• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Sastrosupadi, 2000).

Jumlah plot : 8 x 3 = 24 plot Jarak tanaman : 20 cm x 20 cm Jumlah tanaman per plot : 6 tanaman Jumlah seluruh tanaman : 144 tanaman

Pelaksanaan Penelitian Persiapan penelitian

Persiapan penelitian dilakukan dengan mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada penelitian.

Persiapan lahan

Sementara melaksanakan pembibitan, areal pertanaman (penelitian) dilakukan dilapangan. Lahan dibersihkan dari kotoran - kotoran seperti dari gulma - gulma. Disiapkan polibeg sebanyak 144 polibeg dengan ukuran 15 kg yang sudah disterilkan, kemudian polibeg diisi dengan tanah yang juga sudah disterilkan. Seterusnya dibuat plot - plot percobaan.

Sebelum polibeg disusun, areal yang akan digunakan harus diukur agar polibeg tampak rapi dan lurus. Susunan polibeg di areal pertanaman harus sudah disusun ± 10 hari sebelum tanaman tembakau ditanam.

Penanaman

Setelah areal pertanaman selesai dibersihkan dan bibit telah berumur 40 hari maka bibit tersebut dipindahkan ke dalam polibeg. Untuk membuat tanaman yang teratur digunakan tali plastik yang telah diberi tanda sesuai dengan jarak antar polibeg yang digunakan yaitu 20 cm x 20 cm. Bibit dicabut dari pembibitan, dan waktu penanaman tanahnya ditekan sedikit agar tegak pertumbuhannya dan tidak mudah rebah.

Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan setiap hari, yang dilakukan setiap pagi hari. Penyiraman dilakukan sampai tahap pertumbuhan.

Penyisipan dilakukan pada tanaman di dalam polibeg yang mengalami kegagalan pertumbuhan. Penyisipan dilakukan pada sore hari yang diambil dari tanaman plot lain yang dikhususkan untuk tanaman sisispan. Waktu penyisipan selambat - lambatnya 2 minggu setelah tanam.

Penyiangan dilakukan satu kali dalam seminggu atau tergantung pada keadaan gulma di dalam polibeg. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan tangan atau dicabut secara langsung.

Pemupukan dilakukan dua kali untuk pemupukan pertama yaitu Mixed (N, P, K) 5 x 10.7,5 sebanyak 10 - 15 gr persatuan tanaman diberikan 1 hari sebelum tanam. Pemberian pupuk kedua dilakukan 15 hari setelah tanam yaitu Mixed (N, P, K) 5 x 20.7,5 sebanyak 10 gr.

Pemasangan perangkap sintetis

Sebelum dilakukan pengamatan, disiapkan plastik berwarna merah, kuning, hijau lalu diolesi lem perekat sintetis (lem perekat sintetis dengan menggunakan chery glue dan minyak goreng). Pemasangan perangkap dilakukan pada saat tanaman berumur 46 hari atau 6 hst. Perangkap diganti setiap 6 hari sekali. Warna perangkap dipasang sesuai masing - masing perlakuan. Perangkap dipasang pada masing - masing plot percobaan. Jumlah perangkap keseluruhannya 48 perangkap.

Peubah Amatan

Populasi B. tabaci Genn. yang terperangkap (ekor)

Populasi B. tabaci yang terperangkap dihitung setiap 3 hari sekali yang

dilakukan pada pagi hari, yaitu pada pukul 07.00 - 10.00 WIB dan juga pergantian perangkap sintetis setiap 6 hari sekali seiring dengan pengamatan dilakukan

selama 10 kali dengan interval 3 hari yang dilakukan setelah tanaman berumur 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36 hst.

Persentase Serangan Hama Kutu Putih (B. tabaci Genn.)

Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati sampel pada seluruh tanaman yang ada pada plot perlakuan yang terserang oleh B. tabaci. Pengamatan

dilakukan selama 5 kali dengan interval 7 hari. Pengamatan dilakukan 1 minggu setelah pemasangan perangkap sintetis. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 2, 3, 4, 5, 6 MST yaitu 13, 20, 27, 34, 41 hst.

Persentase serangan B. tabaci dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut: % 100 x b a P= Keterangan: P : Persentase serangan

a : Jumlah daun tanaman yang terserang b : Jumlah daun yang diamati

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Populasi B. tabaci Genn. yang terperangkap (ekor)

Data pengamatan B. tabaci Genn. yang terperangkap pada 9 - 36 HST dan

analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 3 - lampiran 12. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan yaitu perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna kuning terhadap populasi hama kutu putih yang terperangkap. Hasil uji beda rataan populasi B. tabaci Genn. pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan Jumlah Imago B. tabaci Genn. Pada Perlakuan Beberapa Perangkap Sintetis (chery glue, minyak goreng) dan warna (transparan, merah, kuning dan hijau) Pada Pertanaman Tembakau

Keterangan: Angka dengan notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5 %

Tabel 1 memperlihatkan bahwa selama pengamatan perlakuan P1W1 dengan menggunakan perangkap sintetis dengan media plastik berwarna kuning populasi yang terperangkap lebih banyak dibanding dengan perlakuan lain. Hal ini dikarenakan warna kuning adalah warna yang kontras dengan keadaan lingkungan

Perlakuan Jumlah Imago/Plot Total Rataan

9 HST 12

HST 15 HST 18 HST 21 HST 24 HST 27 HST 30 HST

P1W0 2.00bc 3.00bc 6.33c 8.00c 10.67c 15.00c 11.67c 9.33c 80.00 8.00

P1W1 5.67a 7.00a 13.33a 15.67a 24.33a 35.00a 28.33a 20.00a 174.66 17.466

P1W2 1.67bcd 2.33cd 4.33de 5.67de 7.67de 10.67d 7.67d 6.33de 56.68 5.668

P1W3 2.33b 3.67b 8.33b 9.67b 13.33b 19.00b 14.33b 11.00b 98.33 9.833

P2W0 1.00de 1.33ef 3.33e 4.33ef 6.67de 10.00d 6.67d 6.00de 48.33 4.833

P2W1 1.67bcd 3.00bc 5.67cd 8.00c 10.67c 15.00c 14.33b 9.33c 80.67 8.067

P2W2 0.67e 1.00f 3.00e 3.67f 5.33e 9.33d 6.33d 5.67e 42.66 4.266

P2W3 1.33cde 2.00de 4.33de 6.33d 8.33d 12.00cd 10.33c 7.00d 61.32 6.132

Total 16.30 23.30 48.70 61.30 87.00 126.00 99.66 74.70 536.98

dibandingkan dengan warna transparan, merah dan hijau sehingga kutu putih lebih tertarik. Hal ini sesuai dengan Firmansyah (2008) yang menyatakan bahwa serangga hama tertentu juga lebih tertarik terhadap warna. Warna yang disukai serangga biasanya warna - warna kontras seperti kuning cerah. Selain itu jenis perangkap juga berpengaruh terhadap jumlah hama yang terperangkap dimana pada jenis perangkap sintetis (chery glue) lebih banyak kutu putih yang terperangkap karena kutu putih lebih tertarik pada warna dan aroma yang menyengat. Disebabkan chery glue merupakan bahan yang mengeluarkan wangi sedap bagi si pengganggu (hama) aromanya bak magnet. Tak hanya aromanya yang menjadi daya tarik, warna lemnya juga menjadi daya tarik. Umumnya

serangga tertarik dengan warna kuning. Aroma chery glue mengandung rempah - rempah seperti cengkeh dan jahe yang sudah tercium oleh serangga dari

jarak 20 - 30 m sehingga kutu putih dengan mudah terperangkap (Trubus, 2006). Perlakuan P1W3 dengan penggunaan perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna hijau pada pengamatan 24 HST sebesar 19,00 juga efektif untuk memerangkap hama kutu putih karena kutu putih juga tertarik pada warna hijau dan chery glue mengeluarkan aroma yang menyengat yang menjadi daya tarik kutu putih. Pernyataan ini sesuai dengan literatur Kardinan (2007) yang menyatakan bahwa manfaat lain dari penggunaan chery glue ini petani bisa mendeteksi hama yang menyerang. Chery glue ini dapat digunakan untuk mengendalikan hama kutu putih dan capsid. Ada tiga cara yaitu: mendeteksi atau memonitor hama, menarik hama kutu putih dan capsid dan membunuh dengan perangkap sintetis, mengacaukan hama dengan melakukan pengenceran yang baik dan terbukti bersifat netral. Dan juga pemasangan perangkap dengan chery glue

dengan media plastik berwarna hijau juga efektif untuk memerangkap hama kutu putih karena perangkap dipasang disekitar kanopi tanaman. Hal ini sesuai dengan Supriadi, dkk (2008) yang menyatakan bahwa semakin jauh kanopi tanaman semakin sedikit jumlah hama yang terperangkap. Hal ini memberi indikasi bahwa aktivitas terbang hama kutu putih hanya sekitar kanopi tanaman, dikarenakan ukuran tubuh kutu putih yang relatif kecil, migrasinya sangat tergantung pada bantuan angin.

Dari hasil pengamatan memperlihatkan bahwa jumlah imago yang terperangkap terendah terdapat pada pengamatan 9 HST pada perlakuan P2W2 sebesar 0,67 karena kutu putih kurang menyukai warna merah dan jenis perangkap juga berpengaruh. Karena jenis perangkap sintetis (minyak goreng) dapat dengan mudah tercuci oleh air hujan sehingga kutu putih yang terperangkap sedikit. Pernyataan ini sesuai dengan Pasian and Lindquis (2007) yang

menyatakan bahwa warna dan jenis perangkap sangat efektif dalam mengendalikan hama kutu putih dan juga untuk memonitor efek perangkap yang dibuat di lapangan.

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pengamatan pertama sampai terakhir jumlah imago yang terperangkap mengalami fluktuasi untuk setiap perlakuan. Jumlah imago terperangkap yang tertinggi terdapat pada pengamatan 24 HST pada perlakuan P1W1 (35,00). Penurunan jumlah imago dapat dilihat pada pengamatan mulai dari 27 HST sampai 36 HST. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tua umur tanaman maka semakin rendah persentase tanaman terserang. Faktor sumber daya (nutrisi) dan tanaman inang yang sudah masuk ke fase genaratif (logaritmatik) yang sudah berkurang tidak mampu mendukung kegiatan

hidup serangga, sehingga mendorong serangga untuk melakukan perpindahan. Hal ini sesuai dengan Heinz et al., (1982) yang menyatakan bahwa semakin tua umur

tanaman semakin kurang disukai kutu putih sebagai tempat untuk meletakkan telurnya. Populasi B. tabaci melimpah pada saat fase vegetatif (linier) dan

menurun pada fase generatif (logaritmatik) yang diduga karena faktor kualitas dan kuantitas tanaman. Kuantitas tanaman dapat diukur dari semakin bertambahnya biomasa tanaman, sedangkan kualitas tanaman dipengaruhi oleh kandungan berbagai nutrisi yang terdapat dalam tanaman. Perkembangan populasi B. tabaci

di lapangan dipengaruhi oleh faktor biotik (predator, parasitoid, entomopatogen) dan faktor abiotik seperti hujan juga mempengaruhi hasil tangkapan pada perangkap. Pernyataan ini sesuai dengan Hirano et al., (2006) yang menyatakan

bahwa dimana hujan, angin, suhu dan kelembaban mempengaruhi serangga yang tertangkap pada papan perangakap.

Untuk melihat lebih jelas data pengaruh jenis perangkap sintetis dan warna terhadap jumlah imago kutu putih dapat dilihat pada histogram gambar 5.

Rataan Populasi Bemisia tabaci Genn.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 9 HST 12 HST 15 HST 18 HST 21 HST 24 HST 27 HST 30 HST 33 HST 36 HST Waktu Pengamatan R at aan ( eko r) P1W0 P1W1 P1W2 P1W3 P2W0 P2W1 P2W2 P2W3

Gambar 5 di atas menunjukkan rataan populasi imago B. tabaci Genn.

yang lebih banyak terperangkap pada perlakuan P1W2 yaitu perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna kuning dan terendah pada perlakuan

P2W1 yaitu perangkap sintetis (minyak goreng) dengan media plastik berwarna merah. Hal ini menunjukkan bahwa perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna kuning adalah perangkap yang efektif untuk memerangkap hama kutu putih pada pertanaman tembakau.

2. Persentase Serangan Hama Kutu Putih (B. tabaci Genn.)

Data pengamatan persentase serangan B. tabaci Genn. pada 2 - 6 MST dan

analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 13 - lampiran 17. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan yaitu pada perangkap sintetis (chery glue) dengan media plastik berwarna kuning terhadap populasi hama kutu putih yang terperangkap. Hasil uji beda rataan persentase serangan B. tabaci Genn. pada setiap perlakuan dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rataan Persentase Serangan B. tabaci Genn. Pada Perlakuan Jenis Perangkap Sintetis (chery glue, minyak goreng) Pada Pertanaman Tembakau

Persentase Serangan Total Rataan

Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST

P1W0 11.67c 10.00c 8.33d 1.67d 1.67de 33.34 6.668 P1W1 5.00d 0.00e 0.00e 0.00e 0.00e 6.668 1.00 P1W2 15.00b 13.33c 10.00cd 5.00c 3.33d 46.66 9.332 P1W3 6.67cd 3.33d 1.67e 1.67d 1.67de 9.332 3.002 P2W0 30.00a 23.33b 20.00b 13.33b 10.00ab 3.002 19.33 P2W1 15.00b 13.33c 11.67c 11.67b 6.67c 19.332 11.67 P2W2 33.33a 30.00a 25.00a 16.67a 11.67a 11.668 23.33 P2W3 26.67a 21.67b 20.00b 13.33ab 8.33bc 23.334 18.00

Total 143.34 114.99 96.67 63.34 43.34 461.68

Rataan 17.9175 14.3738 12.0838 7.9175 5.4175 57.71 11.54 Keterangan: Angka dengan notasi yang sama pada kolom yang sama tidak

Tabel 2 menunjukkan bahwa persentssase serangan B. tabaci yang

tertinggi pada perlakuan P2W2 yaitu 33,33 pada pengamatan 2 MST dan terendah pada perlakuan P1W1 pada pengamatan 3 MST, 4 MST, 5 MST dan 6 MST karena pada perlakuan ini banyak kutu putih yang terperangkap sehingga kerusakan pada tanaman lebih kecil bila dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Ini berarti penggunaan perangkap sintetis (chery glue dengan media plastik berwarna kuning) dapat menekan populasi hama sehingga persentase hama berkurang. Pernyataan ini sesuai dengan Hartanto (2008) yang menyatakan bahwa beberapa jenis hama tertentu sangat tertarik pada perangkap sintesis, oleh karena itu salah satu teknik untuk menekan populasi dari serangga hama kutu putih adalah dengan menggunakan chery glue. Perangkap sintetis cukup efisien menjebak kutu putih untuk memantau populasi dan keberadaan kutu putih di lapangan.

Dari tabel 2 juga diketahui bahwa persentase serangan kutu putih pada tanaman tembakau semakin rendah setiap minggunya dengan berkurangnya populasi imago kutu putih, hal ini dikarenakan umur tanaman semakin tua sehingga kurang disukai kutu putih. Hal ini sesuai dengan Heinz et al (1982)

yang menyatakan bahwa gejala serangan nimfa dan imago pada daun menunjukkan suatu kecenderungan bahwa semakin tua umur tanaman semakin rendah persentase tanaman terserang, semakin tua umur tanaman semakin kurang disukai kutu putih sebagai tempat untuk meletakkan telurnya.

Untuk lebih jelas data pengaruh jenis perangkap sintetis terhadap persentase serangan kutu putih dapat dilihat pada histogram gambar 6.

Dokumen terkait