• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip Hukum Pengelolaan Sumber Daya Alam (Migas)

Dalam dokumen Pengelolaan Industri Migas Nasional (Halaman 26-34)

Konstitusi UUD RI 1945 tidak mendefiniskan secara eksplisit tentang arti sumberdaya alam, namun pada Pasal 33 ayat (3) secara garis besar mengidentifikasi sumberdaya alam dengan rumusan bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Artinya, sumberdaya alam dalam bentuk apapun yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara dengan catatan mutlak, penggunaan dan pemanfaatannya harus demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, batasan sumberdaya alam hanya dapat ditemukan melalui teori-teori yang dikembangkan oleh para ahli di bidangnya masing-masing dan batasan-batasan yang dirumuskan melalui undang-undang organik, khususnya undang-undang pengelolaan sumberdaya alam.

Rees yang dikutip oleh Marilang33 mengemukakan bahwa sesuatu

untuk dapat dikatakan sebagai sumberdaya harus : 1. ada pengetahuan, teknologi atau keterampilan untuk memanfaatkannya; 2. harus ada permintaan (demand) terhadap sumberdaya tersebut. Dengan kata lain sumberdaya alam adalah faktor produksi yang digunakan untuk menyediakan barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi. Dengan demikian, secara umum sumberdaya alam dapat diklasifikasi ke dalam dua kelompok, yaitu :

1. Kelompok Stok (non Renewable). Jenis sumberdaya ini dianggap

memiliki cadangan yang terbatas, sehingga eksploitasinya terhadap sumberdaya tersebut akan menghabiskan cadangan sumberdaya,

33

Marilang, Pengelolaan Sumber Daya Alam Tambang dalam al-Risalah Volume 11 Nomor 1 Mei 2011 dapat juga dilihat dalam http://www.uin-alauddin.ac.id.

sumber stok dikatakan tidak dapat diperbaharui (non renewable) atau terhabiskan (exhaustible).

2. Kelompok Flow. Kelompok sumberdaya ini, jumlah dan kualitas fisik

sumberdaya berubah sepanjang waktu. Berapa jumlah yang dimanfaatkan sekarang, bisa mempengaruhi atau tidak mempengaruhi ketersediaan sumberdaya di masa mendatang. Sumberdaya ini dikatakan dapat diperbaharui (renewable) yang regenerasinya ada

yang tergantung pada proses biologi dan ada yang tidak.34

Sumberdaya alam tidak dapat terbarukan atau sering juga disebut sebagai sumberdaya terhabiskan adalah sumberdaya alam yang tidak memiliki kemampuan regenerasi secara biologis. Sumberdaya alam ini terbentuk melalui proses geologi yang memerlukan waktu sangat lama untuk dapat dijadikan sebagai sumberdaya alam yang siap diolah atau siap pakai. Apabila dieksploitasi sebagian, maka jumlah yang tinggal tidak akan pulih kembali seperti semula.

Salah satu yang termasuk dalam golongan sumberdaya tidak dapat terbarukan adalah tambang minyak dan nikel, yang memerlukan waktu ribuan bahkan jutaan tahun untuk terbentuk karena ketidakmampuan sumberdaya ini untuk melakukan regenerasi, sehingga sumberdaya ini sering juga disebut sebagai sumberdaya yang mempunyai stok yang tetap.

Sifat-sifat tersebut menyebabkan masalah eksploitasi sumberdaya alam tidak terbarukan (non renewable) berbeda dengan ekstrasi sumberdaya terbarukan (renewable). Pengusaha pertambangan harus memutuskan kombinasi yang tepat dari berbagai faktor produksi untuk

34

menentukan produksi yang optimal dan juga seberapa cepat stok harus diekstrasi dengan kendala stok yang terbatas.Dari sudut yuridis, pengertian sumberdaya alam telah dirumuskan dalam Rancangan Undang-undang tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam, melalui Pasal 1 bahwa “Sumberdaya alam adalah kesatuan tanah, air, dan ruang udara, termasuk kekayaan alam yang ada di atas dan di dalamnya yang merupakan hasil proses alamiah baik hayati maupun nonhayati, terbarukan dan tidak terbarukan, sebagai fungsi kehidupan yang meliputi fungsi ekonomi, sosial,

dan lingkungan.35

Kemudian dalam penjelasan umum Rancangan undang-undang

tersebut dijelaskan bahwa “Sumberdaya alam merupakan karunia dan

amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia sebagai kekayaan yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu sumberdaya alam wajib dikelola secara bijaksana agar dapat dimanfaatkan secara berdaya guna, berhasil guna, dan berkelanjutan bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat, baik generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Ketersediaan sumberdaya alam baik hayati maupun nonhayati sangat terbatas, oleh karena itu pemanfaatannya baik sebagai modal alam (stock resources) maupun komoditas (product) harus dilakukan

secara bijaksana sesuai dengan karakteristiknya”.36

Danusaputro37 mengemukakan bahwa prinsip hukum digunakan dalam

pengertian yang sama dengan asas hukum dan dasar hukum, sekalipun

35

Naskah Rancangan Undang-Undang Tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam.

36

Naskah Rancangan Undang-Undang Tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam.

37

St. Munadjat Danusaputro, Bina Mulia Hukum dan Lingkungan, (Bandung: Binacipta, 1984, h. 46-46. Lihat pula dalam bukunya yang berjudul Hukum Lingkungan : Buku I Umum, (Bandung: Binacipta, 1985), hal. 122-130.

dalam suatu prinsip terdapat prinsip yang lebih prinsip dari prinsip itu sendiri.

Dengan demikian, prinsip memiliki hirarki tertentu. Ronal Dworkin38

mengemukakan bahwa dalam hukum, prinsip merupakan pertimbangan moral tentang apa yang benar dan apa yang buruk yang meliputi prinsip tentang political morality dan political organization yang membenarkan pengaturan secara konstitusional, prinsip yang membenarkan metoda melakukan interpretasi menurut undang-undang, dan prinsip tentang hak asasi manusia yang substantif untuk membenarkan isi keputusan pengadilan.

Pandangan tersebut dapat membentuk pemahaman kita bahwa prinsip-prinsip atau asas-asas keadilan atau dasar-dasar yang paling pundamental yang dapat dijadikan pedoman dalam pengelolaan sumberdaya alam (khususnya tambang) dalam rangka upaya mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat atau kesejahteraan seluruh anggota masyarakat dalam komunitas tertentu.

Dalam beberapa teori politik yang dikembangkan oleh pakar-pakar politik, khususnya pakar keadilan sosial politik juga sering menggunakan istilah prinsip yang dimaknai atau searti dengan asas sebagai perwujudan nilai-nilai tertentu yang dijadikan pedoman, dasar, dan pondasi dalam membangun teorinya, seperti antara lain John Rawls menggunakan istilah

38

S.H.R. Otje Salman et. al., Teori Hukum : Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka

„prinsip keadilan‟ sebagai asas dalam membangun teori keadilan

sosialnya.39

Dalam konsiderans Rancangan Undang-undang tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam, Bagian menimbang, huruf c ditegaskan bahwa “Pengelolaan sumberdaya alam seharusnya didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, berkelanjutan, keterpaduan, demokratis”. Landasan filosofi sebaga imana dalam konsiderans RUU tersebut dipertegas kembali melalui Bab II tentang Prinsip dan Tujuan, Pasal 2 dengan rumusan bahwa “Pengelolaan

sumberdaya alam diselenggarakan berdasarkan prinsip-prinsip

keberlanjutan, keadilan, dan demokratis. Prinsip-prinsip atau asas-asas hukum dalam rancangan undang-undang tentang pengelolaan sumberdaya alam tersebut dijelaskan secara detil melalui penjelasan Pasal 2 yang selengkapnya berbunyi :

a. Prinsip keberlanjutan meliputi aspek-aspek kelestarian, kehati-hatian,

perlindungan optimal keanekaragangam hayati, keseimbangan, dan keterpaduan,

b. Prinsip keadilan meliputi aspek-aspek kesejahteraan rakyat,

pemerataan, pengakuan kepemilikan masyarakat adat, pluralisme hukum, dan perusak membayar.

c. Prinsip demokrasi meliputi aspek-aspek transparansi, kebangsaan dan

kesatuan, HAM, dan akuntabilitas publik.

39

John Rawls, A Theory of Justice (Teori Keadilan, Dasar-Dasar Filsafat Politik Untuk

Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Dalam Negara), Pustaka Pelajar, (Yogyakarta: Pustaka

Kemudian, dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, melalui Pasal 2 ditegaskan tentang asas-asas (prinsip-prinsip) pengelolaan pertambangan mineral dan batubara, yaitu:

a. Manfaat, keadilan, dan keseimbangan;

b. Keberpihakan kepada kepentingan bangsa;

c. Partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas;

d. Keberlanjutan dan berwawasan lingkungan.

Demikian juga dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, melalui Pasal 2 ditegaskan bahwa “Penyelenggaraan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi yang diatur dalam undang-undang ini berasaskan: Ekonomi kerakyatan, keterpaduan, manfaat, keadilan, keseimbangan, pemerataan, kemakmuran, dan kepastian hukum serta berwawasan lingkungan”.

Dari sekian banyak asas yang ditetapkan undang-undang dalam pengelolaan sumberdaya alam dan/atau tambang tersebut, namun penulis hendak merampingkannya menjadi 5 (lima) asas atau prinsip hukum yang dapat dijadikan pedoman pengelolaan sumberdaya alam (tambang) dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat, yakni:

1. Asas tanggung jawab Negara dimaksudkan sebagai perwujudan dari

prinsip Negara sebagai organisasi kekuasaan (politik) yang

berkewajiban melindungi segenap warga negara atau penduduknya, territorial dan semua kekayaan alam serta harta benda dari negara dan penduduknya. Asas ini relevan dengan pendapat pakar politik Adolf Markel yang mengatakan bahwa segala yang berbau kepentingan

umum harus dilindungi dan dijamin secara hukum oleh negara yang dalam Pasal 33 konstitusi UUD NRI 1945 ditegaskan dengan kalimat sumberdaya alam (bumi, air, dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya) yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

2. Asas manfaat mengandung arti bahwa perwujudan kesejahteraan

rakyat melalui pengelolaan sumberdaya alam (tambang) yang merata berdasarkan prinsip kebersamaan dan keseimbangan untuk mencegah terjadinya kesenjangan ekonomi, konflik sosial, dan budaya.

3. Asas keadilan merupakan prinsip keadilan yang meliputi aspek-aspek

kesejahteraan rakyat, pemerataan, pengakuan kepemilikan masyarakat adat, pluralisme hukum, dan perusak membayar. Asas keadilan ini

bertujuan untu mewujudkan penyelenggaraan pengelolaan

sumberdaya alam tambang yang menjamin keadilan antar dan inter-generasi. Di samping itu, asas ini juga bertujuan untuk mewujudkan perlindungan hukum bagi masyarakat adat dan masyarakat lainnya dalam pengelolaan sumberdaya alam tambang.

4. Asas keseimbangan dimaksudkan sebagai asas pengelolaan

sumberdaya alam tambang berdasarkan prinsip pelestarian

kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang

pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan

kesejahteraan manusia. Pengertian pelestarian mengandung makna tercapainya kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang dan peningkatan kemampuan tersebut.

5. Asas berkelanjutan mengandung makna setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi. Untuk terlaksananya kewajiban dan tanggung jawab tersebut, maka pengelolaan

sumberdaya alam tambang harus didasarkan pada prinsip

keseimbangan antara ketersediaan bahan tambang dengan kebutuhan konsumen dan pasar.

Dalam dokumen Pengelolaan Industri Migas Nasional (Halaman 26-34)

Dokumen terkait