• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur kerja penelitian dapat dilihat pada diagram alir dalam Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Diagram alir penelitian

32

1. Pembuatan Larutan Inhibitor dari Ekstrak Kulit Buah Maja

Tahapan pembuatan larutan inhibitor ekstrak kulit buah maja (Aegle marmelos (L.) Corea) adalah sebagai berikut:

1. 1 kg kulit buah maja (Aegle marmelos (L.) Corea) dibersihkan dari kotoran-kotoran, kemudian dirajang kecil-kecil dan dikeringkan dalam selama 30 hari pada suhu ruang.

2. Kulit buah maja yang telah kering digiling hingga menjadi serbuk.

3. Melakukan metode maserasi dengan memasukkan kulit buah maja (Aegle marmelos (L.) Corea) yang telah halus ke dalam wadah botol yang berisi etanol 70%.

4. Metode maserasi dilakukan dengan merendam kulit buah maja (Aegle marmelos (L.) Corea) kering dalam pelarut selama 2 x 24 jam.

5. Hasil perendaman disaring menggunakan kertas saring sehingga diperoleh filtrat.

6. Filtrat diuapkan menggunakan mesin rotary evaporator dengan kecepatan 200 rpm dan suhu 49-50C hingga menghasilkan ekstrak pekat.

2. Preparasi sampel baja (pemotongan dan pembersihan)

Untuk menyiapkan baja dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Baja karbon API 5L dipotong dengan ukuran panjang 10 mm, lebar 10 mm, dan tinggi 5 mm.

2. Baja dibersihkan dan diperhalus permukaannya menggunakan polisher machine untuk menghilangkan pengotor.

33

3. Baja dicelupkan ke dalam aseton untuk membersihkan pengotor yang menempel pada baja.

3. Penimbangan massa awal sampel

Baja yang akan digunakan ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui massa sebelum pengkorosian.

4. Pembuatan medium korosif

Medium korosif adalah larutan yang dapat mengakibatkan terjadinya korosi. Medium korosif pada penelitian ini adalah NaCl dan H2SO4 dengan konsentrasi 3%. Cara pembuatan larutan NaCl dan H2SO4 yaitu mengencerkan NaCl dan H2SO4 dengan aquabides. Untuk pengenceran larutan NaCl dan H2SO4ditentukan secara matematis berdasarkan persamaan (3.1).

V1 M1= V2 M2 (3.1)

Dimana:

V1= Volume mula-mula M1= Konsentrasi mula-mula V2= Volume setelah pengenceran M2= Konsentrasi setelah pengenceran

Pembuatan larutan NaCl dan H2SO4 dengan konsentrasi 3% yaitu 3 gram NaCl dan H2SO43 ml ditambahkan dengan aquades sampai volume 100 ml.

34

5. Perendaman

Dalam tahap perendaman ini sampel yang digunakan ada 6 sampel direndam pada medium korosif NaCl dan 6 sampel direndam pada H2SO4 dengan menambahkan inhibitor ekstrak kulit buah maja (Aegle marmelos (L.) Corea) selama 35 hari.

Konsentrasi inhibitor yang digunakan sebesar 0%, 0,4%, 0,5%, 0,6%, 0,7%, dan 0,8%.

6. Pembersihan dan Penimbangan Massa Akhir Sampel

Sampel yang telah direndam dalam medium korosif ditambah inhibitor dibiarkan hingga kering. Selanjutnya ditimbang untuk mengetahui massa akhir sampel.

7. Uji XRD (X-Ray Diffraction)

Sampel yang telah mengalami pengkorosian kemudian diuji menggunakan XRD (X-Ray Diffraction) yang bertujuan untuk mengetahui fasa yang terbentuk pada sampel.

8. Uji SEM (Scanning Electron Microscopy) dan EDS (Energy Dispersive Spectroscopy)

Sampel yang telah mengalami perlakuan diuji menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy) yang dilengkapi dengan EDS (Energy Dispersive Spectroscopy) untuk mengetahui struktur permukaan sampel dan melihat unsur-unsur kimia yang ada pada sampel.

9. Perhitungan Laju Korosi

Perhitungan laju korosi dilakukan menggunakan metode kehilangan berat sampel tiap

35

satuan luas dan waktu menggunakan persamaan (3.2) dengan konstanta laju korosi yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Konstanta laju korosi pada baja karbon (Fontana, 1986).

No Konstanta Laju Korosi K

1 Mils per year (mpy) 3,45 x 106

2 Inches per year (inches/y) 3,45 x 10³

3 Millimeters per year (mm/y) 8,76 x 104

4 Micrometers per year (µ m/y) 8,76 x 107

5 Milligrams per square decimeter per day (mmd) 2,40 x 106/D

= (3.2)

Dimana: CR = Laju korosi (mm/y) K = Konstanta laju korosi W = Selisih massa (mg)

T = Waktu perendaman (tahun) A = Luas permukaan (mm2) ρ = Massa jenis (mg/mm2)

Sedangkan untuk menghitung efisiensi penggunaan inhibitor dihitung menggunakan persamaan (3.3).

(%) = ( ) × 100% (3.3)

Dimana: η = Efisiensi inhibitor (%)CR

CRuninhibited = Laju korosi tanpa inhibitor (mm/y) CRinhibited = Laju korosi dengan inhibitor (mm/y) (Fontana, 1986).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Efisiensi terbesar terdapat pada inhibitor 0,8% pada medium NaCl dan 0,5%

pada medium H2SO4dengan efisiensi masing-masing 85,71% dan 79,35%.

2. Hasil karakterisasi XRD memperlihatkan bahwa fasa yang terbentuk adalah Fe murni dengan bidang 110, 200, dan 211 pada hasil difragtogram sampel pada medium korosif NaCl 0% dan 0,8% dan pada medium korosif H2SO4 0,5%, sedangkan pada medium korosif H2SO4 dengan konsentrasi inhibitor 0% hasil XRD masih menujukan fasa amorf.

3. Hasil karakterisasi SEM menunjukkan mikro struktur permukaan baja pada sampel NaCl dengan konsentrasi 0,8% dan H2SO4dengan konsentrasi 0,5%

lebih sedikit terbentuk produk korosi dari pada permukaan baja pada sampel NaCl dan H2SO4dengan konsentrasi inihibitor 0%.

4. Hasil karakterisasi EDS pada sampel tanpa penambahan inhibitor didapatkan unsur S mengidentifikasi logam sudah terkontaminasi akibat interaksi antara asam sulfat dengan sampel pada medium korosif H2SO4.

5. Dari ketiga hasil karakterisasi dan perhitungan laju korosi didapatkan bahwa inhibitor ekstrak kulit buah maja efektif dalam menginhibisi laju korosi pada

6. baja karbon API 5L dan dari kedua medium inhibitor ekstrak kulit buah maja lebih efektif pada medium NaCl.

B. SARAN

Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan perendaman dalam media korosif yang berbeda dengan konsentrasi yang lebih bervariasi dan logam yang berbeda untuk membandingkan laju korosi, produk korosi, dan jenis korosi yang dihasilkan.

61

DAFTAR PUSTAKA

Aidil, E. and Shams, A. M. 1972. Corrosion Inhibition by Naturally Occurring substance-I. The Effect of Hibiscus Subdariffa (Karkade) Extract on the Dissolution of Al and Zn. Corrosion Science. Vol. 12, No. 2. Pp. 897-904.

Amanto, H. dan Daryanto. 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara. Jakarta. Pp.63-87.

Ameer, M. A., Khamis, E. and Al-Senani, G. 2000. Effect of Thiosemicarbozones on Corrosion of Steel of Phoporic Acid Produced by Wet Process: Ads.

Science Technologies. Vol. 2. Pp. 127-138.

Asdim, 2007, penentuan Efisiensi Inhibisi Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) pada Reaksi Korosi Baja dalam Larutan Asam. Jurnal Gradien. Vol. 3. No. 2. Bemgkulu: Universitas Bengkulu. Hal 273-276.

ASM handbook. 1993. Properties and Selection: Iron Stell and High Performance Alloys. Tenth Edition. Metals handbook. Vol 6. Pp. 249-327

Athur, Beiser. 1992. Konsep Fisika Modern. Jilid 3. Terjemahan The Houw Liong Ph.D. Erlangga. Jakarta.

Bundjali, B., N. M. Surdia, Oei Ban Liang, dan Bambang, A. 2006. Pelarutan Besi Selektif pada Korosi Baja Karbon dalam Larutan Buffer Asetat, Natrium Bikarbonat-CO2Jenuh. ITB. Bandung. Vol. 38A. Pp. 149-161 Chavda N., Mujapara A., Mehta S.K and Dodia P.P. 2012. Primary Identification

of Certain Phytochemical Constituents of Aegle Marmelos (L.) Corr. Serr Responsile for Antimivrobial Activity Againts Selected Vegetable and Clinical Phatogen. International Journal of Physical and Social Sciences.

Vol. 2. Issue. 6. Pp. 140-147.

Chan, S. G., Beck, T. R., 1993. Electrochemical Tecnology Corp. Seattle Washington. United State of America. Pp. 125-129.

Cullity, B. D. 1978. Elements of X-Rays Diffraction, Second Edition. Adison-Wesley Publishing Company Inc. United State of America. Pp. 1-7.

Dalimuthe, I. S. 2004. Kimia dari Inhibitor Korosi. Universitas Sumatera Utara.

Medan. Pp. 45-48.

Fontana, M. C., dan Greene, M. D. 1986. Corrosion Enginering Hand Book. Mc Graw Hill Book Company. New York. Pp. 144-147.

Gupta VK. 2006. Crystal Struktur of R-(+), X-ray Structure Analysis Online, 22,X11-X12.

Griffin, H dan Riessen, V. A. 1991. Scanning Electron Microscopy Course Notes.

The University of Western Australia. Nedlands. Pp.1-8.

Haryati. 2008. Potensi dan Peluang Tanaman Obat. Erlangga: Jakarta. Hal. 23-28.

Harsah. 1994. Pengaruh Infus Daun Maja Terhadap Fertilitas Mencit Betina.

Universitas Hasanuddin. Makasar.

Harborne, J. B. 1984. Metode Fotokimia. ITB. Bandung. Pp.151-157.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fotokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. ITB. Bandung.

Hidayat, I. F., dan Sumarji. 2016. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kulit Buah Maja Terhadap Korosi Baja Karbon A53 dngan Media Air Laut. Jurnal Rotor.

Vol. 9. No 1. Pp 24-28.

Ilim dan Hermawan, B. 2008. Study Penggunaan Ekstrak Buah Lada, Buah Pinang dan Daun The sebagai Inhibitor Korosi Baja Lunak dalam Air Laut Buatan yang Jenuh Gas CO2. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi II. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Pp. 257-266.

Jones, Denny A. 1992. Principles and Preventation of Corrosion. Maxwell Macmillan. Singapura. Pp.12-17.

Landolt, D. 2007. Corosion and Surface Chemistry of Metals. First Edition. EPFL Press. Lausanne.

Linnert, G.E. 1994. Welding Metallurgy: Carbon and Alloy Steels. FourtEdition.

American Welding Society. Miami.

Murabbi, A.L dan Sulistijono. 2012. Pengaruh Konsentrasi Larutan Garam Terhadap Laju Korosi Dengan Metode Polarisasi dan Uji Kekerasan Serta Uji tekuk Pada Plat Bodi Mobil. Jurnal Teknik Pomits. Vol. 1. No. 1. Pp. 4-10..

63

Piere R, Roberge. 2008. Corrosion Engineering-Principles and Practice.TheMcGraw-Hill Companies Inc. United State of America. Pp. 23-28.

Richman, M. H. 1967. An Introduction to The Science of Metals. Blaisdell Publishing Company, USA. Pages. 78-79

Rieger, H. P. 1992. Electrochemistry, Second Edition. Chapman and Hall Inc, New York. Pp. 412-421.

Roberge, P.R. 2000. Handbook of Corrosion Engineering. Mc Graw-Hill. New York.

Roberge, P.R. 2008. Corrosion Engineerig-Principles and Practice. The Mc Graw-Hill Companies Inc. New York. P. 23-38.

Rustandi, Andi, Iandiono. Dito. 2011. Studi Laju Korosi Baja Karbon untuk Pipa Penyalur Proses Produksi Gas Alam yang Mengandung Gas CO2 pada Lingkungan NaCl 0.5, 2.5, 2.5, dan 3.5%. Skripsi. Universitas Indonesia.

Depok. Pp.44-46.

Sack, R.J. 1976. Welding Principle and Practices. Mc Graw Hill. New York.

Smallman, R. E. and Bishop, R. J. 2000. Modern Physical Metallurgy and Material Engineering. Oxford. Butterworth-Heinemann. P. 34-35.

Sari, D. M., Handani, S., dan Yetri, Y. 2013. Pengendalian Laju Korosi Baja St-37 dalam Medium Asam Klorida dan Natrium Klorida menggunakan Inhibitor Ekstrak Daun Teh (Camelia Sinensis). Jurnal Fisika Unand . Vol.

2. P. 204-211.

Supardi, R. 1997. Korosi Edisi Pertama. Tarsito. Bandung. Pp. 56-58.

Trethewey, K. R and Chamberlain, J. 1991. Korosi untuk Mahasiswa dan Rekayasa. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Pp. 27-34.

Vlack, Van L. H. 1994. Ilmu dan Teknologi Bahan (Ilmu Logam dan Bukan Logam), Edisi kelima. Erlangga. Jakarta. Pp. 101-104.

Yanuar, A. P., Pratikno, Herman., Titah, Harmin S. 2016. Pengaruh Penambahan Inhibitor Alami terhadap Laju Korosi pada Material Pipa dalam Larutan Air Laut Buatan. Jurnal Teknik ITS. Vol. 5. No. 2. Pp. 1-7.

Wiryosumarto, H. 2000. Teknologi Pengelasan Logam. Erlangga. Jakarta.

64

Dokumen terkait