• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI/AKSI Wisata berbasis alam

V. HASIL DAN PEMBAHAS AN

5.1. Penilaian Potensi Sumberdaya Ekowisata

5.1.1. Potensi Sumberdaya Alam

Dilihat dari nilai indeks, kawasan CATDS memiliki sumberdaya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai obyek wisata alam, dari obyek wisata darat (89.58 %) sampai obyek wisata pantai (92.86 %), walaupun hasil penilaiannya belum maksimal. Hasil penilaian (nilai indeks) tersebut dipengaruhi oleh keutuhan sumberdaya alam dan kerawanan kawasan (perambahan, perburuan) yang masih tinggi untuk obyek wisata darat dan adanya arus balik di pantai sekitar

area camping ground serta pasir berwarna hitam untuk obyek wisata pantai. Obyek wisata darat dan pantai tidak dikembangkan secara bersama-sama, sehingga yang menonjol hanya atraksi darat sedangkan Pantai Tangkoko belum menjadi tujuan wisata pantai bagi wisatawan. Oleh karena itu pengelolaan kegiatan ekowisata harus direncanakan dengan baik dan terintegrasi dengan rencana pengembangan atraksi lainnya di dalam maupun di luar kawasan.

Tabel 9 Hasil penilaian potensi sumberdaya ekowisata

Potensi Kriteria Total

Nilai¹ Nilai² (N x b) Indeks³ (%) Kelompok

Obyek wisata darat 1440 1290 89.58 SDA

Obyek wisata pantai 1260 1170 92.86

Daya tarik Kondisi lingkungan sosek 1350 950 70.37 Pelayanan masyarakat 300 225 75 Partisipasi masyarakat

Kadar hubungan atau

Aksesibilitas 1125 925 82.22

Akomodasi (radius

15 km dari obyek) 90 60 66.67

Prasarana dan sarana penunjang (radius 20 km dari obyek) 120 120 100 Tersedianya air bersih 600 580 96.67 Sarana dan prasarana penunjang Hubungan obyek dengan obyek wisata lain 450 400 88.89 Sosbud dan ekonomi Keamanan 30 30 100 Kebijakan dan rencana pengelolaan kawasan

¹ total nilai setiap obyek dan daya tarik wisata alam yang dinilai, ² hasil penilaian potensi obyek dan daya tarik wisata alam, ³ indeks hasil penilaian potensi terhadap total nilai yang dinyatakan dalam persentase, N: pilihan nilai setiap unsur dalam kriteria penilaian potensi, b: bobot dari setiap kriteria penilaian potensi.

Obyek Wisata Darat

Ada delapan kriteria yang dinilai dari obyek wisata darat, yaitu keindahan alam, keunikan sumberdaya alam, banyaknya potensi sumberdaya yang menonjol, keutuhan sumberdaya alam, kepekaan sumberdaya alam, jenis kegiatan wisata alam, kebersihan dan kerawanan kawasan (Lampiran 8a).

Keindahan alam

Semua kriteria yang dinilai ada dalam kawasan CATDS. Dari puncak Gunung Tangkoko, Gunung Duasudara dan Gunung Batuangus pengunjung dapat melihat pemandangan Kota Bitung, indahnya Laut Sulawesi dan Gunung Klabat yang mempesona. Pemandangan lepas di dalam obyek, mulai dari hutan pantai sampai hutan lumut di puncak Gunung Tangkoko dan Gunung Duasudara. Keindahan akan sedikit terganggu dengan pemandangan hewan ternak (sapi dan babi) yang digembalakan secara liar dalam kawasan TWA Batuputih (Gambar 4).

Gambar 4 Macaca nigra dan ternak babi. Keunikan sumberdaya alam

Keunikan flora dan fauna merupakan daya tarik utama kegiatan ekowisata di CATDS. Banyak pengunjung (aktual dan potensial) berkunjung ke kawasan karena ingin melihat keunikan fauna dan flora yang ada di dalam kawasan. Kawasan CATDS memiliki berbagai flora khas Sulawesi yang lengkap, dimana kawasan ini memiliki habitat yang lengkap mulai dari hutan pantai sampai hutan pegunungan atas/lumut.

Atraksi spesial yang bisa dinikmati wisatawan adalah:

Gambar 5 Tarsius spectrum. 1 Tarsius (Tarsius spectrum)5, primata terkecil di

dunia dan termasuk jenis satwa malam (nocturnal). Kawasan CATDS merupakan satu-satunya tempat di Sulawesi yang sangat mudah untuk melihat tarsius, mereka dapat dilihat di setiap pohon tidurnya pada saat akan mulai beraktivitas (sekitar pukul 17.30 WITA) dan saat mereka kembali untuk tidur (sekitar pukul 05.30 WITA). Pengamatan tarsius hanya dapat dilakukan pada saat hari mulai malam

dan menjelang pagi. Untuk itu pengunjung harus menyiapkan alat penerang (senter), yang juga berfungsi untuk melihat tarsius lebih lama di pohon tidurnya karena bila terkena cahaya mereka akan tetap diam.

2 Monyet Hitam Sulawesi “Yaki” (Macaca nigra)6. Dari ketiga jenis macaca yang ada di Sulawesi Bagian Utara7, Yaki adalah yang paling terancam. Kawasan CATDS merupakan satu-satunya tempat yang dapat melihat Yaki di alam dengan mudah, mereka

dapat dilihat di semua jalur interpretasi dan Gambar 6 Macaca nigra. di kawasan TWA Batuputih pada saat mereka

mencari makan di hutan pantai (pukul 08.00-11.00 WITA ). Yaki juga dapat dilihat di setiap pohon tidurnya pada pagi hari (05.00 WITA) saat mereka mulai beraktivitas dan pada sore hari (06.00 WITA) saat mereka akan naik untuk tidur.

5

Spesies endemik Sulut.

6 ibid

7 Macaca hecki (Bolaang Mongondow-Sulut & Gorontalo), Macaca nigrescens (Gorontalo), Macaca nigra

3 Amorphophallus sp. jenis bunga terbesar yang terdapat di Sulawesi (Kinnaird & O’Brien 1997). Bunga ini banyak ditemukan di hutan dataran rendah CATDS.

Gambar 7 Amorphophallus sp.

Sumber foto: KONTAK (2003)

4 Beringin Lobang besar (Ficus altissima) yang terkenal sebagai pohon pencekik (Strangler tree) merupakan tempat yang selalu dikunjungi pengunjung. Pohon ini terdapat di hutan dataran rendah CATDS dan dapat dikunjungi melalui Jalur Lingkar.

Kawasan CATDS juga memiliki sumber air panas, air terjun Kumeresot dan Tambun serta adat istiadat yang menarik. Semua atraksi tersebut tidak dikelola dengan baik, hal ini karena tidak ada perencanaan pengelolaan kegiatan ekowisata. Setiap atraksi alam mempunyai kondisi, sifat dan perilaku yang harus diperhatikan dalam perencanaan dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata alam (Fandeli 2000d).

Gambar 8 Beringin Lobang (Ficus altissima).

Banyaknya potensi sumberdaya alam yang menonjol

Selain terkenal dengan keunikannya, kawasan CATDS juga memilki sumberdaya alam yang menonjol, yang bisa menjadi berkat maupun ancaman bagi kelestarian kawasan. Di sekitar kawasan, yaitu di beberapa kebun milik masyarakat terdapat tanda berupa bendera yang menandakan bahwa tempat tersebut akan di survei untuk melihat kandungan emas8. Apabila terbukti ada kandungan emas di tanah Batuputih maka akan sangat mengancam keberadaan kawasan karena mungkin saja di dalam kawasan juga mengandung emas.

Kawasan CATDS memiliki beberapa flora yang menonjol yaitu jenis bunga, pohon dan tanaman obat. Jenis vegetasi yang banyak terlihat di dalam kawasan diantaranya Mengkudu daun kecil (Morinda citrifolia) dan Mengkudu daun besar (Morinda bracheata) yang sering dijadikan obat tradisional, Woka (Livistona rotundivolia) yang sering digunakan sebagai atap rumah, Kayu Bolangitang (Tetrameles nudifloria) dan Kayu Binuang (Octomeles sumatrana) yang sering digunakan sebagai bahan dasar perahu.

Selain memiliki keunikan, CATDS juga memiliki jenis fauna yang sangat spektakuler terutama jenis burung. CATDS merupakan tempat yang sangat baik untuk melakukan kegiatan pengamatan burung, terutama untuk jenis burung malam. Pengamatan burung dapat dilakukan di sekitar area camping ground sampai Pos 3.

Kepekaan sumberdaya alam

Semua sumberdaya alam yang ada di dalam kawasan baik batuan, flora, fauna, air dan gejala alam9 mengandung nilai yang tinggi. Artinya semua sumberdaya tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengetahuan, kebudayaan, menambah penghasilan dan bahkan untuk pengobatan. Hal inilah yang menjadikan kawasan CATDS sebagai tempat yang menarik bagi banyak peneliti, wisatawan dan perambah hutan.

Sesuai dengan konsep ekowisata yang antara lain harus ada produk bermuatan pendidikan dan pembelajaran maka kawasan CATDS dapat dijadikan sebagai “laboratorium alam” bagi anak-anak sekolah (tingkat SD sampai SMU) di Kota Bitung dan daerah sekitarnya. Hal ini adalah salah satu manfaat dari kegiatan ekowisata yang dapat diperoleh oleh Pemkot Bitung. Masyarakat lokal (pemandu lokal) yang tidak memiliki kemampuan bahasa asing dengan baik juga dapat berpartisipasi aktif, dimana mereka dapat menjadi pemandu bagi anak-anak sekolah tersebut.

Jenis kegiatan wisata alam

Karena memiliki tipe habitat yang lengkap maka banyak jenis kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan di dalam kawasan, baik di dalam TWA maupun CA. Mulai dari tracking, rafting, mendaki, berkemah, piknik, pendidikan, dan kegiatan religius, tetapi semua kegiatan tersebut tidak terkontrol dengan baik. Walaupun telah disediakan camping ground di kawasan TWA, para pengunjung selalu mencari tempat lain untuk berkemah bahkan ada yang berkemah di dalam kawasan (Gambar 9). Walaupun tidak ada gangguan dari binatang berbahaya tetapi saat akan masuk ke dalam hutan CATDS pengunjung harus mengoleskan obat anti gigitan serangga di tangan, kaki dan pinggang. Di hutan CATDS terdapat serangga jenis kutu rumput “Gonone”10 yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang dan jika menggigit akan menimbulkan bintik-bintik merah di kulit yang sangat gatal.

Gambar 9 Pengunjung yang berkemah di dalam kawasan

Kebersihan (lokasi dan udara)

Alam, industri, pemukiman dan satwa tidak memberikan pengaruh terhadap kebersihan kawasan (lokasi dan udara), walaupun pintu masuk kawasan sangat dekat dengan pemukiman penduduk dan kawasan sangat dekat dengan Kota Bitung yang merupakan kota industri. Coret-coret (vandalisme) juga tidak mempengaruhi kebersihan dan keindahan kawasan.

Banyak sampah plastik ditemukan di dalam kawasan, terutama di tempat-tempat yang sering dipakai berkemah dan yang sering dikunjungi. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran para pengunjung dan tidak adanya sanksi yang diberikan bagi mereka. Banyak pengunjung dan peneliti memakai jasa ojeg motor untuk masuk ke dalam kawasan (Gambar 10). Hal ini sangat mengganggu karena jalur yang dilewati juga merupakan jalur dari beberapa satwa untuk mencari makan terutama Macaca nigra.

Gambar 10 Motor dan Macaca nigra.

Kerawanan kawasan

Kecilnya luas kawasan CATDS, batas kawasan yang dikelilingi kampung, jalan dan pantai merupakan ancaman bagi kelestarian kawasan11. Banyaknya jalan masuk ke dalam kawasan sangat menyulitkan petugas jagawana untuk menjaga kawasan dari para pencuri dan perambah hutan. Banyak penduduk yang berburu babi hutan, ayam hutan, kelelawar, burung dan monyet dengan cara memasang jerat maupun dengan senjata. Patroli yang dilakukan tidak memberikan efek jera bagi mereka, hal ini terjadi karena setelah tertangkap banyak yang dibebaskan kembali tanpa ada hukuman yang berarti12. Kebakaran yang terjadi setiap tahun juga menjadi ancaman serius bagi kawasan. Daerah yang sering terjadi kebakaran adalah di daerah alang-alang (camping ground) dan daerah Pantai Dedak di Jalur Pantai (C 4000)13, kebakaran rutin ini bahkan telah mengambil korban jiwa dari

11 Hasil wawancara dengan kepala pos resort Batuputih

12 Hasil wawancara dengan petugas jagawana dan LSM yang pernah terlibat langsung dalam patroli bersama

petugas jagawana. Opini yang berkembang di masyarakat bahwa kebakaran yang terjadi selain disebabkan faktor alam juga karena unsur kesengajaan, banyaknya ladang dan lahan pertanian di dalam kawasan menguatkan asumsi tersebut. Luas kerusakan sudah mencapai ± 1.500 ha (BKSDA 2004). Gangguan lain adalah masuknya beberapa spesies eksotik terutama tumbuhan, walaupun belum ada laporan ilmiah tentang pengaruh spesies-spesies tersebut terhadap habitat asli dalam kawasan.

Gangguan terhadap flora dan fauna juga datang dari para pengunjung. Hampir setiap pengunjung memberikan makanan bagi satwa liar, seperti pisang untuk Macaca nigra. Para pemandu harus mencari belalang untuk memancing tarsius keluar lebih cepat dari pohon tidurnya. Kelompok dalam jumlah yang besar (lebih dari 10) sering masuk secara bersamaan untuk melihat satwa liar. Hal-hal tersebut sangat mengganggu aktivitas harian satwa, dan telah menjadikan beberapa kelompok satwa terutama Macaca nigra lebih agresif. Gangguan terhadap kawasan memang masih sangat tinggi, tetapi ini terjadi karena tidak ada rencana pengelolaan yang baik. Masyarakat lokal dan BKSDA sepertinya berjalan sendiri-sendiri dalam menentukan kebijakan pengelolaan kawasan CATDS.

Obyek Wisata Pantai

Ada tujuh kriteria yang dinilai dari obyek wisata pantai, yaitu keindahan, keselamatan/keamanan pantai, pasir, variasi kegiatan, kebersihan, lebar pantai dan kenyaman (Lampiran 8b).

Keindahan

Banyak pemandangan indah yang dapat dinikmati dari pesisir Pantai Tangkoko, dimulai dari pagi sampai dengan malam hari. Pagi hari pengunjung akan disambut dengan sinar matahari pagi (sunrise) yang sangat indah dan pada malam hari pemandangan lampu-lampu nelayan dari rumah terapung (floating house)14, (Gambar 11). Pantai Tangkoko juga merupakan jalur kapal laut dari Pelabuhan Bitung. Variasi pandangan mulai dari pemandangan Pulau Lembeh, Pulau Gangga, Tanjung Likupang, puncak Gunung Tangkoko dan Gunung

Batuangus. Kawasan ini memiliki komponen laut yang sangat unik, berbeda dan dapat menjadi pelengkap bagi TNL Bunaken, atraksi spesial yang dapat di lihat adalah kelompok lumba-lumba yang cukup besar dan tempat peneluran penyu 15. Pasir berwarna hitam menambah keunikan dan keindahan Pantai Tangkoko.

Foto B Foto A

Gambar 11 Sunrise dan rumah terapung di depan Pos 3.

Sumber foto A: WCS-IP Sulawesi; foto B: KONTAK (2003).

Keamanan pantai

Pantai Tangkoko bebas dari gangguan manusia, tidak ada kepercayaan yang mengganggu dan bebas dari gangguan binatang berbahaya. Gangguan yang ada adalah adanya arus balik yang cukup besar di pantai sekitar camping ground. Pantai ini tidak dianjurkan untuk kegiatan berenang, karena tidak ada informasi yang terpasang masih ada pengunjung yang melakukan kegiatan di pantai tersebut. Walaupun belum pernah ada korban jiwa bukan berarti tidak menjadi ancaman, karena telah beberapa kali terjadi pengunjung yang hampir tenggelam dan ditolong oleh masyarakat lokal.

Variasi kegiatan

Seperti obyek wisata darat, di Pantai Tangkoko juga banyak kegiatan yang dapat dilakukan. Berjemur dan berenang adalah kegiatan favorit yang dilakukan pengunjung (Gambar 12). Biasanya mereka berjemur dan berenang di pantai depan Pos 2 dan Pos 3, kedua lokasi ini merupakan tempat yang aman untuk kegiatan tersebut. Kegiatan selancar, menikmati pemandangan dan bersampan dapat

dilakukan di sepanjang pantai, memancing dapat dilakukan di Tanjung Pos 3 dan jenis olahraga pantai lain juga dapat dilakukan di sepanjang pantai. Selain berenang dan menikmati pemandangan, kegiatan yang lain jarang sekali dilakukan oleh pengunjung.

Gambar 12 Kegiatan favorit yang dilakukan pengunjung di Pantai Tangkoko

Kebersihan dan kenyamanan

Dibandingkan dengan Pantai Bunaken, Pantai Tangkoko masih jauh lebih bersih. Pantai Tangkoko tidak ada pengaruh dari pemukiman, sungai, pelabuhan dan pelelangan ikan walaupun lokasinya sangat dekat dengan Kelurahan Batuputih yang merupakan kampung nelayan dan kota pelabuhan Bitung. Musim juga tidak berpengaruh terhadap kebersihan pantai16. Pantai Tangkoko bebas dari kebisingan dan bau yang mengganggu, tidak ada gangguan binatang serta bebas dari vandalisme. Kenyamanan akan sedikit terganggu pada saat angin selatan bertiup pada bulan Juli sampai September, dimana pantai menjadi tidak aman untuk berbagai kegiatan bahkan para nelayan banyak yang tidak melaut.

Dokumen terkait