• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTR

C. Pola Komunikasi Kyai dan Santri Dalam Pengajaran Sen

1. Proses Pengajaran Seni Baca Al-Qur’an

Pengajaran seni baca al-Qur’an diajarkan oleh kyai Sobron pondok pesantren Al-Qur’aniyyah satu kali dalam seminggu, yaitu pada malam jum’at. Kegiatan belajar mengajar tersebut diadakan di Aula secara klasikal/bersama-sama dan waktu belajarnya ba’da sholat Isya. Adapun KH. Drs. M. Sobron Zayyan, M.A memberikan pengajaran tersebut, pada tahap

105

Wawancara Pribadi dengan Ust. Muhammad Hilimi, S.Ag, Pengurus Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah, Tangerang, 20 Maret 2008.

awal, adalah seorang kyai Sobron melafadzkan ayat-ayat al-Qur’an dengan cara melagukan kata demi kata dan kalimat demi kalimat yang sesuai dengan aturan ilmu tajwid dan ilmu qira’at terlebih dahulu, kemudian para santri mengikutinya secara bersama-sama. Sebelum para santri menguasai satu bait secara baik dan benar, maka seorang kyai tidak melanjutkan bait berikutnya secara terburu-buru melainkan mengulanginya berulang kali sampai para santri dapat menguasainya.

Bait al-Qur’an tersebut disimak dan dipahami oleh santri yang mengikuti seni baca al-Qur’an. Kemudian berlanjut kepada tahap berikutnya, yaitu kyai memerintahkan kepada para santri yang telah menguasai bait al-Qur’an yang diajarkan, untuk mendemonstrasikannya dengan maju secara individual maupun kelompok, mulai dari lagu bayyati dengan tangga nadanya sampai lagu jiharka dengan tangga nadanya.

Setelah individu maupun kelompok santri selesai membaca di depan. Untuk selanjutnya para santri lainnya secara bersama-sama mengikutinya sampai selesai. Seiring para santri mendemonstrasikan bait al-Qur’an, kyai Sobron hanya mendengar dan menyimak serta mengamati kemampuan mereka. Dengan demikian, kyai Sobron bisa menilai dan mengukur sejauhmana bakat atau kemampuan yang mereka miliki.106

Menurut informan pola/bentuk komunikasi yang digunakan oleh kyai Sobron dalam pengajaran seni baca al-Qur’an di pondok pesantren Al- Qur’aniyyah, dapat diartikan sebagai suatu rencana yang digunakan oleh seorang kyai Sobron dalam menyampaikan materi atau pesan pelajaran seni

106

Wawancara Pribadi dengan, KH. Drs. M. Sobron Zayyan, M.A, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah, Tangerang, 20 Maret 2008.

baca al-Qur’an kepada para santri selaku komunikan dengan berbagai macam bentuk. Untuk itu, pola komunikasi yang digunakan oleh kyai Sobron dalam proses pengajaran seni baca al-Qur’an, yaitu secara langsung melalui tatap muka dengan lisan, dan menggunakan pola komunikasi kelompok kecil antara seorang kyai Sobron dengan para santri.

Dalam proses pengajaran tersebut kyai Sobron menggunakan komunikasi instruksional, di mana pelaksanaannya komunikasi instruksional yang terjadi dalam mencapai tujuan tersebut lebih banyak menginstruksikan kepada santri untuk lebih banyak meningkatkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pemahaman tentang materi pengajaran seni baca al-Qur’an. 2. Materi, Lagu dan Metode dalam Pengajaran Seni Baca Al-Qur’an

a. Materi

Materi dalam pengajaran seni baca al-Qur’an merupakan ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung makna dan isi pesan-pesan baik dalam bentuk perintah (amr), larangan (nahy), harapan dan himbauan dan lain-lain.

Agar para santri dapat lebih mengenal dan memahami isi dan makna kandungan al-Qur’an, ada beberapa materi yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an yang diberikan oleh kyai dalam pengajaran seni baca al-Qur’an di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah, diantaranya:

1. Materi Keimanan 2. Materi Akhlak 3. Materi Ibadah 4. Materi Halal Bihalal 5. Materi Tasyakuran

6. Materi Peringatan Hari-hari Besar Islam 7. Materi Peringatan Hari-hari Besar Kenegaraan 8. Materi Upacara Pernikahan

9. Materi Santunan Anak-anak Yatim.107

Selain materi yang berupa makna dan isi kandungan ayat-ayat al- Qur’an yang diajarkan oleh kyai Sobron kepada santri, namun kyai juga mengajarkan materi ilmu tajwid, qira’at sab’ah dan lain sebagainya. Karena ilmu tajwid merupakan pokok hukum dalam bacaan al-Qur’an. Bila santri belum memahami ilmu tajwid, maka santri akan terus menerus menghafalnya. Ini adalah tingkat awal yang dilaksanakan oleh kyai Sobron kepada santri, untuk mengenal ilmu tajwid dan dapat menerapkannya dalam proses pengajaran seni baca al-Qur’an.

Santri harus dapat menguasai ilmu tajwid, bukan hanya sekedar mengetahui tetapi harus mempraktekkannya dengan baik dan benar ketika berlangsungnya proses pengajaran seni baca al-Qur’an.108

b. Lagu dan Tangga Nada (Ilmu Nagham Al-Qur’an)

Membaca al-Qur’an selain wajib menggunakan ilmu tajwid, para santri juga dianjurkan agar membaca al-Qur’an dengan suara yang indah dan merdu. Dalam membaca al-Qur’an, para santri hendaknya mengalunkan lagu-lagu yang sejalan dengan keagungan kitab suci al- Qur’an, yaitu dengan lagu-lagu Arabi, diantaranya:

1. Bayyati

Bayyati memiliki 4 (empat) tingkatan tangga nada, yaitu: a. Qorror (dasar)

b. Nawa (menengah)

c. Jawab (tinggi)

d. Jawabul Jawab (paling tinggi)

107

Wawancara Pribadi dengan Ust. Muhammad Hilimi, S.Ag, Pengurus Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah, Tangerang, 20 Maret 2008.

108

Wawancara Pribadi dengan Ust. Muhammad Hilimi, S.Ag, Pengurus Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah, Tangerang, 20 Maret 2008.

2. Shobaa

Shobaa memiliki 3 (tiga) tingkatan tangga nada, yaitu: c. Asyiron (nawa)

d. Ajami (jawab)

e. Quflah Bustanjar

3. Hijaz

Hijaz memiliki 3 (tiga) tingkatan tangga nada, yaitu:

a. Hijaz Kar

b. Hijaz Kar Kur

c. Alwan Hijaz

4. Nahawand

Nahawand memiliki 3 (tiga) tingkatan tangga nada, yaitu:

a. Nawa (menengah)

b. Jawab (tinggi)

c. Quflah Mahur

5. Rost

Rost memiliki 5 (lima) tingkatan tangga nada, yaitu:

a. Nawa (menengah) b. Jawab (tinggi) c. Quflah Zinjiron d. Syabir Alarrost e. Alwan Rost 6. Sika

Sika memiliki 3 (tiga) tingkatan tangga nada, yaitu: a. Iraqi (nawa)

b. Turki (jawab)

c. Variasi Raml

7. Jiharka

Jiharka memiliki 2 (dua) tingkatan tangga nada, yaitu:

a. Nawa (menengah)

b. Jawab (tinggi).109 c. Metode

Metode pembelajaran di pondok pesantren Al-Qur’aniyyah merupakan hal setiap kali mengalami perkembangan dan perubahan,

109

Wawancara Pribadi dengan, KH. Drs. M. Sobron Zayyan, M.A, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah, Tangerang, 20 Maret 2008.

sesuai dengan penemuan metode yang lebih efektif dan efisien untuk mengajarkan materi palajaran. Metode pengajaran yang digunakan oleh kyai Sobron dan para ustadz berkaitan fungsi dalam pendidikan, yakni sebagai pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak santri dalam keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang yang digunakan.

Berkaitan dengan penggunaan metode pengajaran, yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan oleh seorang kyai pondok pesantren Al-Qur’aniyyah, karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam suatu sistem pengajaran, tentunya didukung juga oleh bentuk atau pola komunikasi yang baik.110

Kyai Sobron dalam mencetak para santri agar dapat membaca al- Qur’an secara fasih, benar sesuai dengan ilmu tajwid, serta melantunkan ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan ilmu tentang lagu-lagu dalam al-Qur’an (ilmu nagham) dan ilmu qira’at yang berlaku, maka diterapkan metode- metode pengajaran dalam menyampaikan materi atau pesan kepada santri untuk mempermudah memahami materi atau pesan tersebut. Adapun metode-metode yang digunakan oleh kyai, adalah sebagai berikut:

1. Metode Penugasan

Metode penugasan merupakan salah satu cara di dalam penyajian bahan pelajaran kepada santri dimana kyai memberikan sejumlah tugas

110

Wawancara Pribadi dengan, KH. Drs. M. Sobron Zayyan, M.A, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah, Tangerang, 20 Maret 2008.

kepada santri untuk mempelajari bahan atau materi, kemudian santri diperintahkan untuk mempertanggungjawabkannya.

Menurut informan dalam metode ini seorang kyai atau ustadz menggunakan komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok kecil, yaitu kyai menugaskan santri untuk mengucapkan kalimat atau bait lagu, dan santri melanjutkan kalimat atau bait lagu yang telah diucapkan oleh kyai atau ustadz.

2. Metode Hafalan

Sebagai sebuah metode pengajaran, hafalan pada umumnya diterapkan pada pelajaran yang bersifat nagham (syair). Dalam metode ini santri diberikan tugas untuk menghafal beberapa bait atau baris kalimat dari sebuah al-Qur’an dengan lagu dan tangga nadanya, untuk kemudian membacakannya di depan seorang kyai.

Menurut informan metode ini, biasanya dilakukan dengan cara tatap muka melalui komunikasi interpersonal, di mana setiap santri diharuskan membacakan tugas hafalannya dihadapan kyai atau ustadz, jika santri hafal dengan baik, maka santri diperbolehkan untuk melanjutkan tugas hafalan berikutnya.

3. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawabnya, atau sebaliknya.

Seorang kyai menyampaikan materi pembelajaran lagu dan nada yang terdapat dalam seni baca al-Qur’an kepada para santri secara

langsung melalui tatap muka dengan lisan dan menggunakan komunikasi kelompok kecil, setelah santri mendengarkan materi tersebut dengan baik, maka kyai mempersilahkan kepada santri yang hendak bertanya apabila materi lagu dan nada yang diajarkan dirasa belum dimengerti dan dipahami, kemudian kyai akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh santri dengan baik.

Menurut informan metode ini dimaksudkan untuk merangsang santri untuk meningkatkan kembali materi yang telah disampaikan dahulu, serta untuk mengetahui pemahaman santri terhadap materi yang disampaikan oleh seorang kyai. Dalam metode tanya jawab ini, seorang kyai melayani para santri yang belum mengerti mengenai materi yang telah disampaikan atau juga ingin mendapat pengetahuan yang lebih mendalam dari pengajaran seni baca al-Qur’an yang telah disampaikan. 111

4. Metode Membaca

Metode membaca dilakukan dengan cara membaca bersama-sama atau tadarus. Dalam proses pengajaran seni baca al-Qur’an, seorang kyai menggunakan metode membaca, yaitu membacakan ayat-ayat al- Qur’an dengan seninya, lalu santri mengulangi kata demi kata sama secara bersama-sama seperti yang dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz. Menurut informan dalam metode ini kyai menggunakan komunikasi kelompok kecil karena bentuk komunikasi seperti ini sangat membantu kyai dalam mengetahui kemampuan santri dalam

111

Wawancara Pribadi dengan, KH. Drs. M. Sobron Zayyan, M.A, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah, Tangerang, 20 Maret 2008.

mengubah sikap dan tindakan santri dalam sehingga memahami materi yang disampaikan dengan baik.

5. Metode Menyimak

Ketika kyai melafadzkan ayat-ayat al-Qur’an dengan seninya, santri di harapkan menyimak, menghayati dan mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an yang dilafadzkan oleh kyai. Menurut informan bentuk komunikasi yang digunakan oleh kyai dalam metode ini adalah komunikasi interpersonal, karena dengan bentuk komunikasi seperti ini santri dapat lebih fokus terhadap materi yang disampaikan oleh kyai atau ustadz.

6. Metode Demonstrasi

Demostrasi merupakan bentuk penyampaian pesan atau materi dengan cara mempraktekkan, memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan sesuatu kegiatan baik secara langsung maupun melalui penggunaan media komunikasi yang relevan dengan materi yang sedang disajikan. Demonstrasi dalam hubungannya dengan penyajian informasi dapat diartikan sebagai upaya peragaan atau praktek tentang cara melakukan sesuatu atau mengerjakan sesuatu.

Menurut informan komunikasi yang digunakan oleh kyai kepada santri dalam metode demonstrasi adalah komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok kecil, di mana santri yang sudah menguasai materi yang telah disampaikan oleh kyai, kemudian santri mendemonstrasikan kemampuan mereka dihadapan kyai dan santri- santri lainnya.

Metode ini sangat merangsang santri untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran seni baca al-Qur’an, dapat membantu santri untuk mengingat lebih lama materi pelajaran yang telah disampaikan, karena santri tidak hanya mendengar tetapi juga melihat bahkan mempraktekkannya secara langsung.

Metode ini akan dapat berjalan lebih efektf dan efisien, apabila materi yang didemonstrasikan ditindaklanjuti oleh santri dalam kehidupan sehari-hari maupun dengan latihan secara kontinyu sehingga santri tidak lupa dengan materi tersebut. Dengan penggunaan metode ini, kyai dengan mudah mengukur dan manilai kemampuan santri dalam proses pengajaran seni baca al-Qur’an.

7. Metode Motivasi

Metode motivasi merupakan suatu pendorong atau penyemangat bagi para santri yang mengikuti pelajaran. Bagi santri yang mempunyai kepandaian atau kemampuan dalam penguasaan materi. Santri yang sudah terlihat kemampuan dan kemahirannya dalam menguasai materi yang disampaikan oleh kyai, maka seorang kyai memprediksikan bahwa santri tersebut sudah bisa dikatakan santri yang bagus dan baik dalam penilaian. Dengan begitu, santri yang sudah mahir dalam seni baca al-Qur’an akan diikuti perlombaan dalam berbagai tingkatan, kemudian seorang kyai akan menerjunkan santri untuk memanfaatkan ilmu yang sudah didapat ke masyarakat.112

112

Wawancara Pribadi dengan, KH. Drs. M. Sobron Zayyan, M.A, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah, Tangerang, 20 Maret 2008.

Menurut informan metode-metode yang digunakan oleh KH. Drs. M. Sobron Zayyan, M.A, pimpinan pondok pesantren Al-Qur’aniyyah dalam pengajaran seni baca al-Qur’an mencetak santri agar dapat membaca al- Qur’an secara fasih, baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid, serta mampu melantunkannya sesuai dengan ilmu lagu-lagu dalam al-Qur’an (ilmu nagham) dan ilmu qiro’at yang berlaku ternyata tidak sia-sia, terbukti kebanyakan santri yang mempunyai kemampuan dan bakat yang mereka miliki dari pengajaran seni baca al-Qur’an.

D. Analisis Pola Komunikasi Kyai dan Santri Dalam Pengajaran Seni Baca

Dokumen terkait