• Tidak ada hasil yang ditemukan

PONSEL BARU

Dalam dokumen Telolet Nana Supriyana Final (Halaman 42-60)

Arif baru saja dibelikan ponsel atau telepon genggam oleh ibunya. Ibu menghadiahkan ponsel agar mudah menghubungi Arif dan mengontrol kegiatannya setiap hari. Ibu Arif bekerja di perusahaan asing yang setiap hari sibuk bekerja. Semua kebutuhan Arif dicukupi. Asisten rumah tangga pun dihadirkan untuk menjaga Arif, anak semata wayang. Arif sangat bahagia mendapatkan hadiah ponsel atau telepon genggam. Apalagi ponsel model terbaru dengan kamera yang bagus sesuai dengan apa yang dia inginkan.

35 Di dalam kelas, Arif mempertontonkan telepon genggam terbarunya kepada teman-teman. Padahal ada larangan dari pihak sekolah untuk membawa ponsel/telepon genggam di dalam kelas dan menggunakannya di saat belajar. Arif dengan sembunyi-sembunyi membawanya, tanpa diketahui oleh siapapun kecuali temannya. Arif dan teman-temannya mencoba kamera telepon genggam tersebut dengan ber-selfie bersama, seperti kebanyakan foto-foto selebritis yang mereka idolakan.

“Arif? Kamu bawa ponsel?” tegur Bu Ratih ketika masuk ke kelas dan memergoki mereka tengah berfoto.

“Iy ... iya, Bu,” jawab Arif tidak bisa mengelak. “Boleh Ibu pinjam sebentar?”

Arif tidak bisa menyembunyikan ponselnya. Dia rela memberikan ponselnya kepada Bu Ratih. Setelah Arif menyerahkan ponsel, Bu Ratih menaruh ponsel itu di meja, lalu mengajar.

Bu Ratih adalah guru matematika. Tetapi, semua murid menyukai Bu Ratih karena tidak membosankan dalam mengajar, malah menyenangkan. Dia menyampaikan materi

37 pelajaran dengan sangat jelas. Usai pelajaran, Arif diminta ke kantor guru. Ibu Ratih lalu mempersilakan Arif duduk di depannya.

“Arif, Ibu tidak pernah melarang kamu untuk mempunyai ponsel. Tapi, tidak boleh dipergunakan di dalam kelas, apalagi ketika pelajaran dimulai,” kata Bu Ratih.

“Iya, Bu,” kata Arif.

“Ponsel ini sangat bagus, bahaya juga anak seusia kamu membawa barang-barang bagus,” jelas Bu Ratih.

“Baik, Bu,” jawab Arif.

“Kali ini Ibu maafkan. Tolong sampaikan ke ibu kamu untuk datang ke sekolah dan menemui ibu.”

Setelah dinasihati, Arif dipersilakan ke kelas. Sementara itu, ponselnya masih disimpan oleh Bu Ratih hingga waktu pulang sekolah.

Bel sekolah berbunyi tanda jam pulang sekolah. Anak-anak berhamburan keluar dari kelasnya. Arif pun ikut pulang bersama teman-temannya setelah mengambil ponselnya di

39 Ibu Ratih. Dia segera memainkan ponsel terbarunya dan berdiri di depan gerbang menunggu ojek penjemputnya. Beberapa temannya menyapa untuk berpamitan pulang duluan. Namun, dia tidak menghiraukan. Matanya selalu fokus ke ponsel baru itu.

Ketika itu, Arif sedang asyik dengan ponsel barunya. Tiba-tiba sebuah sepeda motor yang dikendarai oleh pria berambut gondrong berhenti tepat di depan Arif. Pria itu mengambil ponsel Arif, lalu kabur.

“Tolong! Penjambret!” teriak Arif.

Penjaga sekolah melihat kejadian itu. Dia berusaha mengejar, tetapi pria gondrong itu mengendarai motor dengan cepat sehingga tidak terkejar. Arif hanya bisa menangis.

Penjaga sekolah pun memberi tahu Bu Ratih atas kejadian itu. Arif dibawa ke kantor sekolah. Ibu Arif pun dihubungi oleh pihak sekolah. Ibu Arif menyempatkan diri untuk datang ke sekolah dan mendengar kejadian itu. Sesampai di sekolah, ibu Arif menghadap ibu Ratih.

41 “Begitulah ceritanya Bu. Mudah-mudahan dengan kejadian ini, Ibu bisa mengambil hikmahnya.”

“Terima kasih Bu Ratih atas perhatiannya kepada Arif. Saya sangat menyesal dan meminta maaf,” kata ibu Arif.

Mereka berpamitan meninggalkan sekolah. Sementara itu, hari sudah beranjak sore, matahari mulai terbenam.

***

Pesan Moral

Selalu berhati-hati jika kita membawa barang berharga. Barang berharga lebih baik

tidak kita berikan kepada anak-anak demi keselamatan mereka.

Kita belajar bertanggung jawab terhadap hal yang sudah dipercayakan dan kita jangan menyalahgunakan kepercayaan orang tua.

43

NONTON TV

43 Furqon memiliki kebiasaan menonton televisi. Bangun pagi langsung menonton televisi. Begitu pula pulang sekolah. Pada malam hari dia menonton televisi hingga larut malam. Dia hobi menonton film, dari film kartun hingga film laga. Dia lebih hafal semua acara televisi daripada pelajaran sekolah. Orang tuanya sering menasihatinya, tetapi Furqon jarang

mendengarkan. Selain itu, kedua orang tuanya bekerja hingga larut malam sehingga Furqon lebih leluasa untuk menikmati acara televisi yang dia sukai.

“Furqon, ayo lekas tidur!” ucap Neneknya.

“Sebentar Nek! Filmnya lagi seru,” jawab Furqon.

“Ingat, besok kamu harus bangun pagi dan berangkat ke sekolah.”

45 Akan tetapi, Forqun tidak segera mematikan televisi. Dia malah asyik nonton sehingga neneknya tertidur di sofa akibat lelah menemani Furqon.

Esoknya, Furqon bangun kesiangan. Hampir setiap pagi dia selalu bangun kesiangan. Ibu, nenek, dan ayahnya sudah berusaha membangunkan Forqun. Akan tetapi, dia sangat sulit. Furqon segera mandi, gosok gigi, memakai seragam, mengambil sepeda, lalu berangkat ke sekolah.

“Awas! Minggir!” teriak Furqon sambil mengayuh sepedanya.

Seorang pedagang sayur terkejut. Dia segera membelokkan gerobaknya ke samping kiri hingga terjatuh di rerumputan.

“Oaaalah! Bocah gemblung!” umpatnya.

Furqon dengan cepat mengayuh sepeda menuju ke sekolah. Dia ingat, hari ini ada ujian sekolah. Dia berusaha agar tidak datang terlambat.

47 Sementara itu, beberapa murid sudah berdatangan di sekolah. Wajah mereka segar sebab semalam setelah belajar mereka tidur lebih awal. Beberapa guru juga menyapa dengan ramah kepada mereka. Pagi itu adalah pagi yang cerah dan membuat bersemangat untuk mengikuti ujian. Matahari bersinar, menghangatkan bumi yang tercinta ini.

Furqon semakin cepat mengayuh sepedanya ketika penjaga gerbang sekolah perlahan menutup pintu. Dia yakin akan sampai tepat waktu. Beberapa mobil dan kendaraan lain

terkejut dan nyaris menabrak Furqon yang tidak melihat kiri dan kanan saat bersepada. Dengan terengah-engah, Furqon tiba di depan gerbang sekolah.

“Furqon, kamu tidak bisa masuk. Ini sudah sangat terlambat,” ucap penjaga sekolah.

49 “Kamu setiap hari di selalu terlambat. Saya tidak bisa mengizinkan kamu masuk.”

Furqon berusaha untuk meminta izin masuk, tetapi penjaga sekolah tetap tidak memperbolehkan. Pada saat itu, Ibu Rina, kepala sekolah menghampiri mereka lalu meminta Furqon masuk ke ruangan kepala sekolah.

Kepala sekolah menasihati Furqon dan memberikan surat teguran untuk kedua orang tuanya. Hari itu, Furqon mengikuti ujian di ruangan guru. Furqon tidak diperbolehkan ujian di dalam kelas. Hal itu dilakukan untuk memberikan pelajaran kepada Furqon bahwa disiplin itu penting.

51 51 Pesan Moral

Kita wajib berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri terhadap apa yang sudah

dipercayakan.

Kita harus dapat mengatur jadwal aktivitas sehari-hari, baik belajar maupun kegiatan lainnya agar tidak

Dalam dokumen Telolet Nana Supriyana Final (Halaman 42-60)

Dokumen terkait