BAB 1. PENDAHULUAN
4.6 Cara Kerja
4.6.3 Preparasi Saluran Akar dengan WaveOne®
Kelompok II menggunakan file Primary 25/08 WaveOne® dengan endomotor WaveOne®. Glide path dibuat menggunakan file-K no.10 dan no.15. File dimasukkan ke dalam saluran akar tanpa tekanan 2, 3, 4 mm, sedikit demi sedikit, jika dirasa ada hambatan, atau file tidak dapat masuk dengan mudah maka file perlahan-lahan dikeluarkan kemudian flute dibersihkan. Setelah itu, saluran akar diirigasi dengan NaOCl 2,5% sebanyak 2 mL dan dikeringkan dengan paper point.17 Preparasi dilanjutkan dengan gerakan yang sama hingga mencapai panjang kerja. Preparasi saluran akar dikombinasi dengan gerakan brushing. Satu file hanya digunakan untuk empat saluran akar.
4.6.4 Pengambilan data
a. Setelah semua sampel dipreparasi, akses ditutup menggunakan semen ionomer kaca (Fuji IX, GC Corp, Jepang).
b. Sampel dibelah longitudinal dalam arah bukolingual menggunakan
stainless steel chisel. Setelah itu sampel dibelah horisontal 5 mm dari
apeks saluran akar.
c. Sampel diletakkan tegak lurus dan diamati dengan menggunakan mikroskop stereo (SteREO Discovery.V12, Carl-Zeiss) pembesaran 20x kemudian didokumentasikan menggunakan kamera digital dan data disimpan ke dalam komputer.
d. Sisa tinta cina diukur menggunakan software Adobe Photoshop CS5 dalam satuan pixels. Dinding saluran akar di sepertiga apeks yang tidak terpreparasi ditunjukkan dengan luas area sisa tinta cina yang menutup dinding sepertiga apeks saluran akar dibagi dengan luas keseluruhan dinding sepertiga apeks saluran akar kemudian dikali seratus persen. e. Untuk menghindari kesalahan, pengamatan dilakukan oleh satu pengamat
dan dilakukan sebanyak dua kali pada setiap kelompok. Angka yang diperoleh dicatat sebagai data penelitian.
4.6.5 Analisis data
Hasil penelitian dianalisa menggunakan uji t tidak berpasangan dengan batas kemaknaan p<0.05 untuk melihat perbedaan luas dinding sepertiga apeks saluran akar yang tidak terpreparasi setelah preparasi menggunakan instrumen osilasi Reciproc® dan WaveOne®. Uji t tidak berpasangan digunakan jika distribusi data normal. Jika disribusi data tidak normal, maka akan digunakan uji Mann-Whitney.
33
4.7 Alur Penelitian
32 gigi manusia premolar satu RB
Preparasi akses menggunakan Access
Bur Kit
Irigasi NaOCl 2,5% sebanyak 2 mL, keringkan dengan paper point
Injeksikan 1 mL tinta cina ke dalam saluran akar melalui orifis
16 gigi dipreparasi dengan menggunakan Reciproc®
16 gigi dipreparasi dengan menggunakan WaveOne®
Potong longitudinal pada sepertiga apeks
Evaluasi luas dinding saluran akar yang tidak terpreparasi
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan luas dinding sepertiga apeks saluran akar yang tidak preparasi setelah preparasi menggunakan instrumen osilasi Reciproc® dan WaveOne®. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober - November 2012. Kelompok instrumen osilasi Reciproc® dan kelompok instrumen osilasi WaveOne® masing-masing terdiri atas 16 sampel. Luas area dinding saluran akar yang tidak terpreparasi ditandai dengan banyaknya sisa tinta cina yang menutup dinding saluran akar di sepertiga apeks dan diamati menggunakan mikroskop stereo dengan pembesaran 20x. Data penelitian diperoleh dengan menghitung persentase luas area dinding sepertiga apeks saluran akar yang tidak terpreparasi dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS5 sesuai metode penelitian Aripin H. (2011).49 Pengamatan dilakukan oleh satu pengamat dan dilakukan sebanyak dua kali pada setiap kelompok. Angka yang diperoleh dicatat sebagai data penelitian. Perbedaan hasil preparasi kedua instrumen osilasi digambarkan dengan persentase luas area dinding yang tidak terpreparasi, yaitu perbandingan luas area sisa tinta cina yang menutupi dinding saluran akar dengan luas area seluruh dinding sepertiga apeks saluran akar dikali seratus persen. Contoh perhitungannya dapat dilihat dari Gambar 5.1.
Gambar 5.1. Perhitungan data (a) Contoh foto sampel. (b) Luas daerah sepertiga apeks (warna hitam) didapat hasil 333776 pixels. (c) Luas area sisa tinta yang menutupi dinding saluran akar didapat hasil 86294 pixels. Daerah yang tidak terpreparasi = 86294 pixels/333776 pixels x 100% =
25,854%.
35
Berdasarkan uji normalitas Saphiro-Wilk pada setiap kelompok ditemukan adanya nilai p < 0,050 sehingga disimpulkan bahwa distribusi data penelitian tidak normal. Untuk itu, dilakukan transformasi data untuk menormalkan data dengan distribusi tidak normal. Setelah data ditranformasi kemudian dilakukan uji normalitas kembali. Uji normlaitas Saphiro-Wilk menghasilkan nilai p < 0,050 sehingga disimpulkan transformasi data tidak berhasil, distribusi data penelitian tidak normal (Lampiran 4). Dengan demikian, uji statistik untuk menganalisis perbedaan hasil preparasi dinding saluran akar di sepertiga apeks setelah dipreparasi menggunakan instrumen osilasi Reciproc® dan WaveOne® adalah uji
Mann-Whitney. Perbedaan nilai luas dinding sepertiga apeks saluran akar yang
tidak terpreparasi setelah preparasi menggunakan instrumen osilasi Reciproc® dan WaveOne® dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Distribusi nilai rerata luas dinding sepertiga apeks saluran akar yang tidak terpreparasi setelah preparasi menggunakan instrumen osilasi Reciproc® dan WaveOne®.
Kelompok n Rerata ± SD
IK 95%
Nilai p (Batas Bawah – Batas Atas)
Reciproc® 16 11,71744 ± 11,018961 5,84585 – 17,58903
0,265
WaveOne® 16 6,27913 ± 7,038830 2,52840 – 10,02985
Keterangan: Uji Mann-Whitney dengan batas kemaknaan p < 0,050
Pada penelitian ini diperoleh angka kemaknaan 0,265 (nilai p < 0,050), sehingga menunjukkan bahwa perbedaan ini dinyatakan tidak bermakna. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan nilai rerata luas dinding sepertiga apeks saluran akar yang tidak terpreparasi antara instrumen osilasi Reciproc® dan WaveOne®.
Dari hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan luas dinding sepertiga apeks saluran akar yang tidak terpreparasi setelah preparasi menggunakan instrumen osilasi Reciproc® dan WaveOne®, ditolak.
BAB 6 PEMBAHASAN
Preparasi saluran akar merupakan salah satu tahap penting dalam perawatan saluran akar. Berdasarkan prinsip preparasi biomekanis, preparasi saluran akar dilakukan untuk menghilangkan jaringan pulpa dengan mempertahankan foramen apikal sekecil mungkin, membentuk saluran akar menjadi bentuk corong dari arah mahkota ke apeks, dengan menggunakan instrumen endodontik yang dikombinasikan dengan bahan irigan kimiawi.4 Hal ini menunjukkan bahwa selain irigasi, instrumentasi memegang peranan penting dalam preparasi saluran akar. Instrumen endodontik harus mampu mempreparasi seluruh area dinding saluran akar agar dapat membersihkan dinding saluran akar. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, hampir semua metode instrumentasi saluran akar meninggalkan sedikitnya 35% atau lebih area permukaan dinding saluran akar yang tidak terpreparasi.43 Hal ini dikarenakan bentuk saluran akar di daerah sepertiga apeks yang cenderung oval sedangkan penampang instrumen endodontik berbentuk bulat sehingga dibutuhkan instrumen endodontik yang dapat mempreparasi seluruh dinding saluran akar.
Penelitian ini membandingkan luas area dinding saluran akar yang tidak terpreparasi di daerah sepertiga apeks dengan pertimbangan bahwa sampai saat ini belum ada instrumen saluran akar yang dapat mempreparasi dinding saluran akar dengan sempurna.7 Keunggulan preparasi saluran akar menggunakan gerakan osilasi antara lain centering ability yang cukup baik, mempertahankan bentuk anatomi saluran akar, mempreparasi seluruh dinding saluran akar pada saluran akar oval, dan tingkat keamanan penggunaan yang lebih baik.14, 15, 42 Saat ini di pasaran dapat ditemukan dua instrumen osilasi dengan sistem satu file sekali pakai. Tujuan preparasi saluran akar dapat dicapai tidak lagi menggunakan beberapa instrumen, tetapi hanya dengan menggunakan satu file. Akan tetapi, belum banyak penelitian mengenai sistem ini untuk mempreparasi seluruh dinding saluran akar. Oleh karena itu, preparasi dinding saluran akar menggunakan instrumen dengan gerakan osilasi perlu diteliti lebih lanjut.
37
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk meneliti hasil preparasi saluran akar, yaitu micro-computed tomography,50 scanning electronic
microscopy (SEM),17, 21, 45, 51-53 saluran akar buatan dari bahan resin poliester,54
software komputer,17, 35, 37 transparansi saluran akar55 dan metode tinta.46, 56, 57 Kuttler dkk. (2001) memperkenalkan teknik Bramante modifikasi yaitu suatu teknik pemeriksaan saluran akar dalam tiga dimensi menggunakan computed
tomography.58 Akan tetapi, prosedur tersebut membutuhkan biaya yang cukup tinggi terutama dengan jumlah spesimen yang banyak. Metode SEM memberikan resolusi gambar tingkat perbesaran yang sangat tinggi dan memungkinkan untuk mengamati debris dan smear layer di saluran akar. Kekurangannya adalah area pengamatan yang sempit sehingga tidak dapat dilakukan pengamatan area yang luas secara langsung, tekniknya yang cukup kompleks serta biaya yang cukup tinggi. Penelitian menggunakan saluran akar buatan memiliki keuntungan berupa keseragaman dimensi sampel tetapi tingkat kekerasannya berbeda dengan dentin saluran akar sehingga menunjukkan ekstrapolasi berbeda pada penerapan klinis.43 Teknik transparansi mudah dilakukan, menggunakan bahan-bahan kimia dengan toksisitas rendah, dan proses dan peralatan yang digunakan tidak terlalu rumit. Namun kekurangannya adalah bila proses demineralisasi tidak adekuat dapat menyebabkan hasil akhir transparansi yang kurang baik. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses demineralisasi bergantung kepada kepadatan dentin, sehingga semakin tebal dentin, maka waktu yang dibutuhkan untuk transparansi akan semakin lama.59
Metode tinta umum digunakan untuk meneliti tingkat kebocoran bahan pengisi dan preparasi saluran akar, tetapi dapat juga digunakan untuk melihat luas area dinding saluran akar yang tidak terpreparasi oleh instrumen saluran akar. Hal ini ditandai dengan adanya sisa tinta yang menutupi dinding saluran akar setelah dipreparasi. Silva dkk. (2004)57 menggunakan metode tinta untuk membandingkan efisiensi dan area dinding saluran akar yang terpreparasi dari suatu metode instrumentasi. Penelitian ini mengadopsi metode tersebut dengan mengamati sisa tinta yang terdapat di dinding saluran akar. Tidak seperti metode
micro-computed tomography yang memungkinkan pengamatan dalam tiga
demikian, metode ini cukup jelas memberikan visualisasi dinding saluran akar yang tidak terpreparasi, mudah dilakukan dengan biaya yang ekonomis.
Pewarnaan saluran akar pada penelitian ini menggunakan tinta cina (Talons) dengan alasan partikel tinta cina berukuran kurang dari 3 µm yang mampu berpenetrasi ke dalam tubuli dentin. Komposisi tinta cina tidak larut dalam air dan merupakan bahan anorganik, sehingga irigan yang digunakan dalam preparasi saluran akar hanyalah NaOCl 2,5% yang diketahui hanya melarutkan zat organik. Tinta cina dipastikan mencapai daerah sepertiga apeks menggunakan instrumen irigasi tenaga sonik (EndoActivator, Dentsply) karena getaran yang dihasilkan mampu mengantarkan tinta mencapai apeks secara merata. Hal ini ditandai dengan keluarnya tinta melalui foramen apikal. Kemudian sampel didiamkan selama 48 jam untuk memberi waktu bagi tinta cina mengering. Hal ini sesuai dengan metode yang digunakan oleh Grecca dkk. (2007) dalam penelitiannya tentang analisis quantitatif preparasi saluran akar menggunakan instrumen rotari, ultrasonik dan manual pada saluran akar pipih.56
Pemilihan instrumen Reciproc® dan WaveOne® dalam penelitian ini karena keduanya menggunakan prinsip gerakan osilasi dengan sistem satu file sekali pakai. Selain itu, kedua instrumen memiliki diameter ujung file dan tingkat kecorongan yang sama (25/.08), yaitu file R25 (Reciproc®) dan Primary 25/08 (WaveOne®). File Primary 25/08 memiliki tingkat kecorongan yang berkurang secara kontinyu dari ujung hingga pangkal file (0.8, 0.65, 0.6, 0.55) dan dua jenis potongan melintang sepanjang daerah kerja file. Di ujung file potongan melintang berbentuk segitiga konveks modifikasi dengan radial land, sedangkan di bagian tengah dan pangkal file potongan melintang berbentuk segitiga konveks dengan
rake angle netral. Di sisi lain, file R25 memiliki tingkat kecorongan kontinyu pada
3 mm pertama daerah kerja file kemudian berkurang hingga pangkal file. Penampang melintang file R25 berbentuk S di sepanjang daerah kerja file. Camps dan Pertot, 1995 (dalam Wan dkk., 2010)36 menyatakan bahwa bentuk penampang melintang yang lebih kecil dapat menciptakan ruang lebih besar antara instrumen dan dinding saluran akar yang akan memudahkan pengeluaran debri. Bentuk penampang melintang yang lebih besar tidak memberikan cukup ruang untuk debri yang dapat menghalangi instrumen dalam pemotongan dentin. Sedangkan
39
Ingle dkk. (2002) mengemukakan bahwa bentuk penampang melintang segitiga meningkatkan keamanan, efektivitas pemotongan dan sensasi taktil saat instrumentasi, dan mengurangi area kontak antara instrumen dengan dinding saluran akar.28
Kedua variabel bebas merupakan sistem satu file sekali pakai yang dapat mengurangi waktu kerja dengan menyederhanakan tahapan penggunaan instrumen sekaligus mengurangi biaya operasional sehingga perawatan saluran akar dapat menjadi lebih efektif dan ekonomis. Alasan didesain sistem sekali pakai adalah potensi terjadinya fraktur instrumen disebabkan penggunaan berulang-ulang dan bahaya kontaminasi silang melalui instrumen disebabkan sterilisasi yang tidak tepat untuk instrumen berbahan dasar NiTi.60 Paque dkk (2011)50 melakukan penilaian terhadap hasil preparasi saluran akar menggunakan satu file F2 ProTaper dibandingkan dengan teknik ProTaper full sequence. Penilaian dilakukan terhadap perubahan volume dentin, persentase dinding yang terbentuk, derajat transportasi saluran akar, dan waktu kerja yang dibutuhkan F2 untuk mencapai panjang kerja. Saluran akar yang terbentuk diantara kedua teknik tidak berbeda signifikan, tetapi teknik satu file F2 memiliki waktu kerja yang lebih singkat.
Terlihat bahwa ternyata preparasi saluran akar menggunakan kedua instrumen osilasi tetap menyisakan tinta cina. Berdasarkan data penelitian, hanya tiga sampel dari masing-masing kelompok perlakuan yang menunjukkan nilai preparasi sempurna, yaitu persentase luas dinding sepertiga apeks saluran akar yang tidak terpreparasi sebesar 0% (sampel RC 6, RC 9, RC 13 dan WV 5, WV 9, WV 15). Peters dkk. (2001)43 menyatakan bahwa semua metode instrumentasi saluran akar meninggalkan sedikitnya 35% atau lebih area permukaan dinding saluran akar yang tidak terpreparasi. Dibandingkan dengan penelitian tersebut, penelitian ini menunjukkan hasil lebih baik dengan nilai terendah 0% dan nilai tertingginya 31,455% untuk semua sampel (Lampiran 3). Hal ini selaras dengan penelitian Burklein dkk. (2011)17 yang menyatakan bahwa area yang tidak terpreparasi terdapat di semua regio saluran akar (sepertiga korona, sepertiga tengah dan sepertiga apeks) setelah preparasi menggunakan Reciproc®, WaveOne®, Mtwo dan ProTaper. Hal ini didukung oleh penelitian sejenis menggunakan micro-computed tomography.43, 50
Nilai rerata untuk masing-masing kelompok perlakuan secara berurutan adalah 11,71744 dan 6,27913. Nilai minimum pada kelompok Reciproc® adalah 5,84585 dan nilai maksimumnya adalah 17,58903. Nilai minimum pada kelompok WaveOne® adalah 2,52840dan nilai maksimumnya 10,02985. Berdasarkan nilai rerata, instrumen WaveOne® meninggalkan lebih sedikit area dinding saluran akar yang tidak terpreparasi dibandingkan instrumen Reciproc® yang berarti instrumen WaveOne® lebih banyak mempreparasi dinding saluran akar walaupun perbedaan keduanya tidak bermakna. Nilai SD yang besar menunjukkan tingginya persebaran data di luar jangkauan kelompok, artinya data yang terdapat di dalamnya sangat bervariasi. Hal ini terlihat pada masing-masing kelompok perlakuan, keduanya menunjukkan nilai SD yang cukup besar.
Berdasarkan uji Mann-Whitney tidak terdapat perbedaan bermakna
diantara dua kelompok perlakuan. Tidak adanya perbedaan yang bermakna diantara dua kelompok perlakuan mungkin dikarenakan penyeragaman pembesaran diameter apeks dan tingkat kecorongan, yaitu 0,25 mm/ .08. Perbedaan besar sudut putar kedua instrumen masih menjadi pertanyaan hingga saat ini, tetapi keduanya memiliki selisih 120° sehingga dalam tiga siklus membentuk gerakan 360°.30, 41, 47 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Burklein dkk. (2011)17 bahwa baik Reciproc® maupun WaveOne® menunjukkan kemampuan membersihkan saluran akar yang baik meskipun menggunakan sistem satu file. Jika dibandingkan dengan sistem rotari full-sequence kemampuannya tidak berbeda bermakna, tetapi sistem satu file menunjukkan waktu preparasi yang lebih cepat (waktu preparasi berkurang 60%).17
Walaupun tidak terdapat perbedaan bermakna antara hasil preparasi dinding saluran akar di sepertiga apeks setelah dipreparasi menggunakan instrumen osilasi Reciproc® dan WaveOne®, tetapi kelompok perlakuan yang dipreparasi dengan instrumen osilasi WaveOne® menunjukkan nilai rerata luas area dinding saluran akar yang tidak terpreparasi lebih sedikit. Hal ini sejalan dengan Ingle dkk. (2002) mengemukakan bahwa bentuk penampang melintang segitiga meningkatkan keamanan, efektivitas pemotongan dan sensasi taktil saat instrumentasi, dan mengurangi area kontak antara instrumen dengan dinding saluran akar.28 Selain itu, file Primary (bentuk penampang segitiga) memiliki
41
pitch yang lebih rapat di bagian ujung file. Semakin kecil pitch atau semakin
pendek jarak antara dua pitch akan semakin banyak spiral yang terbentuk dan semakin besar helix angle yang terbentuk.29 Kemampuan memotong instrumen menunjukkan efektivitasnya dalam memotong dentin dalam preparasi dinding saluran akar. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan memotong suatu instrumen adalah helix angle, yaitu sudut dari cutting edge yang terbentuk sepanjang sumbu file yang dilihat secara longitudinal.29 Menurut Grande dkk. (2012) instrumen dengan helix angle seperti reamer (45°) bila digunakan secara rotari akan memberikan kemampuan memotong yang agresif dibandingkan instrumen dengan helix angle seperti file-K (30°). File Primary memiliki helical
angle yang lebih besar dibandingkan file R25 sehingga memberikan kemampuan
memotong dentin yang lebih baik.61
Ditinjau dari bentuk penampang instrumen, file R25 memiliki bentuk S dan file Primary memiliki bentuk segitiga. Dibandingkan bentuk segitiga, penampang dengan bentuk S menunjukkan kontak area antara instrumen dan dinding saluran akar yang lebih sedikit sehingga tidak semua dinding saluran akar dapat terpreparasi, tetapi instrumen dengan bentuk penampang S memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi.
Pada penelitian ini digunakan gigi premolar satu rahang bawah dengan kriteria masih utuh dengan akar gigi tumbuh sempurna, belum pernah dirawat endodontik saluran akar tunggal, dan tidak terdapat karies atau tumpatan di permukaan akar, dan saluran akar lurus. Kriteria yang masuk dalam penelitian, yaitu panjang gigi 18-24 mm (panjang akar gigi 10 -16 mm dan panjang mahkota 8 mm) dan instrumen awal menggunakan file-K no.15 (sampel yang digunakan dalam masing-masing kelompok adalah sampel dengan FA #15) sampai konstriksi apikal, tujuannya untuk menentukan panjang kerja (melalui radiograf). Penelitian dilakukan pada sepertiga apeks atau 5 mm dari apeks karena dinding saluran akar yang tidak terpreparasi lebih banyak terjadi pada 5 mm dari apeks (65%)23 dan bagian apeks merupakan bagian penting yang harus terpreparasi sebab kompleksitas anatominya membuat mikrorganisme banyak tertinggal di daerah ini dan menyebabkan kegagalan perawatan saluran akar.9
Sampel penelitian berjumlah 32 yang terbagi ke dalam dua kelompok perlakuan, yaitu kelompok pertama preparasi menggunakan instrumen osilasi Reciproc® dan kelompok kedua preparasi menggunakan instrumen WaveOne®. Masing-masing kelompok perlakuan terdiri dari 16 gigi yang didapat dari rumus perhitungan sampel Frederer. Alasan penggunaan rumus tersebut adalah karena sampel yang digunakan diambil dari makhluk hidup, pengumpulan sampel tidak mudah dan banyak kriteria yang harus dipenuhi sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan tidak banyak.
Penetrasi irigan dan aksi pembilasan irigasi bergantung pada sistem saluran akar, distribusi, kedalaman penempatan, volume serta sifat irigan itu sendiri.62 Penelitian ini menggunakan bahan irigasi NaOCl 2,5%. Bahan irigasi NaOCl umum digunakan karena larutan tersebut bersifat antimikroba dan dapat melarutkan jaringan organik.63 Trapegnie dkk. (2008) mengemukakan bahwa NaOCl dengan konsentrasi 5,25% dan 2,625% tidak terdapat perbedaan kemampuan dalam melarutkan jaringan. Sedangkan NaOCl 1% dan 0,5% sudah cukup efektif sebagai disinfektan tetapi tidak cukup efektif dalam melarutkan jaringan organik.64 Volume larutan irigasi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 2 ml. Abou Rass dkk. (2004) bahwa volume NaOCl 0,75-3 ml tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam fungsinya sebagai antimikroba tetapi larutan harus dapat mencapai daerah sepertiga apeks.65 Bahkan penambahan volume 6 ml, 12 ml, dan 50 ml sama-sama memberikan hasil yang efektif dalam membersihkan debris dentin.66 Jarum yang digunakan untuk mendistribusikan irigan berukuran 31G atau lebih kecil dari 0.3 mm dengan side-vented untuk mengoptimalkan irigasi dan debridement saluran akar.
Selain gerakan pecking, preparasi saluran akar di kedua kelompok juga
menggunakan gerakan brushing sesuai saran pabrik. Gerakan brushing berguna untuk menghilangkan internal triangle of dentin sekaligus membantu membentuk saluran akar dengan penampang melintang ireguler.41
Pembuatan spesimen pada penelitian ini telah didasarkan pada beberapa literatur sebelumnya, yaitu pembuatan longitudinal dengan alat tajam (chisel dari bahan stainless steel). Setelah gigi terbelah, salah satu bagian dipilih secara acak kemudian daerah sepertiga apeks diperiksa secara visual menggunakan mikroskop
43
stereo. Beberapa keunggulan mikroskop stereo adalah memungkinkan persepsi kedalaman yang lebih baik sehingga dapat mengamati objek dalam tiga dimensi, memiliki dua eyepieces yang memudahkan operator untuk melihat objek dengan kedua mata terbuka, serta fitur lensa pembesaran yang memudahkan pengaturan fokus dan resolusi.67
Pengukuran hasil preparasi saluran akar adalah analisis gambar menggunakan software Adobe Photoshop CS5. Spesimen merupakan potongan vertikal sampel dalam arah bukal-lingual sehingga dianggap mewakili bagian dinding yang terpreparasi. Pengamatan dilakukan oleh satu pengamat sebanyak dua kali pada setiap kelompok. Angka yang diperoleh dicatat sebagai data penelitian. Perhitungan statistik untuk melihat perbedaan pada kesua kelompok penelitian menggunakan uji statistik Mann-Whitney (uji hipotesis komparatif variabel numerik tidak berpasangan), yang merupakan uji alternatif dari uji t tidak berpasangan. Hal ini dilakukan karena data tidak memenuhi syarat uji t tidak berpasangan (distribusi data tidak normal, nilai kemaknaan p < 0,05 yaitu 0,048 untuk kelompok Reciproc® dan 0,003 untuk kelompok WaveOne®). Pada hasil uji, didapatkan nilai kemaknaan p antara kelompok Reciproc® dan WaveOne® adalah 0,265 (p > 0,05) yang berarti luas area dinding saluran akar yang tidak terpreparasi diantara kedua kelompok tidak berbeda bermakna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan luas area dinding saluran akar yang tidak terpreparasi di daerah sepertiga apeks setelah preparasi menggunakan instrumen osilasi Reciproc® dan WaveOne®.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen osilasi, baik Reciproc® dan WaveOne® tetap meninggalkan area yang tidak terpreparasi di daerah sepertiga saluran akar. Secara substansi, instrumen WaveOne® menunjukkan hasil yang lebih baik walaupun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
7.2. Saran
1. Diperlukan penyeragaman sampel dengan kriteria inklusi yang lebih spesifik sehingga didapat sampel yang lebih homogen.