• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola usahatani mixed farming

Dalam dokumen V. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 53-64)

♂♀ ♂♀ Hambatan: 1. Sosial Budaya 2. Kualitas SDM petani ♂♀

8. Tanaman palawija dan

Sayuran

7. Lahan tegalan ♂♀

7. Penyiraman

8. Pengolahan hasil panen ♂♀ ♂♀

10. Hasil penjualan panen

Potensi: 1. Komitmen

pengambil kebijakan 2. Kualitas SDA

Gambar 22. Pemetaan kebijakan berdasarkan relasi gender pada pola usahatani tumpangsari.

5.3.5. Pola usahatani mixed farming

Pada pola usahatani mixed farming, responden laki-laki dan perempuan memberikan informasi yang sama, bahwa alokasi penggunaan lahan yang ada di wilayahnya adalah untuk hutan konservasi, pemukiman, pasar desa, sungai, sawah, dan tegalan. Jenis komoditas yang diusahakan adalah padi, cabe, sawi, boncang, wortel, kayu (pinus, sengon), tanaman keras (cengkeh), dan peternakan (Tabel 29).

Berdasarkan Tabel 29, dalam melakukan kegiatan usahatani mixed farming, laki-laki menghadapi masalah berupa; 1). distribusi pupuk yang sering terlambat dan kurang dari jumlah yang dibutuhkan 2). modal yang

pas-pasan (sementara dibutuhkan modal yang sangat besar). 3). hama dan penyakit yang semakin merajalela, 4). ketidakseimbangan biaya dan harga jual, 5). ketidakstabilan harga pasar, 6). respon masyarakat yang kurang baik terhadap produksi usahatani, seperti: adanya isu flu burung sehingga mengurangi proporsi pembelian ayam potong ataupun adanya import beras yang mengakibatkan posisi tawar petani semakin terpuruk, 7). kondisi tanah yang kering dan kemiringannya lebih dari 50 persen, sehingga secara sosial harus menjadi hutan rakyat sementara pengolahan tanah secara teknis tidak dapat ditanami tanaman pangan, 8). sewa tanah (mayoritas petani tidak memiliki tanah), 9). teknologi yang tidak langsung “menyentuh” petani (tingkat pendidikan petani yang masih rendah) 10). kerusakan lingkungan/tanah (debit air semakin berkurang/terbatas) dan, 11). kurang adanya respon yang positif dari pemerintah terhadap kegiatan usahatani. Sementara itu responden perempuan secara spesifik mengemukakan masalah kurangnya permodalan untuk pengadaan sarana dan prasarana produksi terutama pupuk.

Tabel 29. Pendapat laki-laki dan perempuan tentang alokasi penggunaan lahan, masalah yang dihadapi, solusi yang pernah/akan dilakukan, akses dan kontrol pada pola usahatani mixed farming di Kabupaten Karanganyar.

Pola usahatani mixed farming Laki-laki Perempuan

1. Alokasi penggunaan lahan

o Hutan konservasi (Hutan Rakyat) o Permukiman o Pasar Desa o Sungai Sawah o Tegalan Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya 2. Komoditas yang diusahakan

o Padi, cabe, sawi, boncang, wortel, kayu (pinus, sengon), tanaman keras (cengkeh), (hotikultur dan peternakan)

o Sayuran

Ya

Ya 3. Komoditas yang diusahakan

o Distribusi pupuk

o Modal yang pas-pasan (sementara dibutuhkan modal yang sangat besar) o Hama dan penyakit tanaman yang semakin

merajalela

o Ketidakseimbangan biaya dengan harga jual

Ya Ya Ya Ya

Tabel 29 (lanjutan)

o Ketidakstabilan harga pasar (sesuai dengan

kurs mata uang) Ya

o Respon masyarakat yang kurang baik terhadap produktivitas kegiatan usahatani, seperti: adanya isu flu burung mengurangi proporsi pembelian ayam potong ataupun adanya import beras yang mengakibatkan posisi petani semakin terpuruk

o Kondisi tanah yang kering dan

kemiringannya lebih dari 50%, sehingga secara sosial harus menjadi hutan rakyat sementara pengolahan tanah secara teknis tidak dapat ditanami tanaman pangan o Sewa tanah (mayoritas petani tidak memiliki

tanah)

o Teknologi yang tidak langsung “menyentuh” petani (tingkat pendidikan petani yang masih rendah)

o Kerusakan lingkungan/tanah (debit air semakin berkurang/terbatas)

o Kurang adanya respon yang positif dari pemerintah terhadap kegiatan usahatani o Meningkatnya harga pupuk mengakibatkan

ketidakseimbangan harga jual, sementara produktivitas semakin turun

o Kurangnya modal untuk saprodi

Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya

Pola usahatani mixed farming Laki-laki Perempuan

4. Solusi yang pernah/akan dilakukan o Penegakan aturan pemerintah

o Mencari pinjaman dengan sistem “gaduh” dan perbankan

o Kompensasi pemakaian sumber air kepada pemilik lahan

o Mengganti komoditas

o Pemanfaatan sesuai dengan kebutuhan o Pinjam modal kepada RT/Tetangga

Ya Ya Ya Ya Ya Ya 5. Akses dan Kontrol

o Penghijauan

o Mengelola keuangan o Penentuan jenis komoditas o Pemasaran o Pengarahan/pengambil kebijakan Ya Ya Ya Ya (dominan) Ya

Dalam menghadapi permasalahannya, solusi yang diterapkan oleh laki-laki adalah dengan cara berusaha untuk menerapkan aturan pemerintah tentang distribusi dan pengadaan pupuk, mencari pinjaman

dengan sistem “gaduh” dan perbankan, kompensasi sumber air kepada pemilik lahan, mengganti komoditas yang diusahakan, sedangkan perempuan dalam mengatasi kekurangan modal adalah dengan mengurangi volume usaha atau dengan kata lain kegiatan usahatani disesuaikan dengan kemampuan permodalan yang dimiliki dan mencari sumber modal dengan cara meminjam kepada tetangga atau Ketua Rukun Tetangga (Pak RT).

Dalam melakukan kegiatan usahatani mixed farming, ada perbedaan akses dan kontrol antara laki-laki dan perempuan , misalnya; dalam hal penentuan jenis komoditas yang akan diusahakan lebih dominan dilakukan oleh laki-laki, sementara itu perempuan lebih dominan dalam hal pemasaran dan pengelolaan keuangan.

Berdasarkan Tabel 30, akses dan kontrol terhadap sumberdaya usahatani mixed farming antara lain: lahan tegalan/sawah, tanaman palawija, sayuran, dan ternak, informasi , pendidikan, pelatihan, penyuluhan pertanian, hasil penjualan panen, modal, kredit, peralatan, penyemaian atau pembibitan, pemupukan, penyiraman, perawatan dan pemeliharaan, pengolahan pada saat panen, pemasaran, pola tanam, pengendalian hama dan penyakit, dan pengolahan lahan. Akses petani (laki-laki dan perempuan) terhadap sumberdaya tergolong tinggi karena laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang (hampir) sama. Laki-laki dan perempuan saling membantu dan bergantian atau bekerjasama dalam melakukan kegiatan usahatani. Laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kesempatan dalam memanfaatkan sumberdaya. Dengan kesempatan yang mereka miliki, laki-laki dan perempuan juga memiliki penguasaan (kontrol) terhadap sumberdaya tersebut. Akses dan kontrol terhadap sumberdaya pada kegiatan usahatani mixed farming menurut responden laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada Tabel 30.

Berdasarkan Tabel 30, responden laki-laki menyatakan bahwa akses terhadap sumberdaya didominasi oleh laki-laki, terutama terhadap sumberdaya informasi, penyuluhan pertanian, pelatihan, pendidikan,

modal, kredit, peralatan, penyemaian atau pembibitan, pemupukan, penyiraman, pengolahan hasil pada saat panen, pola tanam, pengendalian hama dan penyakit, dan pengolahan tanah. Akses yang dominan dimiliki oleh perempuan adalah hasil penjualan panen dan pemasaran.

Responden perempuan juga menyatakan bahwa akses terhadap sumberdaya didominasi oleh laki-laki, terutama terhadap sumberdaya lahan pertanian, informasi , pendidikan, pelatihan, penyuluhan pertanian, modal, kredit, peralatan, penyemaian atau pembibitan, pemupukan, perawatan dan pemeliharaan, pengolahan hasil panen, pola tanam, pengendalian hama dan penyakit, dan pengolahan tanah. Akses yang dominan dimiliki oleh perempuan adalah hasil penjualan panen, penyiraman dan pemasaran. Menurut responden perempuan, perempuan juga memiliki peran dalam perdagangan atau pemasaran serta pengaturan hasil penjualan panen. Sedangkan kontrol, menurut responden perempuan didominasi oleh laki-laki. Perempuan hanya memiliki kontrol terhadap, pemasaran dan hasil penjualan panen dan perempuan memiliki kecenderungan ikut pendapat laki-laki.

Tabel 30. Akses dan kontrol laki-laki dan perempuan terhadap sumberdaya dan tahapan kegiatan usahatani mixed farming di Kabupaten Karanganyar. Akses Kontrol Responden Petani Laki-laki Responden Petani Perempuan Responden Petani Laki-laki Responden Petani Perempuan Sumberdaya dan tahapan kegiatan usahatani mixed farming Petani L (%) Petani P (%) Petani L (%) Petani P (%) Petani L (%) Petani P (%) Petani L (%) Petani P (%) Sumberdaya 1. Lahan tegalan/sawah 88,33 53,33 83,33 63,33 33,33 30,00 60,00 43,33 2. Tanaman palawija, sayuran, ternak 86,67 76,67 80,00 83,33 73,33 30,00 56,67 50,00 3. Informasi 85,00 70,00 80,00 76,67 83,00 43,33 56,67 66,67 4. Pendidikan 70,00 56,67 73,33 53,33 66,67 36,67 63,33 40,00 5. Pelatihan 83,33 23,33 80,00 20,00 73,33 10,00 76,67 20,00 6. Penyuluhan Pertanian 82,67 13,33 86,67 20,00 83,33 10,00 83,33 20,00 7. Hasil Penjualan Panen 63,33 93,33 56,67 93,33 36,67 73,33 16,67 83,33

Tabel 30 (lanjutan) 8. Modal 83,33 50,00 80,00 70,00 63,33 36,67 63,33 53,33 9. Kredit 70,00 33,33 70,00 43,33 53,33 26,67 56,67 36,67 10. Peralatan 83,67 53,33 93,33 66,67 86,67 26,67 73,33 26,67 Tahapan Kegiatan 1. Pengolahan tanah 86,67 36,67 96,67 6,67 83,33 10,00 90,00 10,00 2. Pembibitan 85,67 63,33 83,33 66,67 73,33 30,00 66,67 36,67 3. Pola Tanam 73,33 43,33 90,00 36,67 83,33 20,00 86,67 16,67 4. Pemupukan 80,00 53,33 80,00 53,33 70,00 26,67 66,67 33,33 5. Perawatan / Pemeliharaan 86,67 76,67 83,33 66,67 63,33 43,33 60,00 60,00 6. Penyiraman 82,00 75,00 66,67 76,67 66,67 36,67 56,67 53,33 7. Pengendalian hama/penyakit 83,67 36,67 90,00 23,33 86,67 13,33 93,33 16,67 8. Pengolahan hasil panen 75,00 73,33 76,67 86,67 60,00 46,67 56,67 60,00 9. Pemasaran 76,67 86,67 66,67 83,00 53,33 66,67 40,00 83,33 Keterangan : L : Laki-laki P : Perempuan

Berdasarkan Tabel 30, dapat diketahui bahwa menurut responden laki-laki dan perempuan, laki-laki dan perempuan memiliki akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan kegiatan usahatani mixed farming, meskipun akses dan kontrol tersebut lebih banyak didominasi oleh laki-laki. Hal ini disebabkan oleh keberadaan perempuan yang lebih banyak mencurahkan waktu untuk bekerja pada jenis pekerjaan domestik, sedangkan pekerjaan usahatani lebih kepada keinginan untuk meringankan beban kerja suami.

Pada Tabel 31, dapat dilihat nilai IKKG yang menunjukkan pola relasi gender pada pola usahatani mixed farming. Sebagaimana yang terjadi pada pola usahatani yang dibahas sebelumnya, pola relasi gender baik aspek akses maupun kontrol terhadap sumberdaya dominasi laki-laki terhadap perempuan terjadi hampir pada semua variabel kecuali variabel lahan tegalan. Pada variabel ini kontrol terhadap sumberdaya lahan tegalan dilakukan secara bersama-sama antara laki-laki dan perempuan. Artinya, baik perempuan maupun laki-laki memiliki peran yang sama dalam hal penguasaan sumberdaya lahan (lahan tegalan). Disamping itu peran yang sama juga terlihat pada akses dan kontrol terhadap informasi

dan akses terhadap tanaman/ternak yang diusahakan. Sedangkan variabel hasil penjualan, peran perempuan lebih dominan dibanding laki-laki baik dalam hal akses maupun kontrol.

Pada variabel informasi, laki-laki dan perempuan memiliki peran secara bersama-sama baik dalam hal akses maupun kontrol terhadap informasi. Kondisi relasi gender seperti ini akan memberikan nilai positif bagi keluarga petani karena sumberdaya informasi terutama yang berhubungan dengan harga komoditas hasil produksi pertanian maupun sarana produksi pertanian akan membantu petani dalam mengambil keputusan secara tepat dan menguntungkan. Nilai IKKG untuk setiap variabel sumberdaya dan tahapan kegiatan usahatani pada aspek akses dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31 memperlihatkan bahwa pola relasi gender yang terlihat secara bersama-sama antara laki-laki dan perempuan pada tahapan kegiatan usahatani adalah variabel perawatan dan pemeliharaan tanaman/ternak dan kontrol terhadap pengolahan hasil panen dan penyiraman. Artinya merawat dan memelihara tanaman/ternak serta menentukan teknis pengolahan hasil panen dan penyiraman tanaman dilakukan secara bersama-sama oleh laki-laki dan perempuan. Sedangkan pada variabel pengolahan hasil panen dan pemasaran, peran perempuan jauh lebih dominan dibanding laki-laki.

Tabel 31. Pola Relasi gender pada aspek akses-kontrol laki-laki dan perempuan pada pola usahatani mixed farming

Akses Kontrol Sumberdaya dan

Tahapan Kegiatan

Usahatani IKKG Klasifikasi IKKG Klasifikasi

Gabungan Sumberdaya 1. Penyluhan pertanian 0.04 DL 0.04 DL DL-DL 2. Pelatihan 0.06 DL 0.06 DL DL-DL 3. Lahan tegalan 0.23 DL 0.66 BS DL-BS 4. Peralatan 0.19 DL 0.09 DL DL-DL 5. Kredit 0.27 DL 0.38 DL DL-DL 6. Modal 0.34 DL 0.47 DL DL-DL 7. Pendidikan 0.48 DL 0.33 DL DL-DL

Tabel 31 (lanjutan)

Akses Kontrol Sumberdaya dan

Tahapan Kegiatan

Usahatani IKKG Klasifikasi IKKG Klasifikasi

Gabungan

8. Informasi 0.58 BS 0.53 BS BS-BS

9. Tanaman-ternak 0.80 BS 0.36 DL BS-DL

10. Hasil penjualan panen 9.33 DP 9.94 DP DP-DP

Tahapan Kegiatan

1. Pengendalian hama dan

penyakit 0.06 DL 0.02 DL DL-DL 2. Pengolahan tanah 0.03 DL 0.02 DL DL-DL 3. Pola tanam 0.15 DL 0.04 DL DL-DL 4. Pemupukan 0.29 DL 0.20 DL DL-DL 5. Pembibitan 0.34 DL 0.21 DL DL-DL 6. Perawatan/pemeliharaan 0.45 DL 0.66 BS DL-BS 7. Penyiraman 1.08 DP 0.51 BS DP-BS

8. Pengolahan hasil panen 1.27 DP 0.82 BS DP-BS

9. Pemasaran 2.21 DP 3.43 DP DP-DP

Keterangan:

1. Penyuluhan pertanian 6. Modal 2. Pelatihan 7. Pendidikan 3. Lahan tegalan 8. Informasi 4. Peralatan 9. Tanaman-ternak 5. Kredit 10. Hasil penjualan panen

Gambar 23. Pemetaan relasi gender pada pola usahatani mixed farming

Hasil pemetaan nilai IKKG yang menunjukkan posisi variabel-variabel sumberdaya dan tahapan kegiatan dapat dilihat pada Gambar 23 dan 24. Variabel-variabel yang memiliki nilai IKKG DL pada aspek akses maupun kontrol berada pada kotak paling kiri-bawah. Hal serupa juga berlaku untuk variabel-variabel tahapan kegiatan usahatani yang memperlihatkan posisi variabel tersebut dalam satu titik koordinat akses dan kontrol. Pada pola usahatani mixed farming, posisi varibel sumberdaya tersebar di lima kotak pola relasi gender, sedangkan variabel tahapan kegiatan hanya tersebar di empat kotak pola relasi gender.

Keterangan

1. Pengendalian hama dan penyakit 6. Perawatan/pemeliharaan 2. Pengolahan tanah 7. Penyiraman

3. Pola tanam 8. Pengolahan hasil panen

4. Pemupukan 9. Pemasaran

5. Pembibitan

Gambar 24. Pemetaan relasi gender pada pola usahatani mixed farming

aspek tahapan kegiatan

Posisi letak variabel sumberdaya dan tahapan kegiatan dalam pola relasi gender mengambarkan bagaimana pola relasi gender pada akses

dan kontrol dalam pola usahatani mixed farming memiliki kondisi yang berbeda. Berdasarkan Tabel 32, ada tiga variabel yang termasuk kategori variabel internal, yaitu; lahan tegalan,tanaman-ternak dan hasil penjualan panen, sedangkan variabel yang termasuk kategori internal dan eksternal ada satu yaitu variabel pendidikan. Variabel-variabel pada tahapan kegiatan usahatani semuanya termasuk variabel internal. Namun ada dua variabel yang termasuk kategori internal dan eksternal (Tabel 31), yaitu pengendalian hama dan penyakit serta pemupukan. Variabel internal dapat berfungsi sebagai variabel peubah untuk memperbaiki kondisi relasi gender yang terjadi saat ini. Sedangkan yang termasuk kategori variabel eksternal sebanyak enam variabel, yaitu; penyuluhan pertanian, pelatihan, peralatan, kredit, modal, informasi (Tabel 32). Untuk melakukan perbaikan terhadap variabel eksternal tersebut memerlukan intervensi pihak luar (pemerintah) sehingga pola relasi gender pada pola usahatani mixed farming dapat menjadi lebih baik.

Tabel 32. Formulasi arahan kebijakan berdasarkan kondisi relasi gender aspek sumberdaya usahatani mixed farming.

Variabel dan Arahan kebijakan Kondisi saat ini Internal Eksternal 1. Penyuluhan pertanian 2. Pelatihan 4. Peralatan 5. Kredit 6. Modal 7. Pendidikan

Arahan kebijakan: Tingkatkan akses dan kontrol perempuan.

DL-DL DL-DL DL-DL DL-DL DL-DL DL-DL - - - - - 3. Lahan tegalan 8. Informasi 9. Tanaman-ternak Arahan kebijakan:

a. Tingkatkan akses perempuan (3).

b. Optimalkan akses dan kontrol laki-laki dan perempuan (8) c. Tingkatkan kontrol perempuan

(9) DL-BS BS-BS BS-DL - - -

10. Hasil penjualan panen Arahan kebijakan: Tingkatkan akses dan kontrol laki-laki

Tabel 33. Formulasi arahan kebijakan berdasarkan kondisi relasi gender aspek tahapan kegiatan usahatani mixed farming.

Variabel dan Arahan kebijakan

Kondisi saat ini Internal Eksternal 1. Pengendalian hama dan

penyakit 2. Pengolahan tanah 3. Pola tanam 4. Pemupukan 5. Pembibitan Arahan kebijakan: Tingkatkan peran perempuan. DL-DL DL-DL DL-DL DL-DL DL-DL - - - 6. Perawatan /pemeliharaan 7. Penyiraman

8. Pengolahan hasil panen Arahan kebijakan:

a. Optimalkan peran laki-laki dan perempuan (6). b. Tingkatkan akses laki-laki

(7 dan 8) BS-BS DP-BS DP-BS - - - 9. Pemasaran Arahan kebijakan:

Tingkatkan peran laki-laki

DP-DP -

Berdasarkan Tabel 32 dan 33, ada 11 variabel yang akses dan kontrol perempuan perlu ditingkatkan. Variabel tersebut berasal dari aspek sumbedaya sebanyak enam variabel dan tahapan kegiatan usahatani sebanyak lima variabel. Sedangkan akses dan kontrol laki-laki perlu ditingkatkan ada dua variabel, yaitu pemasaran dan hasil penjualan. Peningkatan peran laki-laki dan perempuan bersama-sama secara optimal perlu dilakukan pada variabel akses dan kontrol terhadap informasi.

Pada Gambar 25, disajikan secara skematis arahan kebijakan yang diperlukan dalam rangka memperbaiki pola relasi gender pada pola usahatani mixed farming agar kesejahteraan petani meningkat. Secara garis besar ada tiga bentuk arahan kebijakan yang diperlukan, yaitu:

1. Tingkatkan akses dan kontrol perempuan terhadap sumberdaya penyuluhan pertanian, pelatihan, peralatan, kredit, modal, pendidikan dan modal serta pada tahapan kegiatan usahatani dalam bentuk

kegiatan pengendalian hama dan penyakit, pengolahan tanah, pola tanam, pemupukan dan pembibitan.

2. Tingkatkan akses perempuan terhadap sumberdaya lahan tegalan dan tingkatkan peran laki-laki dan perempuan secara optimal pada variabel lahan tegalan, informasi, pengolahan hasil panen, penyiraman, dan perawatan/pemeliharaan tanaman-ternak.

3. Tingkatkan akses dan kontrol laki-laki terhadap sumberdaya hasil penjualan panen dan pemasaran.

Kondisi Saat Ini Tingkatkan Akses Tingkatkan kontrol

1. Penyuluhan pertanian 2. Pelatihan 3. Peralatan 4. Kredit 5. Modal 6. Pendidikan

1. Pengendalian hama & penyakit 2. Pengolahan tanah 3. Pola tanam 4. Pemupukan 5. Pembibitan 5.Perawatan/pemeliharaan 9. Pemasaran Sumber Daya Tahapan Kegiatan 9. Informasi Keterangan Ket: Tingkatkan Pertahankan ♂♀ ♂♀ Hambatan: 1. Sosial Budaya 2. Kualitas SDM petani ♂♀ 8. Tanaman - ternak 7. Lahan tegalan ♂♀ 7. Penyiraman

8. Pengolahan hasil panen ♂♀ ♂♀

10. Hasil penjulan panen

Potensi: 1. Komitmen

pengambil kebijakan 2. Kualitas SDA

Gambar 25. Pemetaan kebijakan berdasarkan relasi gender pada pola usahatani mixed farming

Dalam dokumen V. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 53-64)

Dokumen terkait