• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Pembelajaran bagi Siswa Tunagrahita

8. Prinsip Pembelajaran

Dalam pembelajaran bagi siswa tunagrahita, ada prinsip pendidikan yang harus dilakukan. Pada dasarnya prinsip pembelajaran bagi siswa tunagrahita sama dengan siswa pada umumnya tapi juga harus menerapkan prinsip khusus dalam pembelajaran (Lay Kekeh Marthan, 2007: 176), yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

50

a. Prinsip Umum

a. Prinsip Motivasi, guru harus sering memberikan motivasi positif bagi anak agar bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

b. Prinsip Latar/ Konteks, dalam pembelajaran guru memanfaatkan lingkungan sekitar sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. c. Prinsip Keterarahan, dalam pembelajaran guru harus merumuskan tujuan

dan menyiapkan strategi, media, maupun metode yang tepat hingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

d. Prinsip Hubungan Sosial, selama proses pembelajaran guru mengoptimalkan interaksi dari berbagai arah sehingga siswa belajar untuk bersosialisasi.

e. Prinsip Belajar Sambil Bekerja, siswa diberikan kesempatan untuk melakukan percobaan dan pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

f. Prinsip Individualisasi, guru memahami karakteristik dari tiap siswa sehingga pembelajaran yang diberikan disesuaikan dan siswa akan mendapatkan pembelajran yang bermakna.

g. Prinsip Menemukan, siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengeksplorasi sehingga siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari permasalahan.

h. Prinsip Pemecahan Masalah, masalah yang diusung dalam pembelajaran adalah masalah yang familiar dengan siswa sehingga siswa akan lebih mudah dalam menganalisa dan memecahkan masalah tersebut.

51

b. Prinsip khusus

Pada anak tunagrahita, mereka mengalami hambatan dalam bidang intelektual yang dapat mempengaruhi aspek-aspek perkembangan yang lain. Anak tunagrahita selain kesulitan dalam intelektual mereka juga kesulitan dalam berperilaku adaptif sehingga sulit dalam berperilaku selayaknya orang pada usianya.

Prinsip pembelajaran yang diterapkan pada tunagrahita menurut Lay Kekeh Marthan (2007: 182-184) antara lain: (1) prinsip kasih sayang, karena hambatan intelektual yang disandangnya anak tunagrahita sering merasa kesulitan dalam memahami informasi yang dia terima, khususnya dalam hal akademik. Tugas yang diberikan guru, walaupun itu sangat sederhana atau mudah anak sering merasa kesulitan, sehingga guru sering menjadi jengkel dan menganggapnya bodoh. Untuk itu dalam mengajar anak tunagrahita guru perlu ekstra sabar dan penuh kasih sayang, serta jangan memaksakan materi pelajaran pada anak, karena anak mudah frustasi pada hal-hal yang dianggapnya sulit dilakukan; (2) prinsip keperagaan, kesulitan pada anak tunagrahita dalam bidang akademik, pada khususnya disebabkan oleh kesulitannya dalam berpikir abstrak. Dalam pembelajaran hendaknya siswa mengalami pengalaman langsung, dengan berada di situasi atau lingkungan yang dimaksud atau dengan penggunaan alat peraga. Pembelajaran dikaitkan dengan pengalaman yang dialami anak didik, misalnya lingkungan tempatnya tinggal; (3) prinsip habilitasi (mengembangkan potensi anak, meski kemampuan tersebut terbatas)dan

52

rehabilitasi (usaha untuk mengembalikan kemampuan yang hilang atau belum berfungsi secara optimal), meskipun mengalami hambatan dalam hal akademik, guru hendaknya mencari potensi lain dari anak tunagrahita. Apabila potensi itu ditemukan guru dapat mengembangkannya seoptimal mungkin.

Pertimbangan penggunaan pendekatan pembelajaran bagi tunagrahita berdasarkan atas karakteristik dan pelaksanaan program pembelajaran. Pertimbangan pendekatan pembelajaran juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip khusus, yaitu (Mumpuniarti. 2007: 53-56): a. Prinsip Pendidikan Berbasis Kebutuhan Individu

Direncanakan bersama orang tua siswa, sehingga pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan yang dirasa menjadi masalah. b. Prinsip Penerapan Tingkah Laku

Dalam memberikan bimbingan diberikan per-step, dilakukan dengan menggunakan target. Apabila anak tidak mencapai target yang diharapkan, maka waktu pelaksanaan diperpanjang, target dianalisis kembali, bila perlu dapat diuraikan menjadi bagian yang lebih sederhana. c. Prinsip Relevan dengan Kehidupan Sehari-hari dan Keterampilan yang

Fungsional di Keluarga dan Masyarakat

Prinsip pembelajaran yang dilakukan disekolah berdasarkan pada kebutuhan yang ada dalam keluarga atau masyarakat. Keterampilan yang diajarkan berupa optimalisasi kemampuan, sehingga paling tidak anak tunagrahita dapat merawat dirinya sendiri secara mandiri.

53

d. Prinsip Berinteraksi Maknawi Secara Terus Menerus dengan Keluarga Interaksi perlu ada antara guru dengan orang tua siswa dalam perkembangan yang dicapai oleh anak tunagrahita, sehingga perkembangan anak disekolah dapat terus dilanjutkan oleh orangtua dirumah. Dukungan orang tua dalam perkembangan keterampilan anak didik sangat diperlukan dalam rangka terlaksananya pembelajaran yang bermakna.

e. Prinsip Decelerating Behavior

Decelerating behavior diartikan sebagai pengurangan tingkah laku yang

negatif. Banyak cara yang dapat dilakukan agar prinsip ini dapat berjalan lancar misalnya dengan memberikan reward kepada anak bila mampu menahan sikap negatif, pemberian hukuman bila anak melakukan perbutan negatif. Mencegah situasi atau hal-hal yang dapat memicu sikap negatif itu muncul.

f. Prinsip Accelerating Behavior

Prinsip ini dilakukan dengan tujuan menciptakan kebiasaan dan mengoptimalkan kemampuan. Pengoptimalan kemampuan dilakukan dengan cara penjelasan sederhana maupun dengan pemberian tugas.

Pendekatan pembelajaran yang dilakukan bagi anak tunagrahita adalah dengan modifikasi tingkah laku. Penerapan modifikasi tingkah laku digunakan bagi pembelajaran tunagrahita, karena pendekatan tersebut memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik yang dikemukakan oleh Kazdin (Mumpuniarti, 2007: 58) adalah (1) terfokus pada perilaku yang dapat diamati (observable

54

behavior); (2) assesmen yang cermat terhadap perilaku yang akan diubah atau

dikembangkan; (3) evaluasi terhadap perubahan tingkah laku; (4) menekankan pada perubahan perilaku sosial yang bermakna. Strategi yang dilakukan menurut Muljono (Mumpuniarti, 2007: 59-63)adalah sebagai berikut:

1. Reinforcement, pemberian reinforcement tergantung pada kebutuhan, bila anak melakukan tindakan yang diharapkan diberikan pujian, atau pujian. Sedangkan apabila anak berperilaku tidak sesuai dengan harapan, guru dapat memberikan peringatan dengan mengerutkan kening, menggeleng, dsb.

2. Punishment, hukuman dilakukan bila anak melakukan kesalahan, yang dengan pemberlakuan hukuman ini akan mengurangi frekuensi dari perilaku negatif.

3. Extinction, yaitu mengabaikan perilaku anak didik bila sebelumnya telah diberikan reinforcement maupun punishment.

4. Shaping and Backward chaining, mengajari anak sesuatu secara bertahap, tidak langsung mempelajari secara keseluruhan.

5. Prompting and fading, dorongan (prompt) yang dilakukan agar anak melakukan sesuatu, misalnya perintah untuk membuang sampah dapat dihentikan bila anak sudah terbiasa melakukan hal itu (fading).

Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran bagi tunagrahita pada dasarnya sama dengan pembelajaran pada anak normal. Hanya saja dengan keterbatasan intelektual yang disandangnya terdapat beberapa perbedaan dalam pembelajaran. pembelajaran bagi tunagrahita harus

55

disesuaikan dengan kemampuannya. Pembelajaran dilakukan dengan memberikan materi perbagian, dan diperlukan motivasi terus menerus dari guru sehingga dalam pembelajaran terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih positif.

Dokumen terkait