• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru (Dekdikbud, 2000). Prestasi Belajar menurut Winkel (2004) merupakan taraf hasil belajar yang ditunjukkan seseorang setelah mendapatkan pendidikan atau latihan.

Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah melalui beberapa proses belajar untuk mengetahui sesuatu yang belum

diketahuinya, dan hanya dengan belajar maka siswa akan dapat mengetahui, mengerti, dan memahami sesuatu dengan baik. Prestasi belajar adalah hasil yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu sebagai hasil belajar (Wuryani, 2002). Prestasi belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebutkan hal ini sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk kebutuhan anak di dalam suatu program pendidikan (Maslow, 1994).

Tingkat prestasi siswa secara umum dapat dilihat pencapaian siswa terhadap materi pembelajaran. Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65 % yang dikuasai oleh siswa peserta didik maka persentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah (Djamarah, dkk., 2000).

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melalui usaha belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar tersebut ditunjukkan dalam tinggi-rendahnya nilai atau angka yang diberikan guru sebagai hasil evaluasi atas penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan.

commit to user

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor. Faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri orang yang belajar maupun dari luar dirinya (Dalyono, 1997).

Menurut Dalyono (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:

1) Faktor internal a) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam pilek, batuk dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar (Dalyono, 1997).

Salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental adalah gizi. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

b) Inteligensi dan Bakat

Inteligensi adalah kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman (Azwar, 1996). Inteligensi dan bakat merupakan aspek kejiwaan (psikis)

yang besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai inteligensi baik umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik dan sebaliknya. Bakat juga mempengaruhi dalam menentukan keberhasilan belajar (Dalyono, 1997).

c) Minat dan motivasi

Minat dan bakat merupakan aspek kejiwaan. Minat dapat terjadi karena daya tarik dari luar dan juga datang dari sanubari. Sedangkan motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2002).

d) Cara belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan (Dalyono, 1997).

2) Faktor eksternal a) Keluarga

commit to user

orang tua, besar kecilnya penghasilan, perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Di samping itu, faktor keadaan rumah tangga dan peralatan belajar turut mempengaruhi keberhasilan belajar (Dalyono, 1997). Alat bantu belajar digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan perbuatan belajar. Pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil yang lebih bermakna (Ahmadi, 1998).

Keadaan keluarga yang kurang harmonis, orang tua kurang perhatian terhadap prestasi belajar siswa dan keadaan ekonomi yang lemah atau berlebihan bisa menyebabkan turunnya prestasi belajar anak (Hamalik, 2001).

b) Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar, kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib, adanya teman dan keharmonisan di antara semua personil sekolah, semua itu turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak (Hakim, 2002).

Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan

kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, merupakan iklim sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa (Slameto, 2003).

c) Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.

d) Lingkungan sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya. Misalnya bila keadaan bangunan rumah penduduk sangat rapat, akan mengganggu belajar. Tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar (Dalyono, 1997).

commit to user e) Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar merupakan bimbingan dalam hal menemukan cara-cara belajar yang tepat, memilih program studi yang sesuai, dan mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan. Bimbingan belajar juga diartikan sebagai proses pemberian bantuan terhadap siswa untuk dapat belajar secara optimal dan dapat memenuhi tuntutan setiap mata pelajaran dan memperoleh hasil belajar yang baik setelah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kemampuan bakat, minat yang dimiliki masing-masing siswa (Winkel, 2004).

c. Penilaian Prestasi belajar

Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta

keberhasilan siswa maka dilakukan melalui tes prestasi belajar berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya. Tes prestasi belajar digolongkan dalam penilaian sebagai berikut:

1) Tes formatif

Tes yang diberikan kepada siswa pada akhir program satuan pembelajaran. Fungsinya untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa dalam penguasaan bahan atau materi yang bertujuan untuk memperoleh gambaran daya serap siswa terhadap bahasan tersebut (Purwanto, 2002).

2) Tes sub sumatif

Tes yang diberikan kepada siswa pada tahap-tahap tertentu misalnya dua minggu sekali atau satu bulan sekali selama catur wulan atau semester yang bersangkutan. Tujuannya selain untuk mengetahui gambaran daya serap materi yang telah diberikan, hasilnya akan digabungkan dengan nilai tes sumatif yang akan menjadi nilai rapor (Purwanto, 2002).

3) Tes sumatif

Tes ini biasa diadakan tiap catur wulan sekali atau setiap semester. Fungsi tes tersebut untuk menilai penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan selama jangka waktu tertentu (Purwanto, 2002).

4. Hubungan Asupan Energi dan Status Gizi dengan Prestasi Belajar

Dokumen terkait