• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip Hukum Perpajakan dan Pajak Bumi dan

Pajak merupakan sumber keuangan negara dalam melaksanakan pemerintah dan pembangunan, serta pemungutan pajak sudah didasarkan pada Undang-undang yang berarti bahwa pemungutan pajak tersebut sudah disepakati atau disetujui bersama antara pemerintah dengan rakyat, maka sudah sewajarnya kalau masyarakat sadar akan kewajibannya di bidang perpajakan. Masyarakat harus membayar pajak dengan benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pada hakikatnya pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu sarana perwujudan kegotong royongan nasional dalam Pembiayaan Negara dan Pembangunan Nasional, sehingga dalam pengenaannya harus memperhatikan kepastian hukum, keadilan, kesederhanaan serta ditunjang oleh sistem administrasi perpajakan yang memudahkan Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban pembayaran pajak.

Dengan berpegang teguh pada prinsip kepastian hukum dan keadilan, maka arah dan tujuan penyempurnaan Undang-undang ini adalah sebagai berikut : 1. Menunjang kebijaksanaan pemerintah menuju kemandirian bangsa dalam

membiayai pembangunan yang sumber utamanya berasal dari penerimaan pajak.

2. Lebih memberikan kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembiayaan pembangunan sesuai dengan kemampuannya.

Pajak itu tidak lain adalah pengalihan kekayaan dari satu tempat ke tempat lain, yang berarti pemindahan kekayaan dari seseorang atau beberapa orang kepada pihak kedua (Pihak II).

Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan dapat dipengaruhi aspek kehidupan masyarakat, oleh sebab itu pemungutan pajak harus benar-benar dilakuan menurut Undang-undang yang berlaku itu. Jadi sebelum dilakukan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan itu terlebih dahulu harus direncanakan suatu undang – undang ataupun peraturan yang sesuai guna pemungutan pajak tersebut sehingga efek yang negatif dapat dihindarkan.

Hal tersebut di atas sesuai dengan isi Pasal 23 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ayat (2) yang berbunyi : “Segala pajak untuk keperluan negara harus berdasarkan undang –undang”.

Di dalam pemungut an Pajak Bumi dan Bangunan juga harus memperhatikan unsur keadilan sehingga tercipta apa yang dinamakan pemerataan pajak.

Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan adalah kesadaran masyarakat dan bukan merupakan hutang perikatan kepada pemerintah, sehingga dapat dilihat bahwa pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan diusahakan berdasarkan Undang-undang atau peraturan.

Di dalam Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, maka segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat seperti pemungutan pajak dan lain-lain harus ditetapkan dengan undang – undang dan kewajiban dipenuhi dan ditaati sehingga dapat tersimpul makna bahwa Undang-undang itu adalah kekuasaan masyarakat.

Asas-asas di dalam Pajak Bumi dan Bangunan tersebut adalah : 1. Asas Adil

Di dalam hukum pajak asas adil dalam hal pemerintah melakukan pemungutan pajak, harus ada landasan kewenangan atau landasan kelayakan atau landasan yang memberikan hak yang wajar membenarkan bahwa pemerintah layak memungut pajak dari rakyatnya.

Untuk membenarkan pemerintah memiliki hak dan kewenangan dalam hal pemungutan pajak dari rakyat dengan rasa keadilan itu beberapan sarjana memberikan teori-teorinya, antara lain :

a. Teori Asuransi

Menurut teori asuransi ini, yang termasuk ke dalam tugas negara untuk melindungi orang dengan segala kepentingannya, keselamatan dan keamanan jiwa, serta harta bendanya.

Sebagaimana juga halnya dengan setiap perjanjian asuransi (pertanggungan) maka yang ditanggung (orang yang dilindungi) wajib membayar premi, dalam hal ini pajak inilah yang dianggap sebagai preminya yang pada waktu-waktu tertentu harus dibayar oleh masing-masing para wajib pajak.

Kelemahan teori ini :

a. Tidak terdapat hubungan langsung antara pembayaran pajak dengan jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada wajib pajak

b. Tidak ada masalah ganti rugi dari negara kepada pembayaran pajak.27

b. Teori Kepentingan

Dimana pada dasarnya penganut dari teori ini berpendapat bahwa masyarakat membayar pajak kepada negara karena memperhatikan pembahagian beban pajak yang harus dipungut dari seluruh penduduk.

27

Pembahagian beban ini harus didasarkan atas kepentingan orang-orang, masing-masing dalam tugas-tugas pemerintah yang bermanfaat baginya, termasuk juga perlindungan atas jiwa orang itu beserta harta bendanya. Maka sudah selayaknya bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh negara itu untuk menunaikan tugas rutinnya, untuk melindungi kepentingan mereka yang dibebankan kepada Wajib Pajak.

Kelemahan teori ini :

a. Adanya kontradiksi dimana golongan masyarakat tertentu dalam kenyataannya berkepentingan lebih banyak pada negara, tapi pajaknya lebih ringan atau mungkin juga bebas dari pajak

b. Adanya kesulitan untuk menentukan/menetapkan ukuran besarya pajak seseorang kepada negara.28

c. Teori Daya Pikul

Teori ini lebih menjelaskan bagaimana mestinya memungut pajak dengan adil. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan kemampuan Wajib Pajak untuk memikul beban pajaknya. Komponen-komponen yang menjadi ukuran kekuatan tersebut terutama melihat pendapatan, kekayaan dan juga melihat susunan keluarga Wajib Pajak. Karena hak manusia yang utama adalah hak untuk hidup, oleh karena itu maka para penganut teori ini berpendapat bahwa dasar keadilan pemungutan pajak adalah terletak pada jasa yang diberikan oleh negara kepada warganya yaitu perlindungan jiwa atau harta bendanya, dimana untuk itu

28

diperlukan biaya. Biaya-biaya ini dipikul oleh segenap orang yang memiliki perlindungan itu yaitu dalam bentuk pajak.

Yang menjadi pokok pangkal dari teori ini adalah keadilan yaitu tekanan pajak itu haruslah sama beratnya untuk setiap orang.

d. Teori Daya Beli

Menurut teori ini, fungsi pemungutan pajak dapat disamakan dengan pompa, yaitu mengambil daya beli dari rumah-rumah tangga dalam masyarakat dengan maksud untuk memelihara hidup masyarakat dan mengarahkannya ke tujuan tertentu, tanpa memperhatikan asal-usul darimana uang yang digunakan untuk membeli.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa wajar bila negara memungut pajak dari rakyat, dan rakyat wajar membayar pajak kepada negara, yang keduanya didasarkan kepada adanya kepentingan, baik pada negara maupun pada rakyat. Meskipun demikian akan tetap diusahakan agar pemunguan pajak tersebut adil dan merata.

2. Asas Kepastian Hukum

Hukum pajak dapat memberi jaminan hukum yang perlu untuk menyatakan keadilan dan tugas baik untuk negaranya maupun untuk warganya. Dalam asas yuridis diartikan bahwa pemungutan pajak hendaknya berdasarkan ketentuan hukum yang sah, baik berupa Undang-undang, maupun peraturan-peraturan. Hal ini dimaksud untuk menjamin kepastian hukum bagi pelaksana (pemerintah/inspeksi pajak) maupun bagi Wajib Pajak.

Mengenai Pajak Bumi dan Bangunan, di negara-negara hukum, segala sesuatu harus ditetapkan dalam Undang-undang. Asas ini tampak dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu Pasal 23 ayat (2) yang menyatakan bahwa pengenaan pemungutan pajak untuk keperluan negara hanya boleh terjadi berdasarkan undang – undang.

Adapun menurut R. Santoso Brotodihardjo, pengenaan pajak harus berdasarkan undang – undang, rationya adalah sebagai berikut :

”Pajak adalah pengalihan kekayaan dari sektor pemerintah untuk membiayai keperluan negara. Untuk itu tidak dapat ditunjukkan kontraprestasi secara langsung terhadap individu. Padahal peralihan kekayaan dari satu sektor kepada sektor lain, tanpa ada kontrapersepsi, hanya dapat terjadi, bila terjadi suatu hibah wasiat saja. Kemungkinan lain adalah hanya bilamana peralihan kekayaan itu terjadi karena kekerasan/paksaan, yaitu dalam peristiwa perampasan atau perampokan”.29

29

Ibid, hal. 36

Demikianlah halnya sudah menjadi keharusan dan kelaziman di negara hukum, dimana Pajak Bumi dan Bangunan dipungut berdasarkan ketentuan undang – undang dan dalam menyusun undang – undang nyata – nyata harus diusahakan oleh pembuat undang – undang untuk dapat tercapai keadilan dalam hal pemungutan pajak, demi kesejahteraan rakyat sebagai Wajib Pajak.

3. Azas Sederhana dan Mudah Dimengerti

Dalam suatu negara modern, suatu sistem pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan yang sewajarnya harus sesederhana mungkin sehingga mudah dimengerti oleh seluruh masyarakat.

C. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Dokumen terkait