• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.2.3 Pola Kolaboratif

Model pembelajaran menurut Kardi dan Nur (2000:9) ada lima model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, diskusi, dan learning strategi.

Menurut Lie (2004:29) pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.

Merujuk pada pemaparan mengenai pembelajaran kooperatif tersebut, maka peneliti memilih pola think pair and share sebagai pola pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelaran membandingkan teks prosedur kompleks.

2.2.3.1 Think Pair and Share

Pola pembelajaran think pair share adalah salah satu pola pembelajaran

yang memberi kesempatan kepada setiap peserta didik untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya

satu peserta didik maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tipe

Think-Pair-Share ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada

peserta didik untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie 2004:54).

Menurut Suyatno (2009: 54) think pair and share adalah model pembelajaran kooperatif yang memiliki prosedur ditetapkan secara eksplisit memberikan waktu lebih banyak kepada peserta didik untuk memikirkan secara mendalam tentang apa yang dijelaskan atau dialami (berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain).

Arends (dalam Komalasari 2010: 84) mengemukakan bahwa:

Teknik pembelajaran Think Pair and Share merupakan suatu

cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara

keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair

and Share dapat memberi peserta didik lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.

Selain itu, Trianto (2010:81) menjelaskan bahwa think pair share atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi interaksi peserta didik”.

Bertitik tolak dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada

tiga hal mendasar yang harus dilakukan dalam model pembelajaran think pair and

share antara lain; berfikir (thinking), berpasangan (pairing), dan berbagi (share).

Alternatif proses belajar mengajar dengan model pembelajaran think pair

and share merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

memengaruhi pola interaksi peserta didik. Hal ini dapat dilihat dalam langkah langkah dalam model pembelajaran, yaitu peserta didik melakukan diskusi dalam dua tahap yaitu tahap diskusi dengan teman sebangkunya kemudian dilanjutkan

diskusi dengan keseluruhan kelas pada tahap berbagi (sharing).

2.2.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Pola Think Pair and Share

Fadholi (2009:1) mengemukakan 5 Kelebihan teknik pembelajaran think

pair and share ( TPS ), yaitu (1) memberi peserta didik waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain, (2) lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya, (3) peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang, (4) peserta didik memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh peserta didik sehingga ide yang ada menyebar, dan (5) memungkinkan peserta didik untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.

Menurut Kagan (dalam Maesuri, 2002:37) manfaat think pair and

share adalah (1) para peserta didik menggunakan waktu yang lebih banyak untuk

mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka

terlibat dalam kegiatan think pair and share lebih banyak peserta didik yang

mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para peserta didik mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik, dan (2) para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika

menggunakan think pair and share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan

jawaban peserta didik, mengamati reaksi peserta didik, dan mengajukan pertanyaaan tingkat tinggi.

Selanjutnya menurut Trianto (2009:59) berpendapat bahwa “Tujuan

pembelajaran kooperatif think pair share adalah (a) dapat meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik, (b) unggul dalam membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit, dan (c) membantu peserta didik menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.

Berdasarkan beberapa pendapat dari Fadholi, Kagan, dan Trianto, dapat disimpulkan bahwa kelebihan menggunakan pola Think Pair and Share adalah mengajak peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik mampu berpikir kritis dan meningkatkan pemahaman peserta didik dalam memahami konsep-konsep yang rumit.

2.2.3.3 Tahapan Pola Kolaboratif Think Pair and Share

Pola kolaboratif tipe think pair and share mempunyai tahapan pembelajaran tersendiri. Langkah-langkah Think Pair and Share menurut Nurhadi (2004:67) yaitu (1) berpikir (Thinking), yaitu guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran kemudian peserta didik diberikan waktu satu menit untuk berfikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut, (2) berpasangan (Pairing), yaitu guru meminta kepada peserta didik untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan, (3) berbagi ( sharing), dimana guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan.

Pendapat di atas dipertegas lagi oleh Kunandar (2009:367) terdiri atas tiga langkah pembelajaran, yaitu langkah 1: Berpikir (Thinking), yaitu guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan peserta didik diberi waktu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut. Langkah 2: Berpasangan (Pairing), yakni guru meminta kepada peserta didik untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang dipikirkan. Langkah 3: Berbagi (Sharing),yakni guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan.

Dari konsep pembelajaran di atas disimpulkan bahwa langkah-langkah pola kolaboratif think pair and share tidak sulit untuk dilaksanakan. Pada tahap pendahuluan, guru atau pendidik menjelaskan aturan main, memotivasi dan

menjelaskan kompetensi yang akan dicapai, kemudian proses berpikir (Think) dilaksanakan pada saat guru menggali pengetahuan peserta didik kemudian berpasangan (Pair), biasanya dilaksanakan dengan teman sebangku, dimana setelah berpasangan mereka bisa saling bertukar pendapat atau berbagi (Share) ilmu pengetahuan.

Dokumen terkait