• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Spasial Daya Tarik Transaksi Jasa Seks Komersial dan Indikator yang Mencirikan Daya Tarik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5. Pola Spasial Daya Tarik Transaksi Jasa Seks Komersial dan Indikator yang Mencirikan Daya Tarik

Perkembangan kegiatan transaksi jasa seks komersial di suatu daerah dapat mempengaruhi perkembangan (semakin meningkat atau menjadi mati) kegiatan yang sama di tempat lain. Artinya bila dilakukan pengembangan usaha transaksi di suatu tempat, kemungkinan perkembangannya kemungkinan bisa diikuti oleh perkembangan di tempat lain atau tidak mempengaruhi perkembangan kegiatan di

tempat lain atau bahkan mematikan kegiatan di tempat lain. Tingkat pengaruh perkembangan dapat dilihat dari parameter daya tarik daerah tersebut.

Besarnya parameter daya tarik dari suatu daerah diduga ditentukan oleh besarnya 8 peubah yang digunakan, yaitu perbedaan IPM, perbedaan IKM, perbedaan tingkat pendidikan penduduk, perbedaan nilai PDRB perkapita, jarak dari daerah tersebut ke daerah asal PSK, perbedaan angka ketergantungan, perbedaan kepadatan penduduk, dan perbedaan tingkat pengangguran terbuka. Dari 8 indikator tersebut hanya 3 indikator yang dapat digunakan sebagai peubah daya tarik (alpha 5 persen), yaitu beda tingkat pendidikan, beda nilai PDRB per kapita, dan jarak seperti terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Likelihood Type I Model Log-Linear Entropi Interaksi Spasial

Peubah Degrees of

Freedom

Log Likelihood

Chi Square Probabilita

Intercept 1 - 7962,84

Daerah Kerja PSK 18 - 7568,45 788,780 0,000000*

Daerah Asal PSK 258 - 4859,07 5418,761 0,000000*

Beda IPM 1 - 4859,07 0,000 3E30

Beda IKM 1 - 4859,07 0,000 3e30

Beda Tingkat Pendidikan 1 - 4855,43 7,279 0,000000*

Beda nilai PDRB per kapita

1 - 4836,58 37,705 0,000000*

Jarak 1 - 3823,90 2025,355 0,000000*

Beda Kepadatan Penduduk 1 - 3823,67 0,427 0

Beda Angka Ketergantungan

1 - 3823,45 0,424 0

Beda Angka pengangguran 1 - 3823,45 0,000 3E30

Keterangan: - *Siginifikan pada alpha 5%

Dalam Tabel 9 dan Gambar 12 ditunjukkan daerah yang berdaya tarik positip berada di wilayah paling timur, yaitu Papua, sedangkan daerah yang berdaya tar ik negatip terletak di wilayah barat dan tengah. Artinya bahwa:

1. Bila daya tarik tempat kerja PSK di Kota Jayapura, Sorong dan Merauke ditingkatkan, maka perkembangan tempat kerja tidak hanya terjadi di daerah tersebut, tetapi juga di daerah lainnya.

2. Bila daya tarik tempat kerja di Kepulauan Riau, Kota Semarang, Kota Denpasar, Kota Palembang, Bekasi, Karawang, dan Kota Bekasi ditingkatkan, maka perkembangan tempat kerja hanya terjadi di daerah tersebut dan diikuti matinya perkembangan tempat kerja di daerah lainnya. Tempat kerja PSK memusat hanya di tujuh tempat tersebut.

3. Sementara itu bila tempat kerja di daerah yang tidak signifikan dan nilainya mendekati nol, seperti Kota Medan dan Kota Surabaya, daya tariknya ditingkatkan maupun diturunkan relative tidak akan berdampak terhadap perkembangan tempat kerja PSK di tempat tersebut maupun tempat lainnya.

Tabel 9.

Estimasi Parameter Daya Tarik (µj) yang telah diurutkan

Tempat Kerja (j) Daya Tarik (µj) Kota Jayapura 3.9566 * Sorong 2.9632 * Merauke 2.4178 * Jakarta Utara 2.304 Kota Kupang 0.6044 Kota Ambon 0.6031 Kota Manado 0.4564 Kota Bitung 0.3296 Kota Medan -0.1653 Kota Surabaya -0.1838 Kota Makassar -0.6341 Kepulauan Riau -0.721 *

Deli Serdang -0.8588 Kota Semarang -1.1537 * Kota Denpasar -1.1538 * Kota Palembang -1.1795 * Bekasi -1.6508 * Karawang -2.4418 * Kota Bekasi -3.4925 * Keterangan:

- *) Signifikan pada alpha 5 persen

- Diolah berdasarkan Lampira 1 dengan model log-linear entropi interaksi spasial, estimasi sigma restricted

Kab/Kota by Daya Tarik 5 2.5 0.5 -0.5 -2.5 -5

Gambar 12. Peta Daya Tarik Daerah Transaksi Jasa Seks Komersial

Daerah yang paling kuat daya tariknya terletak di Propinsi Papua. Papua merupakan salah satu propinsi yang mendapat otonomi khusus, sehingga pembangunan wilayah dilakukan secara besar-besaran. Untuk itu banyak pendatang yang datang ke tempat ini, baik untuk tinggal sementara maupun menetap. Diantara 3

daerah tersebut, Kota Jayapura yang merupakan ibukota Propinsi Papua mempunyai daya tarik tertinggi, kemudian Sorong dan Merauke.

Sebagai daerah yang sedang berkembang, banyak pendatang di daerah ini mulai dari pekerja kasar sampai dengan konsultan dari negara asing. Karena letak daerah ini cukup jauh dari tempat tinggal para pendatang tersebut, mereka terpaksa menetap sementara dalam waktu cukup lama. Hal ini yang kemudian dimanfaatkan oleh pebisnis hiburan seks. Tempat hiburan tidak hanya diminati oleh para pendatang, namun juga oleh penduduk setempat.

Lokalisasi di Sorong cukup besar, yaitu terdiri dari 32 bangunan. Masing- masing bangunan paling sedikit terdapat 4 PSK. Begitu pula dengan jumlah karaoke/diskotik/café/bar yang ada, yaitu sebanyak 20 tempat. Di Sorong juga terdapat 2 panti pijat yang melakukan transaksi seks komersial. Akan tetapi PSK jalanan di daerah ini hanya bekerja di 2 lokasi saja. Yang unik di daerah ini adalah pengguna jasa PSK cukup banyak dari kalangan tukang ojek, yang umumnya adalah pendatang.

Di Merauke terdapat satu lokalisasi, satu rumah bordil dan 13 tempat karaoke/diskotik/café/bar. Selain di tempat-tempat tersebut, terdapat 3 lokasi jalan sebelah timur pelabuhan yang juga digunakan oleh PSK sebagai tempat kerjanya. Letak rumah bordil di sebelah barat pelabuhan yang berbaur dengan perumahan penduduk, sedangkan letak lokalisasi sangat terpencil. Jumlah rumah bordil hanya 4 rumah dan lingkungannya tidak sehat, karena dekat dengan pinggir kali. Pemilik rumah bordil ini adalah seorang ibu yang gagal menjadi transmigran di Merauke. PSK yang bekerja di sini berasal dari daerah yang sama dengan pemilik rumah bordil, yaitu Jawa Timur.

Di daerah lokalisasi tersebut terdapat 8 bangunan rumah panggung yang menjadi tempat kerja PSK. Masing-masing bangunan ada pemiliknya, yang umumnya adalah transmigran. Sementara itu 13 karaoke/diskotik/café/bar letaknya menyebar di pusat daerah kota.

Dari Tabel 9 juga terlihat bahwa daerah yang koefisiennya besar namun tandanya negatip yaitu Bekasi, Karawang, Kota Bekasi (Jawa Barat) dan kota

Semarang, ternyata sebagian besar PSK yang bekerja di daerah-daerah tersebut berasal dari daerah yang bersangkutan, secara rinci dijelaskan sebagai berikut:

1. Di Karawang, hampir semua (92,8 persen) PSK berasal dari Jawa Barat. Umumnya mereka berasal dari berasal dari Karawang (49,6 persen), Subang (21,6 persen) dan Indramanyu (12,4 persen). PSK yang lainnya berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten. Daerah kerja PSK ini adalah lokalisasi yang menyebar di 10 kecamatan. Tempatnya pun menyebar di antara perumahan pendud uk.

2. Di Bekasi, sebagian besar PSK berasal dari Jawa Barat, terutama Karawang (21 persen), Bekasi (20 persen), Subang (10 persen), Bandung (8 persen) dan Cianjur (7 persen).

3. Kota Bekasi yang letaknya sangat dekat dengan Kabupaten Bekasi, umumnya PSK dari Jawa Barat (39 persen), Jawa Tengah (19 persen) dan jawa Timur (18 Persen). PSK yang bekerja baik di Kota maupun Kabupaten Bekasi umumnya bekerja di panti pijat, karaoke, salon, kafe, bar ataupun diskotik. 4. PSK yang bekerja di Kota Semarang paling banyak dari Jawa Tengah,

terutama Kota Semarang (28,2 persen) yang umumnya datang dari Kendal (8 persen), Jepara (7,1 persen), Grobogan (6,4 persen), Demak (4,2 persen), Boyolali (3,3 persen), Wonosobo (2,9 persen), dan Semarang (2,7 persen).

Seperti terlihat pada Tabel 9, tempat kerja yang tidak signifikan pada alpha 5 persen adalah Deli Serdang, Kota Medan, Jakarta Utara, Kota Surabaya, Kota Kupang, Kota Manado, Kota Bitung, Kota Makassar, dan Kota Ambon. Diantara 9 daerah tersebut, terdapat 4 kota besar yang dianggap sebagai tempat transaksi PSK yang cukup besar, yaitu: Kota Surabaya, Kota Medan, Jakarta Utara, dan Kota Makassar.

Hampir semua PSK yang bekerja di Kota Surabaya berasal dari berbagai daerah di Propinsi Jawa Timur (93,6 persen), terutama dari Kota Surabaya dan Malang. PSK yang berasal dari luar Jawa hanya sekitar 1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Surabaya tidak membutuhkan PSK dari luar. Sementara

itu sekitar 95 persen PSK yang bekerja di Jakarta Utara berasal dari Pulau Jawa, terutama Jawa Barat dan Jawa Tengah. Di Kota Makassar hampir setengahnya berasal PSK dari daerah Jawa Timur dan sepertiganya berasal dari propinsi setempat (Sulawesi Selatan). PSK yang bekerja di Kota Medan umumnya berasal dari daerah yang ada di Pulau Sumatera dan sebagian lagi berasal dari daerah yang ada di Pulau Jawa.

Di Kota Manado, Kota Bitung dan Deli Serdang, meskipun bukan merupakan kota besar, namun sebagian besar PSK-nya berasal dari daerah di propinsi yang sama, terutama di Kota Manado. Sekitar 93 persen PSK yang bekerja di Kota Manado berasal dari propinsi Sulawesi Utara.

PSK yang bekerja di Kota Ambon dan Kupang lebih dari 60 persen berasal dari luar propinsi. Di Kota Ambon kegiatan transaksi seks komersial dikuasai oleh PSK dari Jawa Timur (49,8 persen) dan Sulawesi Utara (17,6 persen).

Terdapat dua indikator yang mempengaruhi daya tarik, yaitu jumlah penduduk dan nilai PDRB per kapita dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,478. Kedua indikator ini mencerminkan tingkat pertumbuhan daerah. Daya tarik dipengaruhi secara negatif oleh jumlah penduduk dan secara positif nilai PDRB per kapita. Artinya semakin tinggi nilai PDRB semakin kuat daya tarik, sebaliknya banyak jumlah penduduk semakin lemah daya tarik. Apabila PDRB dianggap sebagai indikator keberhasilan pembangunan, maka daerah yang sedang berkembang atau bahkan daerah maju mempunyai daya tarik yang tinggi untuk menjadi daerah pasar PSK.

4.6. Pola Spasial Daya Dorong Transaksi Jasa Seks Komersial dan Indikator

Dokumen terkait