• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pola Makan Individu Induk Orangutan Bukit Lawang

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan selama 17.872 menit (298 jam) dan analisis data terhadap tiga individu induk orangutan (Minah, Pesek dan Sandra) di Bukit Lawang didapatkan data pola makan yang cukup bervariasi antara ketiga individu induk orangutan, baik dilihat dari keragaman pakan maupun penggunaan pakan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini:

Buah 28.12% Daun Muda 26.03% Daun Tua 1.58% Batang 3.30% Bunga 7.51% Marau 5.46% Kulit Kayu 4.84% Kambium 0.51% Susu 1.32% Serangga 3.48% Lain-lain 6.41% Kunyahan 11.44%

Gambar 4.1 Persentase Keragaman Pakan yang Umum Digunakan Ketiga Individu Induk Orangutan Bukit Lawang

Dari Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa terdapat delapan bagian tumbuhan yang umum digunakan ketiga individu induk orangutan (Minah, Pesek dan Sandra) sebagai makanannya, yaitu: buah, daun muda, daun tua, batang, bunga, marau, kulit kayu dan kambium. Selain bagian dari tanaman, ketiga individu induk juga memakan hasil kunyahan sendiri, serangga dan tanah. Disamping itu ketiga individu induk orangutan juga menggunakann pakan dari pemberian manusia seperti buah dan susu.

Berdasarkan persentase keragaman pakan yang paling sering dimakan oleh individu induk orangutan (Minah, Pesek dan Sandra) di Bukit Lawang secara umum adalah buah, yaitu sebesar 28,12 % kemudian baru diikuti berturut-turut ; daun muda (26,03 %), kunyahan sendiri (11,44 %), bunga (7,51 %), lain-lain (6,41 %), marau (5,46 %), kulit kayu (4,84 %), serangga (3,48 %), batang (3,30 %), daun tua (1,58 %), susu (1,32 %) dan kambium (0,51 %). Hal tersebut sesuai seperti yang dikatakan Rijksen (1978), Galdikas (1986) dan Meijaard et al. (2001) bahwa buah merupakan jenis makanan utama bagi orangutan. Keragaman pakan lain-lain (6,41 %) bersumber dari jenis makanan berupa tanah, air, kayu tua dan makanan-makanan yang dikonsumsi oleh ketiga individu induk orangutan yang tidak dapat diketahui jenis makananya. Penggabungan keragaman pakan tersebut ke dalam kategori keragaman pakan lain-lain dikerenakan rendahnya persentase waktu pengunaan keragaman pakan tersebut.

Akan tetapi perlu diketahui bahwa penggunaan sumber buah di atas merupakan penggunaan sumber pakan buah dari alam ditambah buah yang diberikan oleh manusia baik pada saat feeding time maupun pada saat aktivitas tracking pengunjung. Untuk lebih jelasnya, penggunaan keragaman pakan dengan membedakan penggunaan buah yang berasal dari alam dan buah yang berasal dari pemberian manusia dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Persentase Penggunaan Keragaman Pakan Individu Induk Orangutan Bukit Lawang

Keragaman Pakan Minah (%) Pesek (%) Sandra (%) 1. Buah dari Alam (3)17,66 (2)20,37 (2)14,31 2. Buah dari Pemberian Manusia (2)18,62 6,82 9,80

3. Daun Muda (1)29,70 (1)28,29 (1)21,37 4. Daun Tua 1,93 1,38 1,57 5. Batang 0,32 2,12 6,37 6. Bunga 0,16 7,10 (3)12,45 7. Marau 0,80 5,53 8,24 8. Kulit Kayu 4,65 5,90 3,82 9. Kambium 0,00 1,01 0,29 10. Susu 2,25 0,28 1,86 11. Serangga 4,98 2,21 3,92 12. Lain-lain (4)10,75 5,62 4,61 13. Kunyahan 8,19 (3)13,36 (4)11,37

Dari Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa untuk ketiga individu induk orangutan persentase penggunaan sumber pakan yang paling tinggi didapatkan adalah daun muda, yaitu 29,70 % (Minah), 28,29 % (Pesek) dan 21,37 % (Sandra). Berdasarkan pemilihan bahan pakan utama, yaitu yang lebih besar dari 10 % diantara ketiga individu orangutan ternyata juga cukup bervariasi, dimana untuk individu Minah pemilihan pakan yang paling tinggi berturut-turut adalah daun muda (29,70%), buah dari pemberian manusia (18,62%), buah dari alam (17,66%), tanah, air dan lain-lain (10,75%), sedangkan individu Pesek pemilihan pakan yang paling tinggi berturut-turut adalah daun muda (28,29%), buah dari dari alam (20,37%), kunyahan (13,36%), serta individu Sandra pemilihan pakan yang paling tinggi berturut-turut adalah daun muda (21,37%), buah dari alam (14,31%), bunga (12,45%), kunyahan (11,37%). Terjadinya variasi pemilihan bahan pakan diantara ketiga individu induk orangutan menunjukkan bahwa individu Pesek dan Sandra lebih berhasil memanfaatkan bahan pakan dari alam bila dibandingkan dengan individu Minah.

Diketahui bahwa persentase penggunaan buah dari alam tertinggi adalah individu Pesek (20,37 %), kemudian individu Minah (17,66 %) dan individu Sandra (14,31 %). Buah yang digunakan umumnya dari jenis: rambung (Ficus sp.), akar susu (Alyxia sp.), liana (Moraceae), petai hutan (Parkia speciosa), kecibang (Ficus sp.),

mangga hutan (Mangifera sp.) dan arang-arang (Diospyros sp.). Dari hasil pengamatan di lapangan orangutan untuk mengambil buah tidak mengandalkan pada satu cabang saja, karena mempunyai berat badan yang besar sehingga orangutan membutuhkan dukungan dari beberapa cabang lainnya, jika buah berada pada ujung ranting, buah diambil dengan cara menekuk dan mematahkan cabang buah. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Rijksen (1978) bahwa orangutan dalam mengambil buah sebagai makanannya berpijak pada beberapa cabang, karena memiliki bobot tubuh yang besar dan berat, bila buah berada di ujung ranting maka orangutan akan menekuk dan mematahkan cabang buah ke arahnya sehingga mampu mengambil makanan di ujung ranting dari pohon pakan.

Untuk penggunaan sumber buah dari pemberian manusia, individu Minah memiliki persentase penggunaan tertinggi (18,62 %), kemudian individu Sandra (9,80 %) dan Pesek (6,82 %). Tingginya penggunaan buah yang dimiliki oleh individu Minah dimungkinkan karena tingginya tingkat pertemuan antara individu Minah dengan manusia. Keadaan ini menunjukkan bahwa individu Minah memiliki tingkat dominansi yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu Pesek dan individu Sandra. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa individu Minah masih lebih tergantung terhadap pemberian pakan dari manusia.

Bila dibandingkan antara penggunaan sumber pakan buah dari alam dengan bagian tumbuhan lainnya yang digunakan dari alam maka penggunaan daun muda sebagai sumber pakan dari alam memiliki persentase tertinggi. Tingginya pengunaan daun muda sebagai sumber pakan dimungkinkan pada saat pengamatan sedang tidak dalam musim berbuah, karena berdasarkan hasil pengamatan disekitar kawasan penelitian sangat sedikit sumber buah di alam. Ketiga individu induk orangutan mempunyai strategi makan yang mirip dengan orangutan liar pada umumnya. Rendahnya konsumsi buah yang digantikan dengan tingginya konsumsi daun merupakan salah satu strategi yang dilakukan individu induk orangutan dalam memenuhi kebutuhan energi bagi tubuhnya, ditambah lagi individu induk orangutan sedang dalam masa intensif menyusui anak.

Menurut MacKinnon (1972), Rijksen (1978), dan Galdikas (1984) pada kehidupan orangutan liar, dimana saat ketersediaan buah di hutan sangat minim orangutan lebih banyak mengkonsumsi tipe makanan seperti daun, umbut, dan kulit kayu. Selanjutnya Milton (1981) menjelaskan bahwa buah masak merupakan sumber karbohidrat yang besar, sedangkan daun muda merupakan sumber protein bagi orangutan.

Akan tetapi strategi makan ketiga individu induk orangutan pada kondisi sedikit sumber buah dari alam harus dianalisis lagi secara lebih mendalam, karena ketiga individu induk orangutan masih mendapatkan suplai makanan dari pemberian manusia pada saat musim sedikit buah. Hal ini jelas berpengaruh terhadap kemampuan beradaptasi oleh ketiga individu induk orangutan tersebut.

Daun muda merupakan bagian tumbuhan dari alam yang yang paling tinggi persentase penggunaannya untuk ketiga individu induk orangutan. Kelangkaan buah di alam membuat ketiga individu induk orangutan menggunakan daun muda untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Penggunaan daun muda sebagai sumber pakan yang tertinggi adalah individu Minah (29,70 %), kemudian individu Pesek (28,29 %) dan individu Sandra (21,37 %). Beberapa jenis daun yang umum digunakan adalah: semantuk (Shorea multiflora), meranti (Shorea spp.), akar serit (Bauhinia sp.), liana (Moraceae), bambu (Bamboosa sp.), jahe-jahe (Globba sp.) dan leba (Eugenia sp.)

Pengguanaan batang sebagai sumber pakan dilakukan oleh individu Sandra (6,37 %), kemudian individu Pesek (2,12 %) dan individu Minah (0,32 %). Batang yang digunakan umunya dari batang muda liana dan rotan (Calamus spp.)

Selain buah dan daun sebagai sumber energi utama bagi orangutan, beberapa bagian tumbuhan lain juga dimanfaatkan sebagai sumber pakan. Konsumsi bunga paling tinggi dilakukan oleh individu Sandra (12,45 %), kemudian individu Pesek (7,10 %) dan individu Minah (0,16 %). Jenis tumbuhan yang bagian bunga dimakan oleh individu induk orangutan adalah dari jenis: jerik (Clausena sp.) dan mangga hutan (Mangifera sp.)

Konsumsi marau yang tertinggi digunakan oleh individu Sandra (8,24 %), kemudian individu Pesek (5,53 %) dan individu Minah (0,80 %). Tingginya konsumsi bunga dan marau yang dilakukan individu Sandra dimungkinkan karena rendahnya kunsumsi daun dan buah dari alam oleh individu Sandra. Marau merupakan salah satu alternatif bagian tumbuhan yang digunakan oleh individu Sandra sebagai sumber pakan. Jenis tumbuhan yang bagian maraunya dimakan oleh individu induk orangutan umum dari jenis: rotan (Calamus spp.), kenyit (Zingiberaceae), pandan layar (Pandanaceae), kecing (Quercus sp.) dan palem (Castanopsis sp.).

Konsumsi kulit kayu yang tertinggi dilakukan oleh individu Pesek (5,90 %) kemudian individu Minah (4,65 %) dan individu Sandra (3,82 %). Rendahnya konsumsi kulit kayu dan bunga oleh individu orangutan disebabkan karena kera besar tersebut memiliki perilaku memilih-milih makanan dalam perilaku makannya (Galdikas, 1986). Jenis tumbuhan yang umumnya bagian kulit kayunya dimakan oleh individu induk orangutan adalah dari jenis: petai hutan (Parkia speciosa), meranti (Shorea sp.) dan waru (Hibiscus tiliaceus). Umumnya kulit kayu yang dimakan ampasnya dibuang kembali, dimungkinkan individu induk orangutan hanya memanfaatkan sumber air yang terdapat pada kulit kayu yang dimakan. Orangutan makan kulit kayu dengan menggerogoti langsung pada kulit tipis dari pohon di batang atau dahan, atau mengupas kulit kayu dari ujung cabang. Kulit tersebut dikunyah atau dihisap hingga hancur kemudian dibuang (Rodman, 1988). Jumlah material yang dicerna sangat sedikit tapi nilai nutrisi mungkin relatif tinggi karena kulit kayu tersebut mengandung karbohidrat (Rijksen, 1978).

Individu Minah tercatat sebagai individu yang paling rendah dalam mengkonsumsi kambium (0,00 %), sedangkan individu Pesek memiliki persentase tertinggi dalam konsumsi kambium (1,01 %), kemudian individu Sandra (0,29 %). Jenis tumbuhan yang bagian kambiumnya dimanfaatkan oleh individu induk orangutan sebagai sumber pakan adalah dari jenis nangkih (Ficus sp.). Untuk mendapatkan kambium, individu terget orangutan mengupas kulit kayu dengan giginya lalu membuang kulit kayu tersebut. Kemudian individu induk orangutan menggerakkan mulutnya turun naik pada bagian yang sudah dikupas.

Susu didapatkan individu induk orangutan pada saat feeding time. Konsumsi susu paling tinggi dilakukan oleh individu Minah (2,25 %), kemudian individu Sandra (1,86 %) dan yang terendah adalah individu Pesek (0,28 %). Kebutuhan air oleh individu Pesek umumnya dilakukan dengan memakan buah masak dan memanfaatkan genangan air di lubang pohon.

Selain memakan tumbuhan, individu induk orangutan juga memakan serangga. Individu Minah merupakan individu induk orangutan tertinggi mengkonsumsi serangga (4,98 %), kemudian individu Sandra (3,92 %) dan individu Pesek (2,21 %). Serangga yang diguanakan ketiga individu induk orangutan umumnya adalah dari jenis rayap (Termitidae) dan semut (Formicidae). Untuk aktivitas memakan rayap, individu induk orangutan mengambil sarang rayap yang melekat pada batang atau cabang pohon. Sarang rayap yang diperoleh dibenturkan ke tangan sampai rayap keluar dari sarangnya kemudian memakan rayap yang melekat di tangan.

Selain berasal dari buah, kebutuhan minum individu induk orangutan diperoleh dari air yang tergenang di lubang-lubang pohon, atau dengan mengunjungi mata air, seperti sungai atau genangan air yang menampung air hujan. Menurut Bernhard– Refersaf (1975) dalam Bismark (1984) air hujan mempunyai kandungan beberapa nutrisi, seperti: N, P, K, Ca, dan Mg. Oleh karena itu dikatakan Linburg (1977) dalam Bismark (1984) bahwa air juga merupakan fakor yang menentukan pola pergerakan pada primata. Rendahnya konsumsi air dari lubang pohon, sungai atau dari beberapa sumber air lainnya dimungkinkan karena tingginya konsumsi buah baik dari alam maupun pemberian manusia dan terdapatnya jatah susu yang diberikan kepada individu induk orangutan.

Untuk lebih jelasnya, penggunaan keragaman pakan oleh individu induk orangutan dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini:

Ket: BA = Buah dari Alam; BM = Buah Pemberian Manusia 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 BA BM Da u n Mu d a Da u n T u a Ba ta n g B ung a Marau K u lit Ka y u Ka m b iu m Su su S er angg a La in -l ai n K uny ahan Keragaman Pakan Pe rs en ta se Minah Pesek Sandra

Gambar 4.2 Persentase Keragaman Pakan Individu Induk Orangutan Bukit Lawang

4.2 Penggunaan Sumber Pakan oleh Individu Induk Orangutan Bukit Lawang

Dokumen terkait