pasien dan data penggunaan obat telah dilaksanakan secara kontiniu, sehingga diperoleh informasi perkembangan pasien. Pelaporan konseling meliputi jumlah pasien dan kategori penyakit pasien. Kategori pasien yang dikonseling sesuai dengan kebijakan farmasi klinis yaitu pasien kardiovaskular, endokrin (diabetes), paru (tuberkulosis), dan pasien polifarmasi lainnya.

Pelaksanaan konseling untuk pasien rawat inap dilakukan bersamaan pada saat apoteker melakukan visite, sebagai bukti bahwa apoteker telah melakukan konseling pada kolom yang tersedia di formulir konseling harus ditanda tangani

34

oleh konseler dan pasien. Semua edukasi yang diberikan kepada pasien tercantum di formulir edukasi multidisiplin yang telah tersedia dalam rekam medis pasien.

y. Visite

Kegiatan visite telah dilaksanakan pada pasien rawat inap bedah syaraf dan neurologi sebagai ruang percontohan untuk penilaian sesuai standar JCI. Kunjungan ini bisa berupa kunjungan mandiri atau kunjungan bersama tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, perawat, ahli gizi dan petugas mikrobiologi. Kegiatan visite sudah dilakukan secara optimal dan menyeluruh pada setiap pasien. Penelusuran riwayat penggunaan obat yang termasuk dalam kegiatan visite telah dilakukan oleh farmasi klinis, hal ini semua tercatat pada profil pengunaan obat pasien termasuk penanganan obat yang dibawa dari rumah dan yang dibeli bebas. Apabila adanya hal yang perlu direkomendasikan apoteker kepada dokter dapat ditulis pada formulir pelayanan terintregasi yang ada di dalam rekam medic pasien

Pengawasan pengunaan antibiotik juga dilakukan pada saat apoteker melaksanakan visite, pengunaan antbiotik secara empiris dibatasi hanya diberikan selama empat hari dan selanjut diberikan antibiotik defenitif yang sesuai dengan uji kultur bagi pasien, ini dilakukan menginggat waktu yang dibutuhkan pada biakan mikroorganisme dalam darah membutuhkan waktu selama tiga hari dan hasilnya dapat dibaca oleh dokter pada hari ke-empat pada saat pasien masuk ke rumah sakit namun untuk pemeriksaan biakan mikroorganisme dalam urine hanya membutuhkan waktu sehari saja.

35 z. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantuan terapi obat telah dilakukan bersamaan dengan visite. Pemantauan terapi obat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki

å. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Tujuan dilakukan MESO adalah untuk memonitoring efek samping yang jarang terjadi dan berbahaya. Pelaksanaannya oleh farmasi klinis bersamaan dengan visite. Farmasi klinis mempunyai inisiatif untuk melatih perawat kepala ruang agar dapat memantau ESO di ruangan masing-masing. Kepala ruangan akan melaporkan ESO yang terjadi kepada farmasi klinis untuk dicatat dan dilaporkan ke pusat MESO nasional. Obat yang telah dilaporkan ke pusat MESO nasional antara lain sefadroksil, seftriakson, triheksifenidil, metronidazol, dan deksametason. Kewenangan penetapan MESO adalah apoteker dan dokter setelah mendiskusikan bersama.

bb. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

Evaluasi penggunaan obat sudah dilakukan yaitu evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien pasca bedah. Semua pasien yang telah dioperasi diberikan antibiotika walaupun tidak ada tanda-tanda infeksi. Hal ini disebabkan karena dokter tidak bisa menjamin ruang operasi telah steril, kurangnya wastafel, kurangnya perban set dan sarung tangan steril. Hal-hal tersebut telah diperbaiki tetapi belum dievaluasi secara berkesinambungan.

36 cc.Dispensing Sediaan Khusus

Dispensing sediaan khusus meliputi pencampuran obat kemoterapi, pencampuran obat suntik dan penyiapan nutrisi parenteral. Dispensing sediaan khusus yang sudah dilakukan oleh pokja farmasi klinis adalah penanganan sediaan sitotoksik. Penanganan sediaan sitotoksik pada bulan Oktober 2011 berjumlah 181 orang dengan obat kemoterapi yang direkonstitusi 362 kali. Ruang pencampuran obat kemoterapi belum memeuhi persyaratan, dimana ruang tersebut belum memiliki ruang antara, dinding dan sudut yang belum memenuhi persyaratan dan pas box yang belum difungsikan karena ukurannya yang terlalu kecil. Dispensing sediaan kemoterapi dilakukan untuk semua pasien di rumah sakit, kecuali obat kemoterapi intratekal dan obat kemoterapi untuk anak-anak.

Pokja farmasi klinis menetapkan kebijakan agar pencampuran obat suntik dilakukan oleh perawat karena tidak efisien jika pencampuran tersebut dilakukan oleh farmasi klinis untuk pasien yang berjumlah ±600 orang. Penyiapan nutrisi parenteral belum dilakukan karena kurang memadainya sarana dan prasarana di rumah sakit.

aa. Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah (PKOD)

Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD) telah dilaksanakan oleh pokja farmasi klinik, namun belum dilaksanakan secara kontinu karena harga reagen yang

digunakan untuk menentukan kadar obat dalam darah sangat mahal, expired date

reagen yang singkat, dan obat-obat nefrotoksik sudah jarang digunakan.

37

4.3.4 Apotek

Dokumen terkait