• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. KAJIAN PUSTAKA

2.8. Ketrampilan Dasar IPS

2.8.2. Prinsip Pengembangan Ketrampilan Dasar IPS

Menurut Wahab, (2009:130) mengatakan bahwa, Seorang guru dapat memadukan antara ketrampilan dengan penguasaan konsep. Dalam pengembangan ketrampilan dasar IPS terdapat beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan, antara lain :

1. Ketrampilan dasar IPS harus diberikan sebagai bagian dari sebuah topik pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisah.

2. Siswa sebaiknya diberikan pemahaman tentang arti dan tujuan ketrampilan tersebut agar termotivasi untuk mengembangkannya.

3. Pemodelan berupa contoh yang baik sebaiknya diberikan, serta siswa dipandu untuk menggunakan ketrampilan dasar sehingga dapat mengembangkan kebiasaan yang baik sejak awal.

4. Siswa memerlukan peluang yang berulang-ulang untuk mempraktikkan ketrampilan. Dalam hal ini guru memberikan koreksi dan penguatan langsung

atas kinerja mereka sehingga siswa mengetahui apakah sudah berhasil atau masih memerlukan beberapa perbaikan.

5. Pada pengembangan ketrampilan dasar IPS, siswa memerlukan bantuan individual karena tidak semua siswa memiliki kecepatan yang sama dalam

hal penguasaan ketrampilan yang dipelajari.

6. Pembelajaran ketrampilan dasar IPS sebaiknya disajikan dengan cara mulai dari yang paling mudah menuju ke tingkat yang lebih sulit, dimulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit.

7. Siswa sebaiknya dibantu untuk menggeneralisasikan ketrampilan-ketrampilan yang mereka peroleh dengan mempraktikkannya pada berbagai keadaan.

8. Program pembelajaran sebaiknya luwes agar memungkinkan ketrampilan dapat diajarkan sesuai dengan keperluan siswa, Dalam hal ini, disarankan dalam satu kegiatan pembelajaran dapat dikembangkan beberapa ketrampilan sekaligus.

Sedangkan menurut Budidarma (2011) menyatakan prinsip - prinsip pengembangan ketrampilan dasar IPS adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran IPS haruslah bermakna bagi siswa. Kebermaknaan didapatkan dari model pembelajaran yang sesuai dengan konteks pemahaman terhadap diri dan lingkungannnya. Pembelajaran harus mengajak anak untuk mampu berpikir dan menemukan solusi dari permasalahan sehari-hari.

2. Pembelajaran diarahkan untuk mengoptimalkan tidak hanya sekedar kemampuan akademik melainkan juga sikap, nilai, perilaku dan keterampilan. Pengembangan nilai pada diri siswa dilakukan dalam interaksi berdasarkan prinsip-prinsip;

b. Penghargaan terhadap nilai dan moral. c. Identifikasi diri terhadap nilai dan moral.

d. Penerapan nilai dalam perilaku dan Pembentukan wawasan dan kebiasaan pendidikan ini memerlukan suatu latihan dan penerapan pembelajaran yang holistik.

3. Pembelajaran juga harus memberdayakan siswa membuat siswa memiliki kemandirian dan tanggung jawab pribadi. Materi pembelajaran haruslah melibatkan praktik yang melatih rasa kepercayaan diri dan tanggung jawab sebagai bagian dari kelompok.

Berdasarkan prinsip-prinsip itu berarti dalam pembelajaran di kelas guru jangan terjebak pada penekanan pengembangan ketrampilan dengan mengalihkan perhatian siswa terhadap penguasaan pengetahuan tentang fakta dan konsep saja. Karena dalam proses pembelajaran keterlibatan siswa harus totalitas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran, dan ketrampilan. Jadi dalam proses pembelajaran seorang guru harus mengajak siswa untuk mendengarkan. Menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesempatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukkan proses pembelajaran yang interaktif.

2.9. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Zaini (2004: 45) model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar. Jadi berarti model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang menggambarkan kegiatan dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi peserta didik dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran tertentu.

Pembelajaran kooperatif menurut Holubec dalam Nurhadi (2003:97), merupakan pendekatan pembelajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh.

Menurut Bruner dalam Siberman (2000:119) menjelaskan bahwa belajar secara bersama merupakan kebutuhan manusia yang mendasar untuk merespons manusia lain dalam mencapai suatu tujuan. Sementara menurut Lie (2004:7) pembelajaran kooperatif, tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam

menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

2.9.1. Prinsip Dasar dan Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif. Menurut Johnson & Johnson dalam Lie (2004: 15), prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggungjawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

d. setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuh kan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Adapun karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah:

a. siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing- masing individu.

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Walaupun dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam kelompok kecil, namun tidak ada kesempatan bagi siswa untuk hanya mengandalkan teman yang berkemampuan tinggi dalam penyelesaian tugas kelompok. Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran kooperatif harus menerapkan lima unsur, seperti yang dikemukakan oleh Entin dan Raharjo (2009:3) , yaitu :

a. Saling Ketergantungan Positif.

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha tiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

b. Tanggungjawab perseorangan.

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan ada pada persiapan guru dalam penyusunan tugas untuk siswa.

c. Tatap Muka.

Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

d. Komunikasi Antar Anggota.

Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Namun, tidak siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Maka pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi yang baik.

f. Evaluasi Proses Kelompok.

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka

agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

2.9.2. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif.

Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif Menurut Johnson & Johnson dalam Lie (2004:15), adalah:

1. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir, 2. Membantu siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya

3. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memformulasikan penerapan suatu prinsip,

4. Membantu siswa mengenali adanya suatu masalah dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah,

5. menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya, dan 6. mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.

Dokumen terkait