• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. PresentasiBokong

3) Presentasi kaki/ lutut (incomplete breech); satuataukeduapahajaninberekstensidansatuataukedualututatau kaki terletakdibawahpanggulataukeluardarijalanlahir.

c. Faktor Predisposisi Presentasi Bokong

MenurutFeryanto& Fadlun (2014), faktor predisposisi dari presentasi bokongadalah :

1) Multipara.

2) Prematuritas, karena bentuk rahim relative kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala anak relative besar.

3) Hidramnion karena anak mudah bergerak.

4) Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.

5) Kelainan bentuk kepala yaitu : hidrosefalus dan anensefalus karena keduanya dapat mempengaruhi bentuk fungsi atau gerakan janin (kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul).

6) Penyebab lain seperti : anomali rahim, kehamilan ganda, panggul sempit dan tumor pelvis.

d. Mekanisme Persalinan Presentasi Bokong

Garis pangkal paha masuk serong kedalam pintu atas panggul. Pantat depan memutar kedepan setelah mengalami rintangan dari

otot-otot dasar panggul. Dengan demikian, dapat terjadi laterofleksi badan untuk menyesuaikan diri dengan lengkungan panggul.

Pantat depan tampak lebih dahulu pada vulva dan dengan trokanter depan sebagai hipoklion dan laterofleksi dari badan lahirlah pantat belakang pada pinggir depan perineum disusul dengan kelahiran pantat depan. Setelah bokong lahir, terjadi putaran paksi luar agar punggung berputar sedikit kedepan sehingga bahu dapat masuk pintu atas panggul dalam ukuran serong dari pintu atas panggul. Sesudah bahu turun, terjadilah putaran paksi dari bahu sampai ukuran bisakromial dalam ukuran muka belakang dari pintu bawah panggul oleh karena itu punggung berputar lagi kesamping.

Pada saat bahu akan lahir, kepala dalam keadaan fleksi masuk pintu atas panggul dalam ukuran melintang pintu atas panggul. Kepala ini mengadakan putaran paksi sedemikian rupa hingga kuduk terdapat dibawah simfisis dan dagu sebelah belakang. Berturut-turut lahir pada perineum, seperti dagu, mulut, hidung, dahi, dan belakang kepala (Rukmawati, 2014).

e. Tanda dan Gejala Presentasi Bokong

Menurut Rukmawati, dkk (2014), tanda dan gejala persalinan presentasi bokong yaitu :

1) Pergerakan janin teraba oleh si ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering merasa ada benda keras (kepala) mendesak tulang iga.

2) Pada pemeriksaan palpasi :

a) Akan teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.

b) Punggung janin dapat diraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan.

c) Diatas simfisis, teraba bagian yang kurang bundar dan lunak. 3) Bunyi jantung terdengar pada punggung janin setinggi pusat. f. Pemeriksaan diagnosis

1) Pemeriksaan Abdominal

Palpasi menurut Norma & Dwi (2013), yaitu : Dengan perasat Leopold didapatkan :

a) Leoplod I :

Bagian fundus teraba keras, bulat, dan melenting (kepala). b) Leopold II :

Menunjukkan punggung sudah berada pada satu sisi abdomen dan bagian-bagian kecil berada pada sisi lain.

c) Leopold III :

Bagian terbawah teraba lunak, kurang melenting, sudah masuk PAP.

d) Leopold IV :

g. Penatalaksanaan Persalinan Presentasi Bokong

Menurut Manuaba, dkk (2012), pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai dengan kematian bayi. Berdasarkan jalan lahir yang dilalui, maka persalinan letak sungsang menurut Marmi (2012), dibagi menjadi :

1) Persalinan Pervaginam

a) Persalinan spontan (spontaneous breech)

Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini disebut Bracht.Prosedur pertolongan persalinan dengan metode brachtmenurut Saifuddin (2008), yaitu :

(1) Persetujuan tindakan medik. (2) Persiapan sebelum tindakan.

(a) Ibu dalam posisi litothomi pada tempat tidur persalinan.

(b) Mengosongkan kandung kemih, rektum serta membersihkan daerah perineum dengan antiseptik. (c) Menyiapkan instrumen (bahan dan alat), meliputi :

perangkat untuk persalinan, perangkat untuk resusitasi bayi, uterotonika (ergometrin maleat, oksitosin), anestesi lokal (lidokain 2%), cunam piper (jika tidak ada, sediakan cunam panjang), semprit dan jarum no. 23 (sekali pakai), alat-alat

infus, povidon iodin 10% dan perangkat episiotomi dan penjahitan luka episiotomi.

(d) Persiapan untuk penolong, meliputi : pakai baju dan alas kaki ruang tindakan, masker dan kaca mata pelindung, cuci tangan hingga siku dengan sabun dibawah air mengalir, keringkan tangan dengan handuk DTT, pakai sarung tangan DTT/ steril, memasang duk (kain penutup).

(3) Melakukan tindakan pertolongan persalinan partus sungsang.

(a) Lakukan periksa dalam untuk menilai besarnya pembukaan, selaput ketuban dan penurunan bokong serta kemungkinan adanya penyulit.

(b) Instruksikan pasien agar mengedan dengan benar selama ada his (mengedan dengan benar : mulai dengan menarik nafas dalam, katupkan mulut, upayakan tenaga mendorong ke abdomen dan anus. Kedua tangan menarik lipat lutut, angkat kepala dan lihat ke pusar).

(c) Pimpin berulang kali hingga bokong turun ke dasar panggul. Lakukan episiotomi saat bokong membuka vulva dan perineum sudah tipis.

(4) Melahirkan bayi dengan cara Bracht :

(a) Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram secara bracht (kedua ibu jari penolong sejajar dengan panjang paha, jari-jari yang lain memegang daerah panggul).

(b) Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses keluarnya janin (bila terdapat hambatan pada tahapan lahir setinggi scapula, bahu atau kepala maka segera lanjut ke metode manual aid yang sesuai).

(c) Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada.

(d) Lakukan hiperlordosis janin pada saat angulus scapula inferior tampak dibawah simfisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan ke arah perut ibu tanpa tarikan) disesuaikan dengan lahirnya badan bayi.

(e) Gerakan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan kepala.

(f) Letakkan bayi diperut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat, bersihkan jalan nafas bayi oleh asisten, tali pusat dipotong.

(g) Setelah asuhan bayi baru lahir, berikan pada ibu untuk laktasi/ kontak dini.

(5) Melahirkan bayi dengan cara Klasik :

(a) Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dan dilahirkan sehingga bokong dan kaki lahir. (b) Tali pusat dikendorkan.

(c) Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan tarik ke atas. Dengan tangan kiri dan menariknya ke arah kanan atas ibu, untuk melahirkan bahu kiri bayi yang berada dibelakang.Dengan tangan kanan dan menariknya ke arah kiri atas ibu, untuk melahirkan bahu kanan bayi yang berada dibelakang.

(d) Masukkan 2 jari tangan kanan/ kiri (sesuai letak bahu belakang) sejajar dengan lengan bayi, untuk melahirkan lengan belakang bayi. Bila tahap ini sulit untuk melahirkan bahu belakang, maka lakukan cara Muller (melahirkan bahu depan terlebih dulu).

(e) Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik ke arah bawah kontralateral dari langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi depan dengan cara yang sama.

(6) Melahirkan bayi dengan cara Muller :

(a) Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki dengan cara yang sama seperti klasik, ke arah belakang kontralateral dari letak bahu depan.

(b) Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk melahirkan bahu dan lengan belakang.

(7) Melahirkan bayi dengan cara Louvset :

(a) Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan kedua tangan.

(b) Memutar bayi 180 derajat ke arah yang berlawanan ke kiri/ ke kanan.

(c) Beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara klasik/ muller.

(8) Melahirkan bayi dengan cara Ekstraksi Kaki :

(a) Tangan kanan masuk secara obstetrik menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi, tangan yang lain mendorong fundus ke bawah. Setelah kaki fleksi pergelangan kaki dipegang dengan 2 jari dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.

(b) Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari diletakkan dibelakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain didepan betis, kaki ditarik curam ke bawah sampai pangkal paha lahir.

(c) Pegangan dipindah ke pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua ibu jari dibelakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari lain didepan paha.

(d) Pangkal paha ditarik curam kebawah sampai trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi ke atas hingga trokhanter belakang lahir. Bila trokhanter telah lahir berarti bokong lahir.

(e) Sebaliknya bila kaki belakang dilahirkan terlebih dahulu, maka yang akan lahir lebih dahulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter depan makan pangkal paha ditarik terus curam ke bawah.

(f) Setelah bokong lahir maka dilanjutkan cara klasik, cara muller, cara louvset.

(a) Jari telunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan dilipatan paha bagian depan. Dengan jari ini lipatan paha/ crista illaka dikait dan ditarik curam ke bawah. Untuk memperkuat tenaga-tenaga tarikan ini, maka tangan penolong yang lain mencekam pergelangan tangan tadi dan turut menarik curam ke bawah.

(b) Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak dibawah simfisis, maka jari telunjuk penolong yang lain mengkait lipatan paha ditarik curam ke bawah sampai bokong lahir.

(c) Setelah bokong lahir, bayi dilahirkan secara klasik, cara muller, cara louvset.

(10) Melahirkan bayi dengan cara Mauriceau :

(a) Letakkan badan bayi diatas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-olah menunggang kuda.

(b) Satu jari dimasukkan dimulut dan 2 jari di maksila. (c) Tangan kanan memegang/ mencengkram bahu

tengkuk bayi.

(d) Minta seorang asisten menekan fundus uteri.

(e) Bersamaan dengan adanya his, asisten menekan fundus uteri, penolong persalinan melakukan

tarikan ke bawah sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing jari yang dimasukkan untuk menekan dagu/ mulut.

(11) Melahirkan bayi dengan cara Cunam Piper :

(a) Tangan dan badan bayi dibungkus kain steril, diangkat ke atas, cunam piper dipasang melintang, terhadap panggul dan kepala kemudian ditarik. (12) Melakukan manajemen aktif kala III.

(a) Lahirkan plasenta secara spontan atau manual apabila ada indikasi.

(b) Luka episiotomi/ robekan perineum dijahit.

(c) Beri uterotonika atau medikamentosa yang diperlukan.

(d) Awasi kala IV.

(e) Lakukan pemeriksaan dan pengawasan nifas. (13) Melakukan dekontaminasi alat.

(14) Cuci tangan pascatindakan. (15) Perawatan pascatindakan.

(a) Periksa kembali tanda vital pasien, segera buat instruksi bila diperlukan (catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan dalam kolom yang tersedia).

(b) Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai dilaksanakan dan masih memerlukan perawatan.

(c) Jelaskan pada petugas tentang perawatan, jadwal pengobatan dan pemantauan serta gejala-gejala yang harus diwaspadai.

b) Manual aid (partial breech extraction)

Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong. Tahapan prosedur manual aid adalah :

(1) Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri.

(2) Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik (Deventer), Mueller, Louvset, Bickenbach.

(3) Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit Smellie), Wajouk, Wid and Martin Winctel, Prague Terbalik, Cunan Piper.

c) Ekstraksi sungsang (total breech extraction)

Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.

h. Komplikasi persalinan letak sungsang

Menurut Manuaba, dkk (2012), komplikasi persalinan letak sungsang, yaitu :

1) Komplikasi pada ibu

Trias komplikasi ibu : perdarahan, robekan jalan lahir, infeksi. 2) Komplikasi pada bayi

a) Asfiksia bayi. Dapat disebabkan oleh :

(1) Kemacetan persalinan kepala : aspirasi air ketuban dan lendir.

(2) Perdarahan atau oedema jaringan otak. (3) Kerusakan pada medula oblongata. (4) Kerusakan persendian tulang leher. (5) Kematian bayi karena asfiksia berat. b) Trauma Persalinan

(1) Dislokasi – fraktur persendian, tulang ekstremitas. (2) Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung. (3) Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang

dasar kepala; fraktur tulang kepala; kerusakan pada mata, hidung atau telinga; kerusakan pada jaringan otak.

c) Infeksi dapat terjadi karena : (1) Persalinan berlangsung lama.

(2) Ketuban pecah pada pembukaan kecil. (3) Manipulasi dengan pemeriksaan dalam.

Dokumen terkait