• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah perawat pelaksana dengan jenjang pendidikan D3 dan S1 yang bekerja di ruang perawatan yang berjumlah 14 orang.

2. Sampel

Sampel pada penelitian adalah keseluruhan perawat pelaksana yang bertugas di ruang perawatan dan merupakan objek yang diteliti, dengan kriteria inklusi adalah karakteristik sample yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti yang berjumlah 10 orang.

a. Kriteria inklusi dari penelitian ini, yaitu:

1) Perawat pelaksana (perawat yang berhubungan langsung dengan pasien) yang bekerja di ruang perawatan dan tidak pernah mengikuti pelatihan proses keperawatan.

2) Perawat tersebut tidak dalam keadaan cuti atau sakit 3) Perawat yang bersedia untuk diteliti

4) Perawat magang di ruang perawatan

5) Perawat yang memiliki tingkat pendidikan minimal DIII keperawatan. b. Kriteria eksklusi dari penelitian ini, yaitu:

1) Perawat yang sakit atau yang cuti

2) Perawat yang tidak bersedia untuk diteliti

3. Teknik Sampling

Sampling adalah proses dalam menyeleksi populasi untuk mewakilinya pada penelitian ini menggunakan purposive sampling.

C.Instrumen Penelitian 1. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk menghimpun keterangan yang relevan dengan penelitian terutama format ASKEP 1 yang digunakan di ruang perawatan interna.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi ini adalah merupakan penuntun bagi peneliti untuk memulai pelaksanaan pendokumentasian yang terstandarisasi yang telah dimodifikasi oleh peneliti untuk menyesuikan format pendokumentasian yang digunakan di ruang perawatan interna.

Lembar observasi ini digunakan sebelum pelatihan proses keperawatan dan setelah perawat bekerja selama tiga hari setelah pelatihan yang terdiri atas 19 aspek pertanyaan aspek yang dinilai dimulai dengan meannya adalah 28,5. masing-masing aspek yang dimulai memiliki nilai 0 jika tidak ada pendokumentasian, nilai 1 jika pendokumentasian tidak lengkap, dan nilai 2 jika pendokumentasian lengkap.

Pertanyaan untuk pengkajian terdiri dari 4 aspek penilaian dengan nilai meannya adalah 4, pertanyaan untuk diagnosa terdiri dari 3 aspek penilaian dengan nilai meannya adalah 3, pertanyaan untuk perencanaan terdiri dari 6 aspek penilaian dengan nilai meannya adalah 6, pertanyaan

untuk pelaksanaan terdiri dari 4 aspek penilaian dengan nilai meannya adalah 4, dan pertanyaan untuk evaluasi terdiri dari 2 aspek penilaian dengan nilai meannya 2.

3. Kuesioner

Lembar kuesioner dibagikan kepada perawat yang ikut pelatihan proses keperawatan pada saat sebelum dilakukan pelatihan proses keperawatan sebagai pre test dan setelah pelatihan proses keperawatan sebagai post test yang terdiri dari 24 pertanyaan tentang proses keperawatan yang mengacu pada format pendokumentasian yang digunakan di perawatan interna, yaitu format ASKEP 1. setiap pertanyaan memiliki nilai 1 jika jawaban benar dan nilai 0 jika jawaban salah. Pengkajian terdiri atas 11 pertanyaan .Diagnosa terdiri dari 3 pertanyaan. Perencanaan terdiri atas 3 pertanyaan . Pelaksanaan terdiri atas 3 pertanyaan evaluasi terdiri atas 4 pertanyaan. D.lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada perawat pelaksana ( berhubungan langsung dengan pasien) yang bekerja di raung perawatan interna Rumah Sakit Umum Daerah Prof. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng Pada tanggal 1-5 Juli.

E. Prosedur Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data yang dipeoroleh melalui hasil quisioner dan lembar observasi penelitian yang diisi oleh perawat mengenai variable yang diteliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah ada sebelumnya dan diperlukan untuk melengkapi hasil penelitian, yang diperoleh langsung dari Rumah Sakit. F. Analisis Data

Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dalam tabel sesuai dengan variabel yang hendak diukur. Analisa data dilakukan melalui tahap editing, koding, dan uji statistik. Uji statistik yang digunakan adalah univariat dan bivariat mengunakan jasa computer SPSS.

1. Analisis Univariat

Dilakukan terhadap variable penelitian untuk melihat tampilan distribusi, frekuensi, dan persentase dari tiap-tiap variable.

2. Analisi Bivariat

Untuk melihat pengaruh dari variable dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon Watched Pair Test dengan P< 0,005 melalui bantuan SPSS 16.

G.Jadwal Penelitian

Penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada bulan juli selama 1 minggu.

H.Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, perlu adanya rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi tempat penelitian dalam hal ini bidang pengelola RSUD Prof. H. M Anwar

Makkatutu Bantaeng. Setelah mendapatkan persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi:

1. Informed Consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memeaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasian peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebur diberikan kode.

3. Confidentiality

Kerahasian informasi dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di ruang perawatan Interna RSUD Prof. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng selama 10 hari pada tanggal 1-5 juli 2010. Sampel yang diperoleh sebanyak 10 orang yang terdiri dari perawat-perawat yang bekerja di ruang perawatan interna dengan tingkat pendidikan DIII. Dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian proses keperawatan.

Adapun hasil penelitian ini disajikan secara berkaitan dengan pola analisis yang telah direncanakan, yaitu pertama dengan analisis univariat yang meliputi distribusi frekuensi dari data demografi responden meliputi umur dan lama kerja, distribusi frekuensi dari tiap-tiap variabel serta analisis bivariat untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variable dependen. 1. Hasil Analisa Univariat

Hasil analisa univariatdalam penelitian ini menggambarkan distribusi frekuensi dari data demografi responden meliputi, umur dan lama kerja, serta distribusi frekuensi pelatihan dan pendokumentasian proses keperawatan sebelum dan setelah dilakukan pelatihan proses keperawatan.

a. Data Demografi Responden

Tabel 5.1.1.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur dan lamabekerja

pada kelompok sampel di ruang perawatan Interna RSUD Prof. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng.

Variabel N % Umur 21-30 Tahun 7 70 31-40 Tahun 3 30 Total 10 100 Lama Bekerja 1-10 Tahun 7 70 11-20 Tahun 3 100 Total 10 100

Sumber: Data Primer, 2010.

- Distribusi terbanyak didapatkan pada kelompok umur 21-30 Tahun.

- Berdasarkan lama bekerja distribusi terbanyak di dapatkan pada kelompok 1-10 Tahun.

b. Distribusi frekuensi proses keperawatan (pengkajian-evaluasi) sebelum dan setelah dilakukan pelatihan.

Table 5.1.2.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan proses keperawatan sebelum dan setelah dilakukan pelatihan

Berdasarkan Responden Sebelum Setelah Pelatihan Proses Keperawatan N % n % Baik 10 100 10 100

Kurang Baik 0 0 0 0

Total 10 100 10 100

Sumber: Data Primer, 2010.

Berdasarkan lembar kuesioner proses keperawatan secara umum mulai dari pengkajian sampai evaluasi yang terdiri dari 24 pertanyaan dengan kriteria dikatakan baik jika skor ≥12 dan kurang baik jika skor <12. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum pelatihan proses keperawatan sudah baik adalah 100% dengan skor tertinggi yang diperoleh antara 14-20 (dengan skor 14,17,18, dan 20 masing-masing 1 orang; skor 15 dan 16 masing-masing 3 orang). Setelah pelatihan proses keperawatan terjadi perubahan dengan skor tertinggi yang diperoleh antara 17-23 (dengan skor 17,22, dan 23 masing-masing 1 orang; skor 18: 4 orang dan skor 19: 3 orang). Tabel 5.1.2.

c. Distribusi frekuensi pendokumentasian pengkajian sebelum dan setelah

dilakukan pelatihan proses keperawatan. Table 5.1.3.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendokumentasian pengkajian sebelum dan setelah dilakukan pelatihan

proses keperawatan. Berdasarkan Responden Sebelum Setelah Berdasarkan Pengkajian n % N % Baik 7 70 10 100 Kurang Baik 3 30 0 0 Total 10 100 10 100

Sumber: Data Primer, 2010.

Berdasarkan pernyataan lembar observasi pengkajian yang terdiri dari 4 poin dengan kriteria dikatakan baik jika skor ≥4 dan kurang baik jika

skor <4. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pendokumentasian pengkajian sebelum pelatihan proses keperawatan kurang baik adalah 3 (30%), (yaitu 3 orang dengan skor 3 ) dan baik adalah 7 (70%), ( yaitu 5 orang dengan skor 4 dan 2 orang dengan skor 5 )Setelah pelatihan terjadi perubahan sebesar 30%, (yaitu dengan skor 5 masing-masing 1 orang,3 orang dengan skor 7, dan 5 orang dengan skor 8). Tablel 5.1.3

d. Distribusi frekuensi pendokumentasian diagnosa sebelum dan setelah dilakukan proses keperawatan.

Table 5.1.4.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendokumentasian diagnosa sebelum dan setelah dilakukan pelatihan

proses keperawatan. Berdasarkan Responden Sebelum Setelah Berdasarkan Diagnosa N % N % Baik 8 80 10 100 Kurang Baik 2 20 0 0 Total 10 100 10 100

Sumber: Data Primer, 2010.

Berdasarkan pernyataan lembar observasi diagnosa yang terdiri dari 3 pernyataan dengan kriteria dikatakan baik jika skor ≥3 dan kurang baik jika skor <3. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pendokumentasian diagnosa sebelum pelatihan proses keperawan kurang baik adalah 2 (20%), (yaitu: 2 orang dengan skor ) dan baik adalah 8 (80%), (yaitu: 5 orang dengan skor 5 dan 3 orang dengan skor 5). Setelah pelatihan terjadi perubahan sebesar 20%, (yaitu: dengan

skor 4 dan 5 masing- masing 1 orang, dan 8 orang dengan skor 6). Table 5.1.4

e. Distribusi frekuensi pendokumentasian perencanaan sebelum dan setelah

dilakukan proses keperawatan

Table 5.1.5.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendokumentasian perencanaan sebelum dan setelah dilakukan pelatihan

proses keperawatan. Berdasarkan Responden Sebelum Setelah Berdasarkan Perencanaan N % N % Baik 7 70 10 100 Kurang Baik 3 30 0 0 Total 10 100 10 100

Sumber: Data Primer, 2010.

Berdasarkan pernyataan lembar observasi perencanaan yang terdiri dari 6 pernyataan dengan kriteria dikatakan meningkat jika skor ≥6 dan tidak meningkat jika skor <6. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pendokumentasian perencanaan sebelum pelatihan proses keperawatan kurang baik adalah 3 (30%), (yaitu: 3 orang dengan skor 5) dan baik 7 (70%), (yaitu dengan skor 6,7 masing- masing 3 orang, 1 orang dengan skor 8 dan 5 orang dengan skor 11). Setelah pelatihan terjadi perubahan sebesar 30% (yaitu 2 orang dengan skor 7, dengan skor 8,10,12 masing-masing 1 orang) . Tabel 5.1.5

f. Distribusi frekuensi pendokumentasian implementasi sebelum dan setelah

dilakukan proses keperawatan

Table 5.1.6.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendokumentasian Implementasi sebelum dan setelah dilakukan pelatihan

proses keperawatan. Berdasarkan Responden Sebelum Setelah Berdasarkan Implementasi N % N % Baik 6 60 10 100 Kurang Baik 4 40 0 0 Total 10 100 10 100

Sumber: Data Primer, 201

Berdasarkan pernyataan lembar observasi perencanaan yang terdiri dari 4 pernyataan dengan kriteria dikatakan meningkat jika skor ≥4 dan tidak meningkat jika skor <4. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pendokumentasian implementasi sebelum pelatihan proses keperawatan kurang baik adalah sebesar 4 (40%), (yaitu: 4 orang dengan skor 3)). Dan baik adalah 6 (60%), (yaitu: 2 orang dengan skor 4 dan 4 orang dengan skor 5). Setelah pelatihan terjadi perubahan sebesar 40%, (yaitu: 10 orang dengan skor 8). Tabel 5.1.6.

g. Distribusi frekuensi pendokumentasian evaluasi sebelum dan setelah dilakukan proses keperawatan

Table 5.1.7.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendokumentasian Evaluasi sebelum dan setelah dilakukan pelatihan

proses keperawatan. Berdasarkan Responden Sebelum Setelah Berdasarkan Evaluasi N % N % Baik 10 100 10 100 Kurang Baik 0 0 0 0 Total 10 100 10 100

Sumber: Data Primer, 2010

Berdasarkan pernyataan lembar observasi evaluasi yang terdiri dari 2 pernyataan dengan kriteria dikatakan baik skor ≥2 dan kurang baik jika skor <2. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pendokumentasian evaluasi sebelum pelatihan proses keperawatan baik adalah 10 (100%), (yaitu: 10 orang dengan skor 2). Setelah pelatihan terjadi perubahan sebesar 50%, (yaitu: dengan skor 2, 4 masing- masing 5 orang).Tabel 5.1.7

2. Hasil Analisa Bivariat

Untuk melihat pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian proses keperawatan dilakukan uji statistik T berpasangan, tetapi sebelumnya dilakukan uji normalitas data dengan kolmogorof-sminov diperoleh nilai pre tes dengan P= 0,503 dan post tes dengan P= 0,170. Oleh karena data pre test dan post test tidak normal

sehingga tidak memenuhi syarat untuk uji T test maka dilakukan uji alternatif non parametrik tes yaitu Uji Wilcoxon dengan tingkat keakuratan P< 0, 05. Adapun hasil uji wilcoxon dari beberapa variabel, yaitu sebagai berikut:

a. Pengaruh pelatihan

proses keperawatan pengkajian terhadap

pendokumentasian pengkajian keperawatan di ruang perawatan RSUD Prof. H. M. Anwar Makkatutu

Table 5.2.8.

Pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap

pendokumentasian pengkajian keperawatandi ruang perawatan interna RSUD

Prof. H. M. Anwar MakkatutuBantaeng Kelompok Responden Pelatihan

Sebelum Setelah Pendokumentasian Pengkajian Keperawatan N % N % P Baik 7 70 10 100 Kurang Baik 3 30 0 0 Total 10 100 10 100 0,01 Sumber: Data Primer, 2010.

Distribusi frekuensi hasil pelatihan proses keperawatan pengkajian yang baik Sebelum pelatihan proses keperawatan adalah 10 (100%) Setelah pelatihan proses keperawatan terjadi peningkatan hasil sebesar 30% dengan skor perolehan yang lebih tinggi dari sebelumnya dengan keakuratan P< 0,05, yaitu P=0,01.

b. Pengaruh pelatihan proses keperawatan diagnosa terhadap peningkatan

pendokumentasian diagnosa

Table 5.2.9.

Pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian diagnosa keperawatandi ruang perawatan

interna RSUD

Prof. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng Kelompok Responden Pelatihan

Sebelum Setelah Pendokumentasian Diagnosa Keperawatan N % N % P Baik 8 80 10 100 Kurang Baik 2 20 0 0 Total 10 100 10 100 0,01 Sumber: Data Primer, 2010.

Distribusi frekuensi hasil pelatihan proses keperawatan diagnosa yang baik Sebelum pelatihan proses keperawatan adalah 3 (30%) Setelah pelatihan proses keperawatan terjadi peningkatan hasil sebesar 20%, yaitu 70% dengan keakuratan P <0,005, yaitu P= 0,01.

c. Pengaruh pelatihan proses keperawatan perencanaan terhadap peningkatan pendokumentasian perencanaan terhadap peningkatan pendokumentasian.

Table 5.2.10.

Pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap

pendokumentasian perencanaan keperawatandi ruang perawatan interna RSUD

Prof. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng Kelompok Responden Pelatihan

Sebelum Setelah Pendokumentasian Perencanaan Keperawatan n % n % P Baik 7 70 10 100 Kurang Baik 3 30 0 0 Total 10 100 10 100 0,01

Sumber: Data Primer, 2010.

Distribusi frekuensi hasil pelatihan proses keperawatan perencanaan yang baik Sebelum pelatihan proses keperawatan adalah 4 (40%) Setelah pelatihan proses keperawatan terjadi peningkatan hasil sebesar 30%, yaitu 60% dengan keakuratan P< 0, 05,yaitu P= 0,01.

d. Pengaruh pelatihan proses keperawatan implementasi terhadap peningkatan pendokumentasian implementasi

Tabel 5.2.11

Pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap

pendokumentasian implementasi keperawatan di ruang perawatan interna RSUD

Prof. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng. Kelompok Responden Pelatihan

Sebelum Setelah Pendokumentasian Implementasi Keperawatan N % n % P Baik 6 60 10 100 Kurang Baik 4 40 0 0 Total 10 100 10 100 0,01 Sumber: Data Primer, 2010.

Distribusi frekuensi hasil pelatihan proses keperawatan implementasi yang baik Sebelum pelatihan proses keperawatan adalah 4(40%) Setelah pelatihan proses keperawatan terjadi peningkatan hasil sebesar 40%, yaitu 60% dengan keakuratan P< 0,005, yaitu P=0,01.

e. Pengaruh pelatihan proses keperawatan evaluasi terhadap peningkatan pendokumentasian evaluasi

Tabel 5.2.12.

Pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian evaluasi keperawatandi ruang perawatan

interna RSUD

Prof. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng. Kelompok Responden Pelatihan

Sebelum Setelah Pendokumentasian Evaluasi Keperawatan N % N % P Baik 10 100 10 100 Kurang Baik 0 0 0 0 Total 10 100 10 100 0,002 Sumber: Data Primer, 2010.

Distribusi frekuensi hasil pelatihan proses keperawatan evaluasi yang baik Sebelum pelatihan proses keperawatan adalah 0 (0%) Setelah pelatihan proses keperawatan terjadi peningkatan hasil sebesar 50%, yaitu 50% dengan keakuratan P<0,005,yaitu dengan P=0,002.

B. PEMBAHASAN

a. Pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian pengkajian keperawatan.

Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa P =0,01 sehingga Ha diterima berarti ada pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian pengkajian keperawatan.

Hal ini didukung oleh penelitian Pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian di bagian perawatan IV (bougenville) RSUD. SyekhYusuf Kabupaten Gowa, oleh Korpriyani Didapatkan ada pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap peningkatan pendokumentasian pngkajian setelah dilakukan uji statistik wilcoxon P =0,005 (P<0,05).

b. Pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian diagnosa keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa P =0,000 sehingga Ha diterima berarti ada pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian diagnosa keperawatan.

Hal ini didukung oleh penelitian Pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian di bagian perawatan IV

(bougenville) RSUD. SyekhYusuf Kabupaten Gowa, oleh Korpriyani. Didapatkan ada pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap peningkatan pendokumentasian diagnosa setelah dilakukan uji statistik wilcoxon P= 0,003 (P< 0,05).

c. Pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian proses perencanaankeperawatan.

Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa P =0,000 sehingga Ha diterima berarti ada pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian perencanaan keperawatan.

Hal ini didukung oleh penelitian Pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian di bagian perawatan IV (bougenville) RSUD. SyekhYusuf Kabupaten Gowa, oleh Korpriyani. Didapatkan ada pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap peningkatan pendokumentasian perencanaan setelah dilakukan uji statistik wilcoxon P= 0,003 (P<0,05). d. Pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian

implementasi keperawatan.

Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa P =0,000 sehingga Ha diterima berarti ada pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian implementasi keperawatan.

Hal ini didukung oleh penelitian Pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian di bagian perawatan IV (bougenville) RSUD. SyekhYusuf Kabupaten Gowa, oleh Korpriyani. Didapatkan ada pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap

peningkatan pendokumentasian implementasi setelah dilakukan uji statistik wilcoxon P=0,02 (P<0,05)

e. Pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian evaluasi keperawatan.

Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa P =0,000 sehingga Ha diterima berarti ada pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian evaluasi keperawatan.

Hal ini didukung oleh Hal ini didukung oleh penelitian Pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian di bagian perawatan IV (bougenville) RSUD. SyekhYusuf Kabupaten Gowa, oleh Korpriyani. Didapatkan ada pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap peningkatan pendokumentasian implementasi setelah dilakukan uji statistik wilcoxon P=0,02 (P<0,05).

Secara umum ada pengaruh pelatihan proses keperawatan terhdap pendokumentasian proses keperawatan. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Nursalam, Pengetahuan (pelatihan dan keterampilan) berkaitan erat dengan perilaku manusia sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga untuk mendapatkan hasil dokumentasi proses keperawatan yang baik diperlukan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang komunikasi, proses keperawatan dan penggunaan standar dokumentasi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Nursalam 2002).

a. Pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian di bagian perawatan IV (bougenville) RSUD. SyekhYusuf Kabupaten Gowa, oleh Korpriyani. Didapatkan ada pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap peningkatan pendokumentasian implementasi setelah dilakukan uji statistic wilcoxon P=0,002 (P<0,05).

b. Hubungan pelatihan proses keperawatan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di uang rawat inap RSUD DR. H.Chasan Bosoirie Ternate, oleh Wiwn Subekti. Dari hasil uji statistik Spearman rank memperlihatkan bahwa korelasi antara pelatihan asuhan keperawatan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD dr. H.Chasan Bosoirie Ternate adalah 0,529 dengan signifikasi 0,00000. Ini berarti nilai signifikasi tersebut berada di bawah 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada korelasi antara variable pelatihan asuhan keperawatan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian.

c. Pengaruh pelatihan perawat pada kelengkapan dokumentasi keperawatan di RS Imanuel,Oleh Bambang Soetisno. Penelitian secara quasi eksperimental dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2000. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang positif dari pelatihan pada kelengkapan dokumentasi keperawatan. Terungkap juga perbedaan pengaruh pada perawat dengan latar belakang SPK, AKPER, dan SPK Bidan. Perawat SPK meningkat pengetahuan dan keterampilannya setelah pelatihan.

d. Faktor- faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di unit Rawat Inap RSUD Dr. Achmad Muchtar Bukitinggi tahun 2002, oleh fizran. Penelitian merupakan penelitian Non Experimental dengan disain Cross Sectional. Sampel berjumlah sebanyak 86 orang yaitu dengan menggunakan Purposive Sampel pada 4 uni rawat inap spesialis dasar yaitu unit rawat inap penyakit bedah, penyakit dalam, penyakit anak dan bayi serta penyakit kebidanan dan kandungan. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis univariat, bivaria dengan uji statistik Chi-Square dan Multivariat dengan uji regresi logistik dan tingkat kemaknaa = 0,05. Tampilan distribusi frekuensi dan persentase kinerja, proporsi kinerja kurang lebih besar dari proporsi kinerja baik. Variabel-variabel tingkat pendidikan, status perkawinan, supervisi, pelatihan dan tingkat pengetahuan secara statistik ada hubungan bermakna dengan kinerja.

e. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja perawat, oleh Lomriani Hotnida Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Analisa data menggunakan uji Anova, regresi linier ganda dan General linier model multivariate.Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara bersama-sama skor kinerja perawat dalam pendokumentasian pengkajian, disgnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi memang dipengaruhi umur, lama kerja,pendidikan, status pernikahan, status

kepegawaian, persepsi seorang perawat terhadap kepemimpinan,hubungan antar kelompok, desain kerja, imbalan, fasilitas kerja, struktur organisasi, supervisi dan penghargaan. Berdasar pada hasil penelitian, untuk meningkatkan kinerja perawat dalam pendokumentasian proseskeperawatan, pihak manajemen rumah sakit perlu untuk membuat suatu kebijakan yang dapat mengakomodir peningkatan kemampuan setiap perawat melalui pendidikan dan pelatihan. Serta menciptakan situasi dan kondisi yang dapat memotivasi perawat untuk meningkatkan kinerjanya sepertisupervisi, imbalan, penghargaan dan jenjang karir.

f. Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di RS dan faktor yang mempengaruhinya, oleh Erlin Natsir, SKM dan Joeharno, SKM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

1. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan pengetahuan berada pada kategori cukup (82,5%) dan pada kategori kurang (17,5%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori cukup (48,4%) dan kategori kurang (51,6%)

2. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan motivasi kerja berada pada kategori cukup (54,4%) dan pada kategori kurang (45,6%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori cukup (32,3%) dan kategori kurang (67,7%)

3. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan pelatihan berada pada kategori cukup (68,4%) dan pada kategori kurang (31,6%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori cukup (22,6%) dan kategori kurang (77,4%).Dalam rangka penciptaan kualitas kerja

yang maksimal sebagai wujud penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berkualitas ditinjau dari aspek pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah sakit maka pengembangan pengetahuan pada perawat harus dilaksanakan melalui pengembangan pendidikan dan atau penyelenggaraan pelatihan didunia kerja. 4. Kinerja perawat pada kategori cukup berdasarkan beban kerja

berada pada kategori cukup (59,6%) dan pada kategori kurang (40,4%) sedangkan kinerja kurang berada pada kategori cukup (38,7%) dan kategori kurang (61,3%).

BAB VI PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Ada pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian pengkajian keperawatan P= 0,01 (P< 0,05);

2. Ada pengaruh pelatihan proses keperawatan Diagnosa terhadap pendokumentasian diagnosa keperawatan P= 0,01 (P< 0,05);

3. Ada pengaruh pelatihan proses keperawatan perencanaan terhadap pendokumentasian perencanaan keperawatan P= 0,01 (P< 0,05);

4. Ada pengaruh pelatihan proses keperawatan implementasi terhadap pendokumentasian implementasi keperawatan P= 0,01 (P< 0,05); 5. Ada pengaruh pelatihan proses keperawatan evaluasi terhadap

pendokumentasian evaluasi keperawatan P= 0,01 (P< 0,05);

Jadi, secara umum ada pengaruh pelatihan proses keperawatan terhadap pendokumentasian proses keperawatan P= 0,02 (P< 0,05). B. SARAN

1. Bagi peneliti

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan adanya perbandingan dengan Rumah Sakit lain. 2. Bagi Instansi Rumah Sakit

Perlu diadakan pelatihan proses keperawtan guna meningkatkan dokumentasi proses keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Alquran dan terjemahannya. Departemen Agama RI. Jakarta: yayasan penyelenggara penerjemah/ penafsir AlQuran.

Alimul H. Aziz A. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. 2001. Jakarta: EGC.

Allen, carol vestal. Memahami Proses Keperawatan Dengan Pendekatan latihan. 2004. Jakarta: EGC

Brunner, dkk. Keperawatan Medikal Bedah Volume 1.Jakarta: EGC

Carpenito, LJ. Nursing Diagnosis Application to clinical practice.2000. Lippincott. Philadelphia.

Doengoes Marylim E. Rencana Askep: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian keperawatan Edisi 3. 1999. Jakarta: EGC.

Doengoes Mrylim E. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan Edisi 3. 1999. Jakarta: EGC.

Iyer Patricia W, Camp Nancy H. Dokumentasi Keperawatan Suatu pendekatan

Dokumen terkait