• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.2 Potensi dan Permasalahan

1.2.4 Potensi dan Permasalahan Alat dan Mesin Pertanian

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25 Tahun 2008 tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan), alsintan merupakan peralatan yang dioperasikan tanpa atau dengan motor penggerak untuk kegiatan budidaya, pemeliharaan, panen, pasca panen, pengolahan hasil tanaman, peternakan dan kesehatan hewan. Penggunaan alsintan sebagai sarana dan prasarana pertanian merupakan salah satu variabel penting untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Hal ini didasari oleh keterbatasan tenaga manusia dalam mengolah produk pertanian secara manual. Dalam hal ini, Pemerintah turut memberikan dukungan dalam bentuk bantuan alsintan berstatus bantuan pemerintah yang ditujukan untuk mendukung kegiatan pencapaian swasembada berkelanjutan padi, jagung, dan kedelai dengan pengelolaan melalui Poktan/Gapoktan/UPJA atau dalam bentuk brigade alsintan. Bantuan ini diharapkan dapat mendorong produktivitas produk yang dihasilkan oleh para pelaku usaha

pertanian khususnya untuk komoditas padi, jagung, dan kedelai.

Terdapat beberapa jenis bantuan alsintan yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana untuk mendukung operasional para pelaku usaha di sektor pertanian, sebagai berikut:

1. Bantuan alat roda 2 dan roda 4

Alat roda 2 yang digunakan pada dasarnya adalah traktor (TR 2) yang dapat digunakan untuk meningkatkan intensitas pertanaman di berbagai ekologi lahan. Selain itu, traktor roda 4 (TR 4) juga digunakan dalam proses produksi pertanian untuk memenuhi kondisi lingkungan dan spesifikasi yang dibutuhkan.

Gambar 11. Bantuan Alsintan Roda 2 (unit) tahun 2015-2018

Berdasarkan Gambar 11, Periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2019, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian telah berhasil menyalurkan 138.940 unit traktor roda 2. Jumlah Traktor Roda 2 menunjukkan

produktivitas melalui pemakaian teknologi pertanian dan modernisasi pertanian.

Gambar 12. Bantuan Alsintan Roda 4 (unit) tahun 2015-2018

Gambar 12. menunjukkan tren kenaikan bantuan alsintan traktor roda 4 yang telah disalurkan kepada para petani dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Secara umum dari tahun 2015-2018 terjadi peningkatan penyaluran traktor roda 4. Untuk tahun 2019 mengalami penurunan disebabkan adanya kebijakan anggaran bahwa pengadaan alsintan direalokasi untuk kegiatan #Serasi TA. 2019. Secara total jumlah traktor roda 4 yang sudah disalurkan dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 sejumlah 11.117 unit. Peningkatan tajam terjadi pada kurun waktu tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 dalam penyediaan traktor roda 4 merupakan salah satu komitmen dari pemerintah dalam meningkatkan produktivitas melalui modernisasi pertanian di Indonesia. Ke dua alsintan tersebut, baik TR 2 maupun TR 4, disalurkan dengan

skema Bantuan Pemerintah melalui alokasi pusat dan atau tugas pembantuan di daerah kepada Poktan ataupun Gapoktan.

2. Bantuan Pompa Air

Selaras dengan bantuan alsintan Traktor roda 2 dan 4, penyaluran bantuan pompa air mengalami peningkatan pada kurun waktu tahun 2015 sampai dengan 2019. Jumlah penyaluran pompa air sampai dengan tahun 2019 dicatatkan sebanyak 100.720 unit.

Gambar 13. Total Bantuan Alsintan Pompa Air (unit) tahun 2015-2018

Gambar 13 menunjukkan bahwa pada mulai tahun 2015 terjadi lonjakan jumlah pompa air yang disalurkan secara signifikan bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah ini juga merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam rangka mendukung Upaya Khusus (Upsus) komoditas padi, jagung dan kedelai (Pajale) serta komoditas lainnya salah satunya

3. Bantuan alsintan excavator dan cultivator

Dalam periode 2015-2016, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian telah menyalurkan 200 unit

excavator (excavator mini dan excavator standar) kepada

brigade alsintan Dinas Pertanian Provinsi/ Kabupaten ataupun di Korem/Kodim. Bantuan excavator ini bertujuan

untuk mendukung pembangunan/pengembangan/

rehabilitasi/pemeliharaan insfrastruktur pertanian (jaringan irigasi pertanian, insfrastruktur pengembangan lahan, embung, long storage, dam parit, bendung, tanggul dan kanal) untuk mendukung pengembangan lahan rawa pasang surut dan rawa lebak serta kawasan pertanian lainnya.

Gambar 14. Bantuan Excavator tahun 2015-2018

Berdasarkan Gambar 14 bantuan excavator mengalami peningkatan singinfikan antara tahun 2015 dengan tahun 2016 serta tahun 2018. Dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, tahun 2017 adalah penyaluran tertinggi sebanyak

298 unit. Sementara pada tahun 2018 tidak ada penyaluran yang disebabkan oleh prioritas dalam penyaluran alat dan mesin pertanian.

Cultivator merupakan jenis alsintan yang disalurkan oleh

pemerintah untuk mendukung program-program pemerintah dalam bidang pertanian. Bantuan cultivator ditujukan untuk peningkatan produktivitas produk pertanian khususnya hortikultura..

Gambar 15. Bantuan Cultivator tahun 2015-2018

Berdasarkan Gambar 15, penyaluran cultivator diadakan dari tahun 2015 – 2019 dengan total 11.663 unit. Namun, pada tahun 2016 bantuan alsintan jenis ini ditiadakan dengan beralihnya strategi pemerintah. Beberapa strategi tersebut diarahkan pada penyaluran bantuan excavator untuk perluasan sawah baru serta peningkatan jumlah penyaluran traktor roda 2 dan traktor roda 4.

Alsintan transplanter merupakan salah satu teknologi pertanian yang sangat penting dalam meningkatkan kecepatan waktu penanaman bibit. Penyaluran bantuan ini diprioritaskan pada daerah sentra produksi padi dengan mempertimbangkan daerah yang tingkat kejenuhan alsin masih rendah untuk mendukung program peningkatan produksi pertanian.

Gambar 16. Bantuan Rice Transplanter tahun 2015-2018

Berdasarkan Gambar 16 dapat di lihat bahwa terjadi peningkatan penyaluran yang sangat signifikan dalam kurun waktu tahun 2015-2016. Hal ini disebabkan perubahan arahan strategis pemerintah dalam mendukung jumlah produksi tanaman pangan nasional seperti padi, jagung, dan kedelai. Secara keseluruhan, jumlah rice

transplanter yang didistribusikan dari tahun 2015 sampai

Upaya untuk mencapai sasaran strategis yang telah ditentukan oleh Kementerian Pertanian pada periode 2020 - 2024, maka sumber utama produksi harus benar-benar dioptimalkan agar tingkat produktivitas pertanian tinggi. Oleh karena itu, potensi-potensi pada penggunaan alsintan dan pengembangannya harus diupayakan. Adapun potensi yang masih dapat diupayakan adalah peningkatan kualitas alsintan yang akan berdampak pada peningkatan efisiensi alsintan pada saat dimanfaatkan di lapangan. Kedua adalah ketepatan penyaluran alsintan kepada para petani yang membutuhkan melalui perbaikan sistem pendistribusian yang tepat guna dan tepat sasaran sesuai dengan peruntukan alsintan serta kebutuhan para petani. Ketiga adalah penguatan kelembagaan UPJA dan perbengkelan untuk mengawal pemanfaatan dan pemeliharaan alsintan yang ada di lapangan.

Beberapa permasalahan yang ditemui saat berjalannya pendistribusian alsintan pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini sangat menghambat proses pembantuan alsintan dan yang berakibat pada menurunnya produktivitas para petani. Selain itu, mekanisasi pertanian di Indonesia saat ini masih dalam tahap perkembangan. Hal ini diperburuk dengan lambatnya perkembangan teknologi mekanisasi pada tingkat daerah. Lambatnya proses perkembangan ini disebabkan oleh beberapa hambatan antara lain faktor sosial ekonomi, teknis dan kelembagaan. Rincian terkait

permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan mekanisasi pertanian dapat dilihat sebagai berikut:

a. bervariasinya karakteristik lahan, luas kepemilikan, dan sebaran lahan;

b. beragamnya kondisi sosial ekonomi petani terutama modal sehingga para petani masih belum mampu memiliki alsintan untuk mendukung produksinya;

c. tingkat pendidikan, pengetahuan, keterampilan dan budaya yang relatif rendah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan teknologi pertanian serta pemanfaatan alat dan mesin (alsintan) masih kurang;

d. sistem usaha tani yang masih pada fase subsistem dan tradisional;

e. keberadaan kelembagaan UPJA dan perbengkelan yang belum berkembang dengan optimal dikarenakan pengelolaan dari aspek teknis, ekonomi, dan organisasi yang kurang baik; dan

f. masih lemahnya pengawasan dari segi sistem standarisasi, sertifikasi, dan pengujian alat dan mesin pertanian (alsintan) terhadap distribusi bantuan alsintan baik dari produksi dalam negeri maupun impor sehingga mutu masih belum terjamin.