• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi dan Permasalahan

Dalam dokumen K AT A PE NG A N T AR (Halaman 21-37)

BAB I PENDAHULUAN

1.2. Potensi dan Permasalahan

Keberhasilan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut, yakni terselenggaranya pemilihan umum yang berkualitas dan dapat menjamin pelaksanaan hak politik masyarakat, tidak terlepas dari beberapa aspek yang mempengaruhinya, diantaranya adalah:

1) keberadaan penyelenggara Pemilu yang professional dan memiliki integritas, kapabilitas dan akuntabilitas;

2) adanya lingkungan yang kondusif bagi masyarakat dalam menggunakan haknya untuk berdemokrasi, termasuk dalam menentukan pilihan politiknya; dan

3) kemampuan partai politik dalam memperkuat demokratisasi masyarakat sipil dan kecerdasan masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya.

Dengan kata lain, pengaruh ketiga aspek ini sangat besar dalam menentukan kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Bali, disamping performa lembaga demokrasi lainnya seperti Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) dan Mahkamah Konstitusi (MK). Untuk itu, dibutuhkan

struktur kelembagaan dengan karakter yang kuat untuk menghadapi pengaruh dan tantangan yang ada.

Dalam rangka mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal organisasi yang berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) sumber daya dalam organisasi, serta faktor eksternal yang berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang dihadapi KPU, maka analisis potensi dan permasalahan ini didasarkan pada dimensi-dimensi organisasi yang dipandang memiliki fungsi dan peran strategis dalam lima tahun ke depan. Adapun dimensi-dimensi dimaksud meliputi: Aspek Kelembagaan, Aspek Sumber Daya Manusia, Aspek Kepemimpinan, Aspek Perencanaan dan Anggaran, Aspek Bussiness Process dan Kebijakan, Aspek Dukungan Infrastruktur dan Teknologi Informasi, dan Aspek Hubungan dengan Stakeholders.

1.2.1. Potensi

a. Aspek Kelembagaan

Dari evaluasi organisasi KPU Provinsi Bali tahun 2014 telah didapatkan hasil evaluasi terhadap aspek kelembagaan KPU Provinsi Bali yang merupakan potensi dan/atau kekuatan organisasi yang kuat, mandiri dan profesional, hal ini dibuktikan oleh beberapa hal berikut ini :

 Organisasi KPU Provinsi Bali telah berhasil menunjukkan sifat kelembagaannya yang mandiri dan bebas intervensi dari pihak manapun. Hal ini terlihat pada penyelenggaraan Pemilu Presiden 2014 dimana keputusan KPU dalam penetapan hasil rekapitulasi suara di berbagai daerah dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip profesionalitas, integritas, transparansi dan akuntabilitas;

 Organisasi KPU Provinsi Bali telah berupaya me-reposisi lembaganya melalui program reformasi birokrasi yang dilaksanakan sejak tahun 2013 dan penerapan berbagai inovasi pelayanan publik menuju organisasi penyelenggara Pemilu yang professional dan independen;

 Setiap lini dalam organisasi KPU Provinsi Bali telah mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi KPU Provinsi Bali sebagai penyelenggara Pemilu Indonesia;

 Setiap pegawai KPU Provinsi Bali telah memahami dengan jelas tugas dan fungsi organisasi sehingga setiap pegawai memiliki persepsi yang sama dalam mencapai kinerja organisasi.

b. Aspek Sumber Daya Manusia

Dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM), sumber daya KPU Provinsi Bali juga memiliki beberapa kekuatan sebagai berikut:

 Organisasi KPU memiliki sumber daya manusia yang besar dengan berbagai latar belakang pendidikan dan usia, serta tersebar diseluruh wilayah Provinsi Bali. Hal ini memperkuat kelembagaan KPU yang bersifat nasional;

 Organisasi KPU Provinsi Bali telah berupaya melakukan pembinaan mulai dari rekrutmen sampai dengan purna tugas, khususnya pembinaan dalam peningkatan kompetensi komisioner, pejabat dan pegawai melalui pemberian izin tugas belajar, diklat, sosialisasi, study banding/benchmarking, dan sebagainya;

 Organisasi dapat memberikan sanksi, baik yang bersifat administratif maupun formil (perdata) terhadap setiap komisioner, pejabat dan pegawai yang melanggar peraturan. Pemberian sanksi ini diperkuat dengan adanya Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) yang bertugas untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan pengaduan atau laporan dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh anggota KPU.

c. Aspek Kepemimpinan

Evaluasi organisasi terhadap aspek kepemimpinan KPU Provinsi Bali pada Tahun 2014 telah melaksanakan prinsip-prinsip asta brata dalam melaksanakan kegiatan pelaksanaan Pemilu yang meliputi :

1. Indra Brata

Pemimpin di KPU Provinsi Bali telah berupaya mengikuti sifat-sifat Dewa Indra yaitu dewa hujan. Pemimpin KPU Provinsi Bali senantiasa mengusahakan kemakmuran bagi jajaranya dan dalam setiap tindakannya dapat memberikan kesejukan dan penuh kewibawaan;

2. Yama Brata

Yama adalah penegak kebenaran dan keadilan. Pemimpin KPU Provinsi Bali telah berupaya mengikuti sifat-sifat Yama yaitu menegakkan kebenaran dan keadilan, memberikan hukuman atau peraturan yang sesuai dengan kesalahan yang diperbuat demi mengayomi jajaran KPU Provinsi Bali. Pemimpin selalu berupaya untuk bertindak objektif;

3. Surya Brata

Surya atau Matahari adalah sinar Maha agung, daripadanya segala kehidupan mungkin bertahan dan berkelanjutan. Surya juga dikatakan sebagai Saksi Agung Tri Bhuwana, tidak ada satupun kejadian didunia ini yang tidak beliau ketahui. Dalam pelaksanaan kepemimpinan di KPU Provinsi Bali sifat Dewa Surya selalu berupaya diteladani adalah memberikan sinar kehidupan bagi seluruh rakyatnya tanpa kecuali. Kesejahteraan bagi seluruh jajaran adalah tugas seorang pemimpin. Di samping itu seorang pemimpin harus taat akan waktu dan tepat waktu , dan seperti sang surya yang tidak pernah berhenti ‘bekerja’ menyinari alam sepanjang waktu. Seorang pemimpin harus mampu menjadi inspirasi, energi untuk memotivasi dan menjadi contoh disiplin kepada bawahannya dan mampu menumbuhkembangkan daya hidup rakyatnya untuk membangun bangsa dan negara, dengan memberikan bekal lahir dan bathin untuk dapat berkarya secara maksimal menurut swadharma atau bidang tugasnya masing-masing. Dengan menerapkan absen sidik jari kepada seluruh pemimpin dan staf tanpa terkecuali, merupakan sebuah langkah awal untuk memotivasi disiplin jajaran KPU Provinsi Bali;

4. Candra Brata

Candra atau Bulan adalah Dewa yang menyinari di kala malam hari. Malam adalah saat gelap, sisi gelap kehidupan manusia. Bulan adalah sinar, tetapi tidak pernah memberikan rasa panas bagi yang disinari berbeda dengan Matahari. Sikap dan penampilan cahaya beliau yang halus dan menyejukkan dengan senyum yang amat manis, begitu teduh bak tersiram air surgawi bagi yang menikmati sinarnya. Para pemimpin di KPU Provinsi Bali selalu berupaya memberikan dorongan atau motivasi untuk membangkitkan semangat jajaran KPU Prov Bali, walau dalam keadan apapun; 5. Vayunila Brata (Maruta)

Bayunila Brata ialah dimaksudkan agar seorang pemimpin memiliki sifat-sifat sebagaimana halnya seperti angin yang dapat memasuki semua tempat sampai yang sekecil mungkin. Dalam hal ini pemimpin KPU Provinsi Bali dalam menerima data atau laporan-laporan hendaknya menyelidiki juga kebenarannya, sedapat mungkin dari sumber yang paling bawah sekalipun, tanpa harus diketahui oleh masyarakat; 6. Bhumi (Danada) Kuwera Brata

Kuwera Brata sering juga disebut dengan nama Dhanada Brata yang memiliki arti yaitu sebagai dewa kekayaan atau dewa uang. Dengan panutan Kuwera Brata pemimpin KPU Provinsi Bali tahu mempergunakan uang dengan baik agar tidak terjadi pemborosan. Di samping itu pemimpin KPU Provinsi Bali selalu berupaya rapi

baik dalam berpakaian maupun bertindak. Dengan berpakaian yang rapi menunjukkan bahwa pemimpin selalu memperhatikan dan mengatur dirinya, sehingga tidak timbul kesan bahwa pemimpin tidak dapat mengatur dirinya sendiri. Inilah salah satu aspek kepemimpinan yang menyangkut hubungan atasan dengan bawahan atau personal relation yang merupakan bagian dari public relation. Sikap rapi atau sikap cermat dan teliti dari seorang pemimpin bukan hanya dilihat pada cara berpakaiannya, tetapi juga pada hal–hal lainnya dalam kegiatan sehari-hari. Demikianlah sifat-sifat dari kuwera brata yang dipedoomani oleh Pemimpin di KPU Provinsi Bali menekankan pada kecermatan, ketelitian dan kerapian pada setiap penampilan dan tindakan yang dilakukan oleh seorang pemimpin;

7. Baruna Brata

Baruna adalah dewa laut, laut adalah simbol keluasan tanpa batas. Laut adalah penamping semua kekotoran yang dibawa oleh aliran sungai, tetapi laut tidak pernah terkotori malahan mampu menyucikan semua kotoran itu. Demikian pemimpin KPU Provinsi Bali selau berupaya berpikiran luas, mampu menampung semua kesalahan-kesalahan, kejahatan-kejahatan yang dilakukan atau ditimpakan kepada dirinya dan selanjutnya mensucikan semua kekotoran itu sehingga semua menjadi suci. Pemimpin KPU Provinsi Bali tidak hanya memvonis jajarannya yang berlaku tidak baik, melainkan memberikan bimbingan terus menerus kepada mereka sehingga nantinya menjadi orang yang mampu bekerja sesui tupoksi masing-masing dengan selalu berpedoman pada asas-asas penyelenggraan Pemilu /pemilihan;

8. Agni Brata

Agni atau api bersifat membakar. Dalam hal kepemimpinan sifat api atau agni bermakna membakar semangat rakyat untuk maju dan menuju ke arah progresif, ke masa depan yang lebih baik. Pemimpin KPU Provinsi Bali senantiasa memberikan teladan-teladan kepada jajrannya agar selalu bekerja-bekerja dan bekerja demi kemajuan KPU.

d.Aspek Perencanaan dan Anggaran

Walupun dari aspek perencanaan anggaran lebih bersifat top down, namun dengan mekanisme revisi, KPU Provinsi telah menyesuaikan perencanaan yang ada dengan kebutuhan KPU Provinsi Bali, sehingga perencanaan tetap berjalan dengan mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan lokal, hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut :

 Evaluasi organisasi terhadap aspek perencanaan dan anggaran Proses perencanaan kegiatan dan anggaran dilakukan dengan melibatkan partisipasi aktif seluruh elemen organisasi;

 Tata kelola anggaran memenuhi asas transparansi dan akuntabilitas;

 Pengelolaan anggaran dilakukan dengan menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP);

 Walaupun saat ini prosentasenya masih kecil program penguatan kelembagaan demokrasi dan perbaikan proses politik memperoleh porsi anggaran yang semakin besar dalam 2 (dua) tahun terakhir. Hal ini berguna untuk memperkuat tugas dan fungsi organisasi sebagai lembaga penyelenggara Pemilu yang kredibel.

e. Aspek Business Process dan Kebijakan

Secara umum KPU Provinsi Bali yang telah menerapkan tatalaksana dan Kebijakan yang dapat diterima oleh semua pihak, bisnis proses dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut :

 Organisasi KPU Provinsi Bali berupaya melakukan identifikasi, membuat dan mendokumentasikan mekanisme/tatalaksana kerja. Disamping itu Organisasi mereviu dan memperbaiki mekanisme/tatalaksana serta melaksanakan perbandingan berdasarkan evaluasi periodik dan masukan dari berbagai stakeholder;

 Organisasi KPU Provinsi Bali telah berhasil menyusun dan melaksanakan SOP serta membuat juknis yang jelas dan mudah dipahami;

 Perumusan kebijakan melibatkan seluruh komponen terkait baik secara internal maupun eksternal;

 Organisasi KPU Provinsi Bali berupaya membangun mekanisme monitoring pelaksanaan kebijakan organisasi dengan baik;

f. Aspek Dukungan Infrastruktur dan Teknologi Informasi

Berdasarkan Evaluasi organisasi terhadap aspek dukungan infrastruktur dan teknologi informasi, KPU Provinsi Bali masih membutuhkan infrastruktur yang lebih memadai seperti kantor dan infrastruktur IT untuk memperkuat kemandirian KPU Provinsi Bali dan kecepatan pelayanan informasi dan data kepada stakeholder.

g. Aspek Hubungan dengan Stakeholder

Evaluasi organisasi terhadap aspek hubungan dengan stakeholder di Provinsi Bali selama ini masih berjalan dengan baik. Terbukti dengan semua pihak yang berkepentingan telah dilibatkan dalam proses pelaksanaan Pemilu yang meliputi : penguasa pemerintahan, DPRD, Lembaga Pemerintahan, Oerganisasi Sosial, Organisasi Budaya, Organisasi Keagamaan, pemuda, perempuan, mahasiswa, pelajar, LSM dan lain sebagainya. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa hal sebagai berikut :

 Organisasi KPU Provinsi Bali telah berupaya memenuhi harapan stakeholder sehingga mereka puas dengan kinerja organisasi;

 Organisasi KPU Provisni Bali berupaya membangun brand image yang disukai dan diterima oleh stakeholder;

 Organisasi KPU berupaya memberikan program-program yang riil dan strategis serta memberikan pelayanan kepada stakeholder yang ada sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan kode etik yang berlaku.

1.2.2. Permasalahan

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi menyelenggarakan Pemilu di Indonesia , KPU dihadapkan pada berbagai permasalahan, baik yang datang dari dalam organisasi maupun dari luar organisasi. Dimensi permasalahannya pun beragam, mulai dari yang bersifat konstitusional, institusional sampai dengan operasional. Oleh karena itu, proses identifikasi dan diagnosis terhadap permasalahan yang ada merujuk pada kondisi faktual KPU. Adapun permasalahan KPU berdasarkan dimensi prosesnya dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kelembagaan

Walaupun selama ini pelaksanaan Pemilu /Pemilihan di Provinsi Bali telah berjalan dengan baik. Akan tetapi masih ditemukan sejumlah permasalahan/ kendala seperti :  Permasalahan hubungan mekanisme kerja antar lembaga pemerintah yang kurang

bersinergi, antara Bawaslu dan Pemerintah Provinsi Bali menyangkut masalah kebijakan penyelenggaraan Pemilu dan daftar pemilih dalam Pemilu ;

 Ketidakjelasan batas kewenangan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi antar unit kerja sehingga terjadi tumpang-tindih program dan kegiatan yang mengarah pada inefisiensi kerja organisasi;

 Beban kerja antar unit organisasi belum seimbang sehingga masih terdapat unit kerja yang memiliki volume pekerjaan yang cukup besar sementara masih terdapat unit kerja yang beban tugasnya kurang memadai sebagai suatu unit kerja organisasi;

 Proses internalisasi peraturan dan budaya kerja organisasi masih lemah; dan

 Kebijakan dalam bentuk peraturan seringkali mengalami perubahan dalam waktu yang berdekatan.

2. Sumber Daya Manusia

 Sebagian besar PNS di KPU Provinsi Bali merupakan tenaga yang diperbantukan (DPK) sehingga menimbulkan beberapa masalah, diantaranya:

Ketergantungan KPU Provinsi Bali kepada Pemerintah Provinsi Bali atas tenaga PNS terkait baik dalam posisi staf maupun pejabat sangat besar. Komposisi tersebut menimbulkan permasalahan dalam praktik, misalnya dua hari sebelum pemilihan umum masih juga ada penggantian pegawai yang menyulitkan bagi KPU Provinsi Bali untuk meningkatkan kinerja mereka; Adanya loyalitas ganda dari PNS terkait, dimana kepatuhan dan

pertanggungjawaban kinerja bukan kepada KPU Provinsi Bali tetapi kepada atasan di instansi asal.

 Jumlah dan komposisi pegawai belum sesuai dengan tugas, fungsi dan beban kerjanya. Perbandingan antara jumlah pegawai dan beban kerjanya belum proporsional. Sedangkan komposisi pegawai dilihat dari latar belakang pendidikan masih didominasi oleh pegawai lulusan SMU/sederajat;

 Penguasaan teknologi informasi oleh pegawai dan pejabat di KPU Provinsi Bali masih rendah. Hal ini sangat menghambat proses bisnis KPU Provinsi Bali yang mestinya dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja;

 Sistem reward and punishment terhadap pegawai belum memadai sehingga secara tidak langsung mempengaruhi kinerja pegawai.

3. Kepemimpinan

Masih adanya perbedaan persepsi antara komisioner dengan Sekretariat KPU Provinsi Bali perihal ketatalaksanaan penyelenggaraan Pemilu sehingga proses pengambilan keputusan menjadi lambat.

4. Perencanaan dan Anggaran

 Anggaran yang tersedia belum memadai bagi pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi, khususnya anggaran untuk program penguatan kelembagaan demokrasi dan perbaikan proses politik;

 Implementasi dari perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja dan evaluasi kinerja belum terintegrasi dalam suatu sistem manajemen kinerja organisasi;

 Sistem pengawasan atas pengelolaan anggaran negara masih lemah dimana penyajian atas laporan keuangan masih ada temuan oleh BPK.

5. Business Process dan Kebijakan

 Belum efektifnya penerapan standar operasional prosedur (SOP) yang ada;

 Organisasi KPU belum menyusun seluruh standar pelayanan publik (SPP) atas setiap jenis layanan yang berikan;

 Revisi dan perbaikan terhadap kebijakan organisasi belum dilakukan secara cepat dan tepat;

 Inovasi dalam pengambilan kebijakan untuk mengatasi masalah belum sepenuhnya dilakukan.

6. Dukungan Infrastruktur dan IT

 Sarana dan prasarana kerja yang tersedia belum mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi;

 Status kepemilikan atas tanah, bangunan gedung dan gudang KPU masih banyak dimiliki oleh pemerintah daerah setempat. Hal ini belum mendukung sifat kelembagaan KPU yang tetap. Disamping itu, kantor KPU setiap saat dapat dipindahkan sesuai dengan kewenangan Pemda sebagai pemilik tanah dan bangunan;

 Sarana di bidang IT yang dimiliki oleh KPU Provinsi Bali sampai saat ini cukup memadai, akan tetapi masih perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi kebutuhan kedepan.

7. Hubungan dengan Stakeholder

 Masih adanya gugatan atas hasil Pemilu yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu indikator ketidakpercayaan masyarakat atas kinerja KPU Provinsi Bali;

Stakeholder belum sepenuhnya memahami mekanisme kerja yang dibangun oleh KPU Provinsi Bali karena fungsi penerangan kepada masyarakat yang ada di KPU Provinsi Bali masih lemah dan perlu ditingkatkan;

 Konsolidasi diantara lembaga penyelenggara Pemilu belum dilaksanakan dengan efektif.

Disamping permasalahan tersebut, KPU Provinsi Bali juga dihadapkan pada sejumlah tantangan dalam menyelenggarakan Pemilu , baik Pemilu nasional maupun lokal yang berdampak pada pencapaian kinerja organisasi secara keseluruhan. Adapun tantangan tersebut adalah sebagai berikut:

 Perkembangan masyarakat yang menjadi basis pemilih pada Pemilu sangat dinamis. Oleh karena itu, tuntutan akan peningkatan kualitas pelayanan publik yang diselenggarakan oleh KPU Provinsi Bali sangat tinggi, termasuk didalamnya adalah masalah transparansi dan akuntabilitas kinerja KPU Provinsi Bali;

 Peran media massa sangat besar dalam menggiring opini masyarakat;

 Peran website KPU Provinsi Bali sangatlah strategis, namun update terhadap informasinya berjalan lambat.

Berdasarkan uraian lingkungan internal dan eksternal di atas, maka dirumuskan faktor-faktor kunci yang menjadi kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang sebagaimana diringkas dalam tabel 4 berikut:

Tabel 4.

Ringkasan Analisis Faktor Internal dan Eksternal FAKTOR INTERNAL

Kekuatan (Strengths)

 Mandat UU Nomor 15 Tahun 2011 tentang penyelenggara Pemilu (S1)

 Komitmen pimpinan kuat (S2)  Reformasi Birokrasi yang telah

dicanangkan (S3)  SDM yang besar (S4)

 Pegawai memiliki persepsi yang sama akan tugas dan fungsi organisasi (S5)

 Kerarifan lokal : tri hita kararana, sradha bhakti, jengah dan wirang (S6)

 Latar belakang SDM yang multidisipliner (S7)

 Ruang kerja menjadi satu kesatuan yang utuh (S8)

Kelemahan (Weaknesses)

 Overlapping program dan kegiatan antar unit kerja (W1)  Beban kerja pegawai tidak

proporsional (W2)

 Disparitas kompetensi pegawai (W3)

 Parsialitas manajemen kinerja (W4)

 Sistem pengawasan atas pengelolaan anggaran lemah (W4)

 Distorsi staf yang malas terhadap yg lainnya (W5)

 Belom seiramanya semangat dan gerak komisioner dengan sekretariat (W6)

 Budaya yang berorientasi kepada pimpinan (S9)

 Pengalaman penyelenggaraan Pemilu (S10)

 Fasilitas IT cukup memadai (S11)

 Pimpinan belom sepenuhnya mampu menjadi panutan (W8)  Efektifitas pelaksanaan SOP

(W9)

 Standar dan Maklumat Pelayanan belum sepenuhnya dibuat (W10)  Sarana dan Prasarana terbatas

(W11)

 Pemanfaatan teknologi informasi belum optimal (W12)

 Loyalitas pegawai rendah (W13)  Pagu anggaran belum memadai

(W14)

 Reward and phunismen kepada Komisioner belom jelas (W15)

FAKTOR EKSTERNAL Peluang (Opportunity)

 Sasaran pokok pembangunan demokrasi Indonesia (O1)

 Animo partisipasi masyarakat dalam Pemilu tinggi (O2)  Hubungan baik dengan Bawaslu,

DKPP dan lembaga penegakan hukum lainnya (O3)

 Potensi pengembangan SDM (O4)

 Kesempatan pendidikan formal dan diklat (O5)

 Kemajuan Teknologi Informasi (O6)

 Harapan masyarakat tinggi (O7)

Ancaman (Threats)

 Peraturan perundangan tentang sistem Pemilu mudah berubah  Opini publik mudah digeser (T1)  Aksi demonstrasi ketidakpuasan hasil Pemilu yang berakhir ricuh (T2)

 Gugatan hasil Pemilu yang tidak berdasar pada bukti (T3)

 Mayoritas SDM dengan status DPK (T4)

 Distribusi logistik terkendala kondisi geografis (W7)

 Distribusi logistik terkendala oleh Keberadaan penyedia barang dan jasa (T6)

 Intervensi oleh pemerintah daerah (T7)

 Dipersalahkan secara etik walau secara hukum tidak salah (T8)  Rekomendasi Bawaslu (T9)  Inkonsistensi peserta Pemilu

Berdasarkan identifikasi faktor kunci tersebut, maka strategi pengembangan SWOT yang dapat ditempuh, yaitu:

1. Strategi Strength – Opportunity (S-O): Strategi untuk memanfaatkan peluang dengan jalan mendayagunakan kekuatan yang dimiliki organisasi.

a. Pendayagunaan Penyelenggara Pemilu secara optimal melalui penanaman nilai-nilai Yadnya Bhakti untuk terwujudnya Pemilu yang jujur, adil, transparan, akuntabel dan mandiri;

b. Melakukan koordinasi dengan segenap pemangku kepentingan baik pada tahap persiapan, penyelenggaraan maupun setelah Pemilu , dengan menunjung tinggi nilai-nilai Trihitakarana;

c. Peningkatan kualitas KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota, dengan mengedepankan nilai-nilai “jengah dan wirang”;

d. Meningkatkan kualitas kepemimpinan pemimpon KPU Provinsi Bali dengan membumikan nilai-nilai Asta Brata;

e. Berbagi pengalaman sesama penyelenggra maupun dengan stakeholder merupakan langkah yang sangat baik untuk pemerataan informasi tentang pelaksanaan Pemilu dan pemilihan dengan berbagai kendala dan tangangannya, sehingga Pemilu dan Pemilihan dapat mewujudkan cita-cita masyarakat Bali yaitu Mokshartham Jagad Hita (Bahagia di dunia dan akhirat) dengan semangat Sarwa Prani Hitangkarah (mewujudkan kesejahteraan kepada segenap isi alam semesta)

f. Membangun dan mendayagunakan sistem informasi KePemilu aan yang terintegrasi. 2. Strategi Weakness – Opportunity (W-O): Strategi mengatasi kelemahan untuk

memanfaatkan peluang eksternal.

a. Penataan program dan kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja; b. Penataan tugas pegawai sesuai dengan analisis jabatan dan beban kerja;

c. Melakukan koordinasi internal antar unit kerja terkait untuk meningkatkan kinerja KPU;

d. Optimalisasi sistem pengawasan dan pengendalian intern atas pengelolaan anggaran dengan konsep Tatwamasi;

f. Optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan tugas kepemiluan. g. Menggali dan mengimplementasi kearifan lokal Bali yang relevan dalam

meningkatkan kinerja lembaga.

h. Meningkatkan rasa kebersamaan dalam team work yang solid tanpa meninggalakan tanggung jawab masing-masing

i. Merangsang pimpinan selalu berupaya menjadi contoh bagi jajaran KPU Provinsi Bali j. Meningkatkan penguasaan IT bagi segenap staf dan pejabat di lingkungan KPU

Provinsi Bali.

3. Strategi Strength – Threat (S-T): Strategi untuk menghadapi dan mengatasi ancaman dengan jalan mendayagunakan kekuatan yang dimiliki organisasi.

a. Selalu mengupdate perkembangan peraturan perundang-undangan dan informasi terkait dengan Pemilu dan pemilihan dengan selalu aktif mengikuti informasi yang berkemang pada media sosial yang melibatkan seluruh penyelenggara Pemilu di Indonesia.

b. Pemantapan kerjasama dan koordinasi penyelenggaraan Pemilu dengan institusi terkait, dengan semangat selung-lung sebayantaka;

c. Sosialisasi dan publikasi penyelenggaraan Pemilu secara optimal dan transparan, dengan memanfaatkan adat dan budaya Bali;

d. Peningkatan akuntabilitas kinerja kePemilu an;

e. Selalu memperkuat dan mengembangkan tata cara pengarsipan di KPU Provinsi Bali. f. Optimalisasi pendayagunaan SDM dalam pengelolaan logistik Pemilu pada tahap

perencanaan kebutuhan, pengadaan, dan pendistribusian.

g. Koordinasi dengan peserta Pemilu dan Pemilihan dengan mengedepankan asas imparsialitas, sebab semua peserta Pemilu adalah sama, dengan semangat wasudewa

Dalam dokumen K AT A PE NG A N T AR (Halaman 21-37)

Dokumen terkait