• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabupaten/kota Layak Anak adalah Kabupaten/Kota yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha, yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak dan perlindungan anak

Tujuan Secara Umum: Untuk memenuhi hak dan melindungi anak dan tujuan secarakhususnya adalah Untuk membangun inisiatif pemerintahan kabupaten/kota yang mengarah pada upaya transformasi Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child) dari kerangka hukum ke dalam definisi, strategi dan intervensi pembangunan, dalam bentuk: kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang ditujukan untuk pemenuhan hak dan perlindungan anak (PHPA), pada suatu wilayah kabupaten/kota.

Prinsip dalam Pengembangan KLA a. Non diskriminasi

b. Kepentingan yang terbaik untuk anak

c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan d. Penghargaan terhadap pendapat anak

e. Tata Pemerintahan Yang baik Strategi Pengembangan KLA

KLA menerapkan strategi pemenuhan hak anak (PUHA), yang berarti melakukan pengintegrasian hak-hak anak ke dalam:

a. Setiap proses penyusunan: kebijakan, program dan kegiatan.

b. Setiap tahapan pembangunan: perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.

101

c. Setiap tingkatan wilayah: nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, hingga desa/kelurahan.

Tabel. 3.19

Pencapaian Indikator Sasaran Predikat Kabupaten Layak Anak (KLA) Tahun 2020

NO INDIKATOR SASARAN TARGET REALISASI CAPAIAN (%)

102

Gambar 3.8

Gambar Tingkatan Indikator Kabupaten Layak Anak

Cakupan pelayanan kesehatan adalah jumlah korban KtP/A yang memperoleh pelayanan kesehatan secara komprehensif oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas dan/atau di RS. Puskesmas mampu tatalaksana KtP/A adalah Puskesmas yang mempunyai minimal 2 orang tenaga kesehatan terlatih. Rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan terpadu adalah rumah sakit yang mempunyai minimal 3 orang tenaga kesehatan terlatih.

Jumlah korban kekerasan yang mendapat layanan kesehatan di tahun 2020 sejumlah 37 kasus menurun disbanding dengan tahun sebelumnya 2019 sejumlah 54 Kasus dan tahun 2018 sejumlah 90 Kasus Anak. Untuk tahun 2020, mengalami penurunan 17 Kasus Anak. Hal ini menunjukkan keberhasilan tingkat kriminalitas terhadap Anak. Dari semua Kasus Anak yang ada dapat diselesaikan semua tanpa hambatan berkat kerja sama yang baik antar petugas P2TP2A. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 3.20

Tingkat Kasus Kekerasan Anak Tahun 2020

No Tahun Jumlah Kasus

1 2018 90

2 2019 54

103

Gambar 3.9

Grafik Kasus Kekerasa terhadap Anak Tahun 2018-2020

Dalam upaya pencapaian target indikator membaiknya Indeks Pembangunan Gender dan Predikat Kabupaten Layak Anak serta meningkatnya kualitas hidup dan perlindungan terhadap perempuan dan anak , yang diimplementasikan dalam program dan kegiatan, seperti pada tabel berikut :

Tabel. 3.21

Realisasi Anggaran Program dan Kegiatan Pencapaian Indikator Membaiknya Indeks Pembangunan Gender dan Predikat Kabupaten Layak Anak serta meningkatnya

kualitas hidup dan perlindungan terhadap perempuan dan anak Tahun 2020

Program dan Kegiatan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%) Program Pemberdayaan

Perempuan 357,367,003 356,873,850 100

Evaluasi PUG Refocusing 0 0

Peningkatan peran serta OPD dalam pelaksanaan PPRG 2.700,000 2,700,000 100 Penguatan pemberdayaan kesejahteraan keluarga 354,667,003 354,173,850 99,86

104

Fasilitas pengembangan pusat pelayanan

terpadu pemberdayaan perempuan dan anak

32,800,000 32,791,271 99,97

Pelaksanaan forum desa layak

anak 90,230,000 89,018,400 98,66

480,397,003 478,683,521 99,64

5. Sasaran 5 : Indeks Kepuasan Masyarakat/Stakeholder

Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik yang merupakan salah satu tuntutan dalam mewujudkan Reformasi Birokrasi di lingkungan instansi pemerintah, Setjen Wantannas secara rutin melakukan survey untuk melihat aspek kepuasan masyarakat terutama mengenai kualitas layanan yang diberikan oleh Setjen Wantannas. Hal ini sejalan dengan amanat yang tertera pada UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dimana mekanisme survey berpedoman pada Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survey Kepuasan Masyarakat terhadap Penyelenggara Pelayanan Publik.

Indeks Kepuasan Masyarakat atau IKM adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kualitatif dan kuantitatif atas pendapat masyarakat, dalam hal ini para stakeholder Setjen Wantannas dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggaraan pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya. Pelaksanaan survey IKM yang dilaksanakan secara berkala setiap 1 (satu) tahun sekali oleh Tim Reformasi Birokrasi Setjen Wantannas yang merupakan langkah rutin dalam menjaga kualitas mutu pelayanan publik. Disamping itu, peningkatan kualitas pelayanan publik dilakukan untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggara pelayanan publik dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan menjadikan keluhan masyarakat sebagai sarana untuk melakukan perbaikan pelayanan public.

Untuk Kabupaten Polewali Mandar di tahun 2020 ini mendapat IKM dengan Prestasi BAIK

105

6. Sasaran 6 : Predikat SAKIP Perangkat Daerah

Evaluasi implementasi SAKIP adalah aktivitas analisis yang sistematis, pemberian nilai, atribut, apresiasi dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi atas masalah yang ditemukan untuk tujuan peningkatan akuntabilitas dan kinerja Instansi kerja pemerintah. Dalam berbagai hal, evaluasi dilakukan melalui monitoring terhadap sistem yang ada, namun adakalanya evaluasi tidak dapat dilakukan hanya dengan menggunakan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi yang ada pada Perangkat Daerah. Data dari luar Perangkat Daerah juga sangat penting sebagai bahan analisis. Evaluasi dapat dilakukan tidak harus tergantung pada kelengkapan dan keakuratan data yang ada. Informasi yang memadai dapat digunakan untuk mendukung argumentasi mengenai perlunya perbaikan. Penggunaan data untuk evaluasi diprioritaskan pada kecepatan memperoleh data dan kegunaannya. Dengan demikian, hasil evaluasi akan lebih cepat diperoleh agar tindakan perbaikan dapat segera dilakukan. Berbeda dengan audit, evaluasi lebih memfokuskan pada pengumpulan data dan analisis untuk membangun argumentasi bagi perumusan saran/ rekomendasi perbaikan. Sifat evaluasi lebih persuasif, analitik dan memperhatikan kemungkinan penerapannya.

Tujuan evaluasi implementasi SAKIP dapat ditentukan setiap tahun sesuai dengan kebijakan evaluasi yang ditetapkan. Tujuan dan sasaran evaluasi sangat tergantung pada para pihak pengguna hasil evaluasi dan kebijakan pimpinan Perangkat Daerah yang diberi wewenang untuk melakukan evaluasi dengan mempertimbangkan berbagai kendala yang ada. Secara umum, tujuan evaluasi atas implementasi SAKIP adalah:

1. Memperoleh informasi tentang implementasi SAKIP; 2. Menilai tingkat implementasi SAKIP;

3. Memberikan saran perbaikan untuk peningkatan implementasi SAKIP; dan 4. Memonitor tindak lanjut rekomendasi hasil evaluasi periode sebelumnya.

Kabupaten Polewali mandar di Tahun 2020 mendapatkan nilai BB dalam penilaian Sakip dari Target yang ditetapkan yaitu Nilai BB

7. Sasaran 7 : Opini Pengelolaan Perangkat Daerah

Sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemeriksaan yang menjadi tugas BPK meliputi pemeriksaan atas pengelolaan dan

106

tanggung jawab mengenai keuangan negara. Pemeriksaan tersebut mencakup seluruh unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dalam melaksanakan tugasnya, BPK melakukan tiga jenis pemeriksaan yaitu pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan beberapa pada kriteria yaitu:

1. kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan; 2. kecukupan pengungkapan (adequate disclosures); 3. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; 4. efektivitas sistem pengendalian intern.

Opini dihasilkan dari pemeriksaan keuangan yaitu pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Tujuan Pemeriksaan atas laporan keuangan adalah untuk memberikan opini/pendapat atas kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan.

Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikan dalam laporan hasil pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai. Pemeriksaan keuangan akan menghasilkan opini. Pemeriksaan kinerja akan menghasilkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi, sedangkan pemeriksaan dengan tujuan tertentu akan menghasilkan kesimpulan. Setiap laporan hasil pemeriksaan BPK disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya ditindaklanjuti, antara lain dengan membahasnya bersama pihak terkait.

Di tahun 2020 ini Kabupaten Polewali mandar mendapatkan Opini Audit WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dari BPK sesuai dengan target yang dicanangkan

107

B. Akuntabilitas Keuangan

Akuntabilitas keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan

yang digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Keberhasilan capaian indikator-indikator sebagaimana dianalisa sebelumnya tidak terlepas dari dukungan dukungan dana sebagai bagian dari kebijakan anggaran keuangan. Alokasi anggaran Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tahun 2020 adalah :

- Belanja Tidak Langsung : Rp. 1.611.607.500,-

- Belanja Langsung : Rp. 6.810.057.127,-

- Total : Rp. 8.421.664.627,-

Rincian anggaran berdasarkan program dan kegiatan yang dilaksanakan DP2KBP3A Kabupaten Polewali Mandar tahun 2020, dapat dilihat dari uraian dan tabel per sasaran berikut :

Tabel. 3.22

Akuntabilitas Keuangan Sasaran Terkendalinya Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2020

Indikator Sasaran Program dan Kegiatan Indikator Kinerja Program

Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Capaia n (%) Sasaran 1 : Meningkatnya Ketahanan Keluarga dan Kesehatan Reproduksi

Program Keluarga Berencana, Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga

Prosentase Peserta KB Aktif . Penyediaan sarana dan prasarana penyuluh keluarga berencana Jumlah Jenis Sarana dan Prasarana PLKB dan PPKBD 5,856,594,000 5,572,610,309 95,15 Peningkatan pelayanan dan pembinaan Jumlah Pelayanan Pemasangan Alat 18,930,200 18,895,000 99,81

108 kesertaan ber KB Kontrsepsi Mobile yang diadakan Pembinaan kader kelompok keluarga berencana Jumlah Pendampinga n Kelompok Tribina dan UPPKS yang difasilitasi 46,020,000 45,791,804 99,50 Pembinaan ketahanan keluarga Jumlah Kader Kelompok Ketahanan yang dibina 12,500,000 12,499,800 99,99

Sasaran 2 : Terkendalinya Laju Pertumbuhan Penduduk

Dokumen terkait