• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai, sehingga mampu melakukan upaya upaya penanganan dampak bencana dan

D. Potensi Kearifan Lokal dalam Mitigasi Bencana

Masyarakat Indonesia diwarisi dengan pengetahuan dari berbagai peristiwa alam yang kerap terjadi.Karena posisi geografis dan geologisnya yang tepat di atas pertemuan tiga lempeng samudra yang terus bergerak dan sering bertumbukan, menyebabkan gempa dan tsunami kerap terjadi. Kondisi wilayah Indonesia dengan banyaknya gunung api, memberikan banyak pengalaman empiris kejadian letusan yang membawa korban. Dari

pengalaman ini masyarakat lokal umumnya memiliki pengetahuan lokal dan kearifan ekologi dalam memprediksi dan melakukan mitigasi bencana alam di daerahnya.Pengetahuan lokal tersebut diperoleh dari pengalaman yang kaya akibat berinteraksi dengan ekosistemnya. Berbagai contoh bentuk kearifan lokal dalam mitigasi bencana alam antara lain:

1. Masyarakat yang bermukim di lereng Gunung Merapi, di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, telah mempunyai kemampuan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya letusan. Selain masih kuatnya keyakinan spiritual, masyarakat disana biasanya membaca tanda-tanda alam melalui perilaku hewan, seperti turunnya hewan-hewan dari puncak atau keluar dari rimbun hutan, burung-burung atau hewan lainnya mengeluarkan bunyi suara yang tidak biasa, atau adanya pohon-pohon di sekeliling kawah yang kering dan mati layu. 2. Semong adalah kearifan lokal masyarakat di Pulau Simeulue dalam

membaca fenomena alam pantai telah menyelamatkan banyak masyarakat dari bencana tsunami. Teriakan semong merupakan peringatan dini yang diartikan adanya situasi dimana air laut surut dan masyarakat harus lari ke bukit. Ini adalah pengetahuan yang diperoleh dari leluhur belajar dari kejadian bencana yang pernah terjadi puluhan tahun lalu. Semong ini yang menyelamatkan masyarakat di pulau Simeulue, padahal secara geografis letaknya sangat dekat dengan pusat gempa. Semong bagi masyarakat pulau Simeulue disosialisasikan turun temurun melalui dongeng dan legenda oleh tokoh masyarakat sehingga istilah ini jadi melekat dan membudaya di hati masyarakat pulau itu. Dengan pengetahuan ini yang dimiliki orang Simeulue banyak masyarakat pesisir pantai lainnya di Aceh terselamatkan saat tsunami terjadi. Mereka memaksa orang untuk lari ke gunung. yang lebih besar yang sulit diprediksi terjadi kapan dan dimana.

3. Konstruksi bangunan tradisional yang menggunakan bahan material yang ringan seperti kayu dan bambu memungkinkan bangunan tradisional tidak mudah roboh karena memiliki kelenturan terhadap gempa. Selain itu struktur bangunan yang dikaitkan satu sama lain menggunakan pasak bisa lebih dinamis dan kokoh sehingga tahan terhadap guncangan gempa. Beberapa contoh rumah tradisional yang tahan terhadap gempa antara lain:

a. Rumah Gadang

Pasti sudah banyak yang mengenal bangunan adat yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat ini.Yang paling dikenal, rumah Gadang memiliki konstruksi atap berbahan ijuk yang melengkung ke dalam.Pada 2009 lalu saat terjadi gempa, rumah Gadang ini banyak yang tetap kokoh bertahan kala itu.

b. Rumah Tua Bali Utara

Rumah-rumah yang berada di kawasan Bali Utara ini dianggap tahan akan gempa, karena memiliki konstruksi yang memanfaatkan saka atau tiang kayu dan lambang serta sineb sebagai balok. Hal ini bertujuan untuk melindungi penghuninya dari reruntuhan bangunan akibat gempa.Arsitek lokal sejak peradaban Bali Kuno sudah melakukan ujicoba yang panjang untuk membangun rumah tahan gempa yang dapat diwariskan ke generasi selanjutnya.Bangunan adat di Bali Utara ini menjadi salah satu temuan penting dalam kesejarahan gempa di Indonesia.

c. Rumah Woloan

Bangunan adat dari Tomohon, Sulawesi Utara ini sudah sejak dulu dikenal sebagai rumah yang tahan guncangan gempa.

d. Rumah Omo Hada

Kehebatan konstruksi bangunan adat Nias ini terlihat pada 2010 silam, saat itu Nias dilanda gempa berskala cukup besar.Bangunan adat ini masih kokoh berdiri dan posisinya hanya sedikit bergeser.Konstruksi rumah Omo Hada menggunakan pasak dari kayu untuk menyatukan antarbagian, tidak memiliki jendela namun diganti dengan semacam model teralis untuk ventilasi dan memiliki atap yang oval.Uniknya bangunan adat ini memiliki tiang-tiang penyangga yang tidak beraturan arahnya.Ada yang ke atas, ke samping maupun ke bawah.Konon hal itulah yang menjadikan bangunan ini tahan gempa.Rumah adat Omo Hada ini banyak dijumpai di desa Tumori dan desa Bawomataulo. e. Rumah Lahei

Hampir sama dengan rumah Omo Hada, bangunan adat yang berasal dari Kerinci, Riau ini juga tersusun dari kayu yang saling

disatukan dengan menggunakan pasak kayu dan ikatan tambang yang terbuat dari ijuk.

Daftar Pustaka

Aji Arifin. 2016. Buku Siswa Geografi kelas XI. Surakarta: Mediatama. Coburn, dkk. 1994. Mitigasi Bencana Edisi Kedua. Cambridge: Cambridge

Agricultural Research Limited.

Djauhari Noor.2006. Geologi Lingkungan.Yogyakarta: Grahailmu.

Farichatun Nisa .2014. Manajemen Penanggulangan Bencana Banjir, Putting Beliung, dan Tanah Longsor di Kabupaten Jombang. Surabaya: FISIPOL Univ. Airlangga.

Gatot Hermanto. 2013. Geografi Untuk SMA/MA Kelas X Peminatan. Bandung: Yrama Widya.

I D Sobandi. 2014. Mandiri Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

K Wardiyatmoko, P. 2013. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Lili Somantri dan Nurul Huda. 2015. Buku Siswa Aktif dan Kreatif

Belajar Geografi. Bandung: Grafindo.

Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor Pk. 6 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan SAR Nasional Tahun 2015 – 2019.

Peraturan Menteri ESDM RI Nomor 13 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian ESDM.

Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional. Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 8 Tahun 2008

tentangBadan Nasional Penanggulangan Bencana.

Tim BNPB. 2012. Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. Jakarta: BNPB.

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. https://www.researchgate.net/publication/264309395_Pemahaman_karakteris

tik_bencana_Aspek_fundamental_dalam_upaya_mitigasi_dan_penanganan _tanggap_darurat_bencana

https://www.bnpb.go.id/home/definisi diakses tanggal 16 April 2017

https://yudipurnawan.wordpress.com/2007/11/13/bencana-alam-dan-antisipasinya/diakses tanggal 16 April 2017

http://masirul.com/pengertian-macam-macam-bencana-alam/ diakses tanggal 16 April 2017

http://www.vsi.esdm.go.id/

2017 pukul 10.00 WIB

http://penanggulangankrisis.kemkes.go.id/mitigasi-bencana-angin-topandiakses pada tanggal 15 April 2017 pukul 13.00 WIB.

Dokumen terkait