• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

2.2. Pola asuh orang tua

2.2.1 Pengertian pola asuh

Pola asuh merupakan cara interaksi dan komunikasi antara orang tua dan anak, untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadian diri anak sesuai dengan karakteristik keluarga sendiri. Ditandai dengan adanya upaya orang tua untuk memberi perhatian, kasih sayang, dan mengontrol perilaku pada anak-anaknya. (Dariyo, 2007).

Tarmudji (2007) menyatakan, pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing dan mendisiplinkan, serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

Pola pengasuhan (parenting) atau perawatan anak sangat bergantung pada nilai- nilai yang dimiliki keluarga. (Supartini, 2002). Pola asuh merupakan proses dari tindakan yang mempunyai tujuan untuk dicapai, dan dimulai dari masa kehamilan. (Wong, 2003). Sedangkan menurut kamus bahasa Indonesia, asuh adalah menjaga dan memelihara anak. (Chaniago, 1995).

2.2.2 Aspek-aspek pola asuh

Baumrind (dalam Boyd, 2006; 202) mengidentifikasikan adanya empat aspek dalam pola asuh orang tua, yaitu:

1. Kehangatan atau pengasuhan, yaitu orang tua menunjukan ekspresi-ekspresi kehangatan dan kasih sayang terhadap anak dan menunjukan rasa bangga akan prestasi yang diperoleh anak.

2. Kejelasan dan konsistensi peraturan, yaitu orang tua berusaha untuk mengontrol kebebasan, inisiatif, dan tingkah laku anaknya.

3. Tingkat pengharapan, dimana Baumrind menguraikan dalam masa dari tuntutan kedewasaan, yaitu orang tua menekankan pada anak untuk mengoptimalkan kemampuan agar lebih dewasa dalam segala hal.

4. Komunikasi antara orang tua dan anak, yaitu orang tua meminta pendapat anak disertai dengan alasan yang jelas ketika anak menuntut pemenuhan kebutuhannya.

2.2.3 Tipe-tipe pola asuh

Diana Baumrind (dalam Santrock, 2007) , mengemukakan hasil penelitiannya melalui observasi dan wawancara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya perlakuan orang tua (parenting style) dan kontribusinya terhadap kompetensi sosial, emosional, dan intelektual. Dari hasil penelitiannya, Baumrind menyatakan ada tiga gaya perlakuan orang tua, yaitu:

Tipe-tipe pola asuh orang tua:

1. Pengasuhan otoriter (authoritarian parenting), yaitu suatu gaya yang membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha orang tua. Orang tua yang otoriter menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar kepada anak untuk berbicara (bermusyawarah). Pengasuhan yang otoriter diasosiasikan dengan

inkompetensi sosial anak. Anak-anak yang orang tuanya otoriter seringkali cemas akan perbandingan sosial, gagal memprakarsai kegiatan, dan memiliki keterampilan komunikasi rendah. Lebih lanjut lagi Baumrind (dalam Yusuf, 2004) menambahkan dampak terhadap anak yang orang tuanya otoriter adalah anak akan menjadi pribadi yang mudah tersinggung, penakut, pemurung, tidak bahagia, mudah terpengaruh, mudah stres, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas, dan tidak bersahabat.

2. Pengasuhan autoritatif (authoritative parenting) yang dikenal juga sebagai pola asuh demokratis, ialah mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengedalian atas tindakan-tindakan mereka. Orang tua yang dapat bermusyawarah dengan anak dan memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada anak. Pengasuhan yang otoritatif diasosiasikan dengan kompetensi sosial anak-anak. Anak-anak yang mempunyai orang tua yang otoritatif berkompeten secara sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab secara sosial. Baumrind (dalam yusuf, 2004) menambahkan, orang tua yang otoritatif cenderung memiliki anak yang bersikap bersahabat, percaya diri, mampu mengendalikan diri, sopan, mau bekerja sama, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai arah hidup yang jelas, orientasi terhadap prestasi.

3. Pengasuhan permisif terbagi menjadi dua bentuk, yaitu: permissive-indifferent

dan permissive-indulgent. Pengasuhan permissive-indifferent adalah suatu gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Tipe pengasuhan ini di asosiasikan dengan inkompetensi sosial anak. Anak-anak yang orang tuanya permissive-indifferent mengembangkan suatu perasaan bahwa aspek-aspek lain kehidupan orang tua lebih penting dari pada anak mereka. Anak-anak dengan tipe pengasuhan seperti ini akan memperlihatkan kendali diri yang buruk dan tidak membangun kemandirian dengan baik.

Sedangkan pengasuhan dengan permissive-indulgent ialah pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka. Tetapi menetapkan sedikit batas dan kendali terhadap mereka. Pengasuhan yang permissive-indulgent diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak, khususnya kurangnya kendali diri. Orang tua seperti itu membiarkan anak-anak mereka melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya anak-anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka dan kemauan mereka selalu ingin dituruti. Anak-anak yang orang tuanya permissive-indulgent jarang belajar menaruh hormat pada orang lain dan mengalami kesulitan mengendalikan perilaku mereka. Tetapi beberapa orang tua dengan sengaja mengasuh anak-anak mereka dengan cara seperti ini karena mereka yakin kombinasi keterlibatan yang hangat dengan sedikit kekangan akan menghasilkan seorang anak yang kreatif dan percaya diri. Anak yang orang tuanya permisif cenderung menjadi pribadi yang bersifat impulsif dan agresif, suka memberontak, kurang memiliki rasa percaya diri dan pengendalian diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya, prestasi rendah.

2.2.4 Faktor-faktor pola asuh orang tua

Pola as uh orang tua terhadap anak dapat terbentuk oleh karena beberapa faktor, dari beberapa faktor tersebut ada yang merupakan faktor internal, yaitu berasal dari dalam diri orang tersebut dan faktor eksternal yang merupakan hasil dari pengalaman dan belajar. Menurut Elder (dalam Kurniasih, 2004) menjelaskan bahwa faktor-faktor pola asuh meliputi:

a. Pola asuh yang diterima orang tua ketika masih anak-anak. Orang tua cenderung menerapkan pola asuh yang sama dengan yang mereka terima ketika masih

anak-anak, dalam hal ini orang tua mengidentifikasi pola pengasuhan yang didapatkannya adalah model yang paling diidentifikasi anak dalam tingkah laku mereka.

b. Pendidikan orang tua. Orang tua berpendidikan yang baik cenderung menerapkan pola asuh permisif dan demokratis ketimbang orang tua dengan pendidikan terbatas, ini disebabkan karena pendidikan lebih membantu orang tua untuk memahami kebutuhan anak.

c. Status sosial ekonomi. Orang tua dengan keadaan ekonomi yang berlebih cenderung menerapkan pola asuh permisif, ini biasanya disebabkan orang tua menganggap uang bisa menggantikan semua hal yang dibutuhkan oleh anak seperti perhatian dan kasih sayang.

d. Konsep tentang peran orang tua. Orang tua yang memegang konsep tradisional cenderung menerapkan pola asuh otoriter, sedangkan orang tua yang memegang konsep modern cenderung menerapkan pola asuh permisif dan demokratis.

e. Kepribadian orang tua. Orang tua dengan kepribadian introvert dan konservatif lebih menerapkan pola pengasuhan anak secara ketat dan otoriter.

f. Kepribadian anak. Anak ekstrovet biasanya lebih terbuka terhadap rangsangan yang diberikan orang tuanya, hal ini yang membuat orang tua mengetahui kebutuhan dan kemandirian anak.

g. Faktor nilai yang dianut orang tua. Orang tua yang menganut nilai Barat lebih berpegang pada konsepequlitarianyaitu orang tua sejajar dengan anak, sedangkan orang tua yang menganut nilai ketimuran lebih berpegang pada konsep kepatuhan.

h. Usia anak. Tingkah laku dan sikap orang tua sangat dipengaruhi oleh usia anak, sehingga dalam menerapkan pola asuh juga disesuaikan dengan usia anak.

Dokumen terkait