Population and Manpower
POPULATION AND MANPOWER
1. Kependudukan
Berdasarkan Angka Sementara Proyeksi
Sensus Penduduk (SP) 2010, jumlah penduduk Jawa Tengah pada tahun 2013 tercatat sebesar
33,26 juta jiwa sekitar 13,92persen dari jumlah penduduk Indonesia. Ini menempatkan Jawa Tengah
sebagai provinsi ketiga di Indonesia dengan jumlah
penduduk terbanyak setelah Jawa Barat dan Jawa Timur. Jumlah penduduk perempuan lebih besar
dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Ini ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (rasio jumlah
penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk
perempuan) sebesar 98,42 persen.
Penduduk Jawa Tengah belum menyebar
secara merata di seluruh wilayah Jawa Tengah. Umumnya penduduk banyak menumpuk di daerah
kota dibandingkan kabupaten. Secara rata-rata
kepadatan penduduk Jawa Tengah tahun 2013 tercatat sebesar 1.022 jiwa setiap kilometer persegi,
1. Population
Preliminary figures based on projection of the Population Census (SP 2010), the total population in Jawa Tengah 2013 was recorded at 33.26 million peopple or around 13.92 percent of the national population. Jawa Tengah became the third most populous province in Indonesia after Jawa Barat and Jawa Timur. The number of females was higher than males. It was shown by the sex ratio (the ratio of males to females) at 98.42 percent.
Population in Jawa Tengah was not spread out evenly. Generally, the population density in city was higher than in regency. In 2013, the density was recorded at 1,022 persons per square kilometer. Surakarta was recorded as a city with the highest density that was more than
dan wilayah terpadat adalah Kota Surakarta dengan
tingkat kepadatan lebih dari 11 ribu orang setiap
kilometer persegi.
Jumlah rumahtangga sebesar 8,8 juta pada
tahun 2013 sedangkan rata-rata penduduk per rumahtangga di Jawa Tengah tercatat sebesar 3,8
jiwa.
2. Keluarga Berencana
Peserta KB aktif di Jawa Tengah pada tahun 2013 mencapai 5,39 juta. Pada tahun yang
sama, peserta KB baru tercatat sebesar 1.015 ribu peserta.
Suntik merupakan metoda kontrasepsi yang
paling banyak diminati peserta KB aktif dan KB Baru.
3. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja yang terampil merupakan
potensi sumberdaya manusia yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan
menyongsong era globalisasi. BPS merujuk pada konsep/definisi ketenagakerjaan yang
direkomendasikan oleh International Labour
Organization (ILO). Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur
eleven thousand persons per square kilometers.
In 2013, the number of households was recorded at 8.8 million. In average, there was recorded at 3.8 persons per household.
2. Family Planning
The active acceptors (family planning participants) reached 5,39 millions in 2013. In the
same year, the new acceptors were reported 1,015 thousands.
Injection was the one of family planning method that had most interest by active and new family planning members.
3. Manpower
In commemorating the globalization period, development process requires many skills of labour as the potential of resources. According to BPS-Statistics Indonesia,refer to the definition of the concept of employment recommended by International Labour Organization (ILO). Working age population is population aged fifteen years and over. Then, we divide it into labour
15 tahun ke atas, dan dibedakan sebagai Angkatan
Kerja dan bukan Angkatan Kerja. Pertumbuhan
penduduk tiap tahun akan berpengaruh terhadap pertumbuhan angkatan kerja.
Berdasarkan hasil Sakernas, angkatan kerja di Jawa Tengah tahun 2013 mencapai 16,99 juta
orang atau turun sebesar 0,63 persen dibanding tahun sebelumnya. Tingkat partisipasi angkatan
kerja penduduk Jawa Tengah tercatat sebesar 70,72
persen. Sedangkan angka pengangguran terbuka di Jawa Tengah sebesar 6,02 persen.
Bila dibedakan menurut status pekerjaan
utamanya, buruh/karyawan sebesar 31,83 persen. Status pekerjaan ini lebih besar dibanding status
pekerjaan lain. Sedangkan berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain, berusaha dengan dibantu buruh
tidak tetap, berusaha sendiri dibantu buruh tetap dan
pekerja lainnya masing-masing tercatat sebesar 16,06 persen, 19,91 persen, 3,27 persen dan 28,93
persen.
Sektor pertanian menyerap sekitar 30,86
persen pekerja dan merupakan sektor terbanyak
menyerap pekerja. Hal ini dikarenakan sektor tersebut tidak memerlukan pendidikan khusus.
force and non labour force. The annual population growth has strong influence toward the growth of labour force.
Based on the National Labour Force Survey (Sakernas), the number of labour forces in
Jawa Tengah was recorded at 16.99 million people or decreased 0.63 percent compared with the previous year. The labour force participation rate, which is proportion of labor force divided to the total of working age population, was recorded at 70.72 percent. Meanwhile the open unemployment was recorded at 6.02 percent.
Based on the main status, the paid workers were recorded at 31.83 percent of employees. It seems more dominance compared with others. In addition, the percentage of self employed, employees assisted by temporary workers, assisted by permanent employed and unpaid employee workers were respectively 16.06 percent, 19.91 percent, 3.27 percent and 28.93 percent.
It was around 30.86 percent employees worked in agriculture sectors, the highest than other sectors. Probably, this is related to no specific education to enter this sector.
Sektor berikutnya yaitu sektor perdagangan dan
sektor industri, masing-masing menyerap tenaga
kerja sebesar 22,46 persen dan 19,07 persen.
4. Transmigrasi
Salah satu upaya untuk mengatasi
terbatasnya kesempatan kerja antara lain melalui program transmigrasi. Di Jawa Tengah tercatat
sebanyak 471 kepala keluarga transmigran pada
tahun 2013 atau turun 32,71 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya. Mereka berasal
dari hampir semua daerah kabupaten/kota dan yang terbanyak berasal dari Kabupaten Semarang
(6,63 persen).
Kalimantan merupakan daerah tujuan yang paling banyak diminati transmigran asal Jawa
Tengah. Jumlah keluarga yang berangkat ke daerah tersebut sebanyak 225 keluarga (47,77 persen),
disusul Sulawesi 163 keluarga (34,61 persen)
selebihnya tersebar di Bengkulu dan Sumatera Selatan.
Manufacture and trade sector followed this sector, which were entered of 22.46 percent and 19.07 percent of workers respectively.
4. Transmigration
One effort to overcome the limited employment opportunities is the transmigration program. In 2013, the number of transmigrant leaves from Jawa Tengah to destination area was amounted at 471 families or decreased 32.71 percent compared with the previous year. The major part of them was from Semarang Regency (6.63 percent).
Kalimantan was the destination island with the largest transmigrants from Jawa Tengah Province, which was 225 family (47.77 percent), the next destination island was Sulawesi with 163 family (34.61 percent), while the other of transmigrants was spread out to Bengkulu and South Sumatera.