• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

2. Pragmatik

Pragmatik adalah salah satu cabang linguistik. Pragmatik adalah cabang ilmu yang mengkaji bagaimana bahasa digunakan untuk berkomunikasi (Nadar dalam Sumardiono, 2011). Yule (1996:4) mendefinisikan pragmatik sebagai kajian hubungan bentuk-bentuk linguistik dan penggunanya. Pragmatik merupakan kajian mengenai bagaimana bahasa dipakai untuk berkomunikasi, terutama hubungan antara kalimat dengan konteks dan situasi pemakaiannya (Levinson, 1987). Dengan pragmatik, makna kontekstual dapat dievaluasi sehingga menghasilkan makna ‗sesungguhnya‘. Maksudnya, di balik suatu ujaran terdapat makna lain. Kajian pragmatik berkaitan erat dengan makna yang

commit to user

dimaksud (intended meaning), asumsi, persepsi, tujuan penutur dalam berkomunikasi dengan segala variasinya.

Kajian pragmatik melibatkan banyak hal, tidak hanya suatu ujaran atau tuturan saja. Akan tetapi, kajian ini juga melibatkan siapa penutur, mitra tutur, dan bagaimana konteks situasi dari tuturan tersebut. Setiap tuturan dapat dikaji lebih dalam untuk mengetahui apa maksud dari penutur terhadap mitra tutur. Tidak setiap maksud tersampaikan langsung pada suatu tuturan, namun bisa saja ada maksud lain yang tidak tersampaikan secara langsung. Dengan pragmatik, makna tersembunyi dari suatu tuturan dapat dievaluasi untuk diungkap secara jelas.

Jadi, pragmatik adalah salah satu cabang linguistik yang mempelajari mengenai penggunaan bahasa terkait konteksnya. Dengan kata lain, pragmatik mengkaji bagaimana tuturan dalam suatu percakapan dan hubungannya dengan konteks situasi yang terjadi.

Tindak Tutur (Speech act)

Tindak tutur adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar (Kridalaksana, 1984: 154). Dalam mengujarkan sesuatu seseorang penutur tidak hanya melakukan suatu tuturan saja, melainkan melakukan suatu tindakan pula. Ketika melakukan ujaran akan menghasilkan efek tindakan bagi mitra tutur, sesuai respon yang diterimanya. Tindakan yang terjadi bersamaan dengan suatu tuturan itulah yang disebut speech act (tindak tutur).

commit to user

Speech act adalah salah satu bagian pragmatik yang fundamental. Suatu

tindak tutur dipengaruhi oleh konteks situasi yang menanungi suatu ujaran, dan siapa penutur dan mitra tuturnya. Sebuah ujaran Have you finished your home

work?” tidak hanya sekedar menanyakan apakah suatu pekerjaan telah diselesaikan atau belum. Apabila dalam konteks seorang guru terhadap muridnya yang pemalas dapat bermakna, si guru menyuruh si murid untuk segera mengumpulkan tugas tersebut. Konteks situasi yang melatari suatu ujaran berpengaruh terhadap makna dan efek tindakan dari suatu ujaran.

Contoh lain, ujaran ―Sekarang jam 10 malam.‖ Ujaran tersebut tidak sekedar mengujarkan informasi bahwa waktu menunjukkan pukul 10 malam, tetapi dapat juga untuk mengusir seorang tamu yang berkunjung ke pondokan miliknya. Ambigu atau taksa, tidak dikenal dalam tindak tutur, maksud si penutur tetaplah tunggal sesuai konteksnya. Terkadang mitra tutur menangkap hal yang lain lagi, sehingga terkesan ambigu.

Ada tiga aspek tindakan yang berkaitan erat pada suatu tuturan, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lokusi adalah semata-mata ujaran, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna harfiahnya. Ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu. Ilokusi masuk pada maksud dan fungsi atau daya dari suatu ujaran yang bersangkutan, untuk apa ujaran itu dilakukan. Terakhir, perlokusi mengacu ke efek yang ditimbulkan oleh ujaran yang dihasilkan oleh penutur, sebagai hasil interpretasi mitra tutur.

commit to user

Searle (1979) dalam satu bab khusus A taxonomy of illocutionary Act, mengklasifikasikan 5 jenis tindak tutur, yaitu asertif, direktif, komisif, ekspresif, deklarasi. Sementara itu, George Yule membagi tindak tutur menjadi lima jenis fungsi umum, yaitu deklarasi, representatif, ekspresif, direktif, komisif. Berikut pembagian kedua pakar tersebut yang disajikan dalam tabel,

2.2. Tabel klasifikasi tindak tutur

No Klasifikasi Tindak Tutur

Searle George Yule

1. Assertives (asertif),

Tindak tutur yang mengikat penutur pada kebenaran dari suatu hal yang diujarkan, seperti menyatakan, mengusulkan, mengeluh, melaporkan.

Contoh:

BSu: “I can see you”

BSa: ―Aku dapat melihatmu‖

Representatif

Jenis tindak tutur yang dilakukan berdasarkan keyakinan sang penutur. Biasanya berbentuk pernyataan terhadap suatu fakta, kesimpulan, penegasan.

Contoh:

BSu: “The earth is flat”

BSa: ―Bumi itu datar‖

2. Directives (direktif),

Tindak tutur yang dilakukan agar mitra tutur melakukan apa yang diujarkan penutur, seperti memesan,

memerintah, memohon,

Direktif

Jenis tindak tutur yang digunakan seorang penutur untuk menyuruh orang lain

melakukan sesuatu. Tindak tutur ini meliputi perintah, permohonan, pemberian saran.

commit to user menuntut, memberi nasihat.

Contoh:

BSu: “Now I want you to follow my orders.”

BSa: ―Sekarang aku ingin kau mematuhi perintahku.‖

Contoh:

BSu: “Don‟t touch that”

BSa: ―Jangan menyentuh itu‖

3. Commissives (komisif),

Tindak tutur yang mengikat penutur dengan suatu tindakan yang akan dilakukan di masa yang akan datang, seperti

menawarkan, menjanjikan, berkaul.

Contoh:

BSu: “I will bring some money for you.”

BSa: ―Aku akan memberimu uang‖

Komisif

Jenis tindak tutur yang disertai pengikatan diri penutur terhadap tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini dapat berupa janji, ancaman, penolakan, ikrar.

Contoh:

BSu: ―I‟ll be back.‖

BSa: ―Saya akan kembali.‖

4. Expressives (ekspresif)

Tindak tutur yang mengungkapkan kondisi perasaan penutur, seperti memuji, mengecam, mengucapkan selamat, menuduh.

Contoh:

BSu: “This food is great.”

BSa: ―Makanan ini lezat

Ekspresif

Jenis tindak tutur yang dilakukan berdasarkan apa yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur ini bersifat psikologis dan dapat berupa ungkapan senang, benci, sedih, marah, dll. Contoh:

BSu: “Congratulation!”

commit to user sekali.‖

5. Declarations (deklarasi).

Tindak tutur yang menuntut adanya kesesuaian antara isi ujaran dan realitas yang terjadi. Contohnya, memberikan hukuman, memberi nama, membaptis. Contoh:

BSu: “We find the defendant guilty”

BSa: ―Terdakwa kami nyatakan bersalah‖

Deklarasi

Tindak tutur yang apabila diujarkan memiliki pengaruh yang besar. Siapa pemuturnya menjadi penentu keefektifan suatu deklarasi. Contoh, tuturan wali hakim ketika

menikahkan pasangan suami istri. Pengaruh dari tuturan tersebut adalah bagaimana selanjutnya sang suami bertanggung jawab terhadap istrinya. Bahkan, hubungan suami istri yang sebelumnya dilarang menjadi boleh setelah tuturan dari wali hakim tersebut. Contoh lain, wasit yang menghukum seorang pemain sepakbola, tuturan hakim ketika memutuskan suatu perkara.

Contoh:

BSu: “I now pronounce you husband and wife”

BSa: ―Sekarang saya nyatakan kalian suami -istri‖

Dokumen terkait