• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KONSEP KELUARGA SAKINAH DALAM BUKU FONDASI

A. Sekilas tentang Buku Fondasi Keluarga Sakinah

3. Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga

Pergaulan suami istri, orangtua, anak, dan antar anggota keluarga besar, terkait dengan prinsip-prinsip aspek muamalah (tidak antar manusia) pada umumnya, dan prinsip-prinsip dalam perkawinan dan keluarga pada khususnya. Adapun prinsip-prinsip dalam perkawinan dan keluarga yang disarikan dari ayat-ayat Alquran terkait adalah sebagai berikut:96

a. Berdasarkan batas-batas yang ditentukan Allah (al-Qiyamu bi hududillah).

96

Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah, “Fondasi Keluarga Sakinah, Bacaan Mandiri Calon

57

Istilah hudud Allah (batas-batas yang ditentukan Allah) muncul dal Alquran sebanyak 13 kali di delapan ayat di mana sartu ayat berkaitan dengan kekafiran dan kemunafikan Arab Badui, dan tujuh lainya terikat perkawinan dan keluarga:

a. Larangan menggauli istri saat I‟tikaf di masjid (QS. Baqarah/2:187: satu kali disebut).

b. Perselisihan suami istri (QS. Al-Baqarah/2: 229: empat kali disebut).

c. Thalaq ba‟in (QS. Baqarah/2: 230: dua kali disebut). d. Waris (QS. An-Nisa‟/4: 13-14: satu kali disebut).

e. Sumpah Dzihar (QS. Al-Mujadilah/58: 4: satu kali disebut). f. Perceraian (QS. Ath- Thalaq/65: 1: dua kalin disebut).

Ketentuan ini didasarkan kepada kemaslahatan bersama, bukan ditentukan oleh kepentingan salah satu pihak. Ayat-ayat yang mengandung kata hudud berisi tentang tindakan keterlaluan yang merusak keluarga dan dipandang melampaui batas-batas ketentuan Allah.

b. Saling rela (ridlo).

Prinsip ini tentang bolehnya mantan istri setelah habis masa iddah untuk menikah dengan laki-laki lain jika keduanya saling rela (QS. Al-Baqarah/2: 232), bolehnya menyusukan bayi pada perempuan lain jika ayah dan ibu saling rela (QS. Al-Baqarah/2:

58

233), dan bolehnya suami menggunakan mahar yang menjadi hak istri jika keduanya saling rela (QS. An-Nisa‟/4: 24).

c. Layak (ma‟ruf).

Allah sering menyebut kata ma‟ruf dalam konteks perkawinan dan keluarga. Dalam Al-Baqarah dusebut sebanyak 11 kali. Dan di An-Nisa‟ sebanyak dua kali, dan di surat ath- Thalaq sebanyak dua kali. Istilah layak disini secara sederhana berarti sesuatu yang baik menurut norma sosial dan ketentuan Allah. Jadi, misalnya dalam pembagian harta warisan, hubungan seksual suami istri, pengasuhan anak dan hal-hal lain dalam kehidupan keluarga, harus dijalankan sesuai dengan nilai kemanusiaan, norma sosial dan aturan agama. 97 d. Berusaha menciptakan kondisi yang lebih baik (Ihsan).

Ihsan berarti lebih baik atau biasa juga dimaknai sebagai upaya mmenciptakan kondisi yang jauh lebih baik. Alquran menyebutkan kata ini dalam konteks perkawinan sebanyak dua kali. Pertama, jika suami menceraikan istrinya, maka perceraian mesti dilakukan dengan cara-cara yang membuat kondisi istri dan keluarganya lebih baik dari pada ketika perkawinan dipertahankan (QS. Al-Baqarah/2: 229). Kedua, anak mesti bersikap kepada orang tua lebih baik dari pada sikap orang tua kepada anak (QS. AL-An‟am/6: 151). Ringkasannya, semua tindakan dalam keluarga harus membuat semua pihak menjadi lebih baik.

97

Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah, “Fondasi Keluarga Sakinah, Bacaan Mandiri Calon

59

e. Tulus (nihlah).

Prinsip nihlah (tulus) muncul dalam konteks pemberian mahar oleh suami kepada istri (QS. An-Nisa‟/4: 4). Dalam beberapa masyarakat, mahar dipandang sebagai alat pembayaran atas istri. Semakin tinggi nilai ekonomi sebuah mahar, semakin tinggi pula rasa memiliki suami atas istri. Mahar kemudian bisa menyebabkan istri bisa kehilangan kekuasaan atas dirinya sendiri karena diambil sepenuhnya oleh suami. Dalam Islam, mahar harus diberikan secara tulus, bukan alat pembayaran untuk menguasai. Jadi beberapa pun tingginya nilai ekonomi sebuah mahar, ia tidak bisa dijadikan alasan untuk menuntut istri agar taat secara mutlak pada suami. 98

f. Musywarah.

Prinsip musyawarah dalam QS. Al-Baqarah/2:233, yakni suami dan istri bisa memutuskan untuk menyusukan bayi mereka pada perempua lain setelah keduanya bermusyawarah dan saling ridlo atas keputusan tersebut. Secara umum prinsip ini menghendaki agar keputusan penting dalam keluarga selalu dibicarakan dan diputuskan bersama. Kepala keluarga tidak boleh memaksakan kehendaknya.99 g. Perdamaian (Islah).

Dalam hal perkawianan, Al-quran menyebutkan kata islah sebanyak tiga kali. Pertama, seorang suami dalam masa talak raj‟i itu lebih berhak untuk menikahi istrinya dengan syarat mempunyai

98

Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah, “Fondasi Keluarga Sakinah, Bacaan Mandiri Calon

Pengantin” (Jakarta: Ditjen Bimas Islam Kemenag RI Tahun 2017), 8

99

60

keinginan untuk berdamai (QS. Al-Baqarah/2: 228). Kedua, orang-orang yang bertindak sebagai penengah (hakam) bagi suami istri yang berselisih harus mempunyai keinginan untuk mencapai perdamaian (ishlah) supaya Allah memberikan jalan keluar (QS. An-Nisa‟/4: 35). Ketiga, seorang istri mengkhawatirkan suaminya nusyuz, maka ia bisa menempuh jalan perdamaian (QS. An-Nisa‟/4: 128). Prinsip ishlah menghendaki bahwa semua pihak dalam perkawinan dan keluarga mesti mengedepankan cara-cara yang mengarah pada perdamaian tanpa kekerasan.

Ketujuh prinsip perkawinan tersebut dapat dijalankan dengan baik jika didukung oleh empat pilar perkawinan yang kokoh sebagai berikut: 1) Berpasangan (zawaj). Suami dan istri laksana dua sayap burung yang

memungkinkan terang, saling melengkapi, saling menopang, dan saling bekerjasama. Dalam ungkapan Al-quran, suami adalah pakaian bagi istri dan istri adalah bagi suami.100 (QS. Al-Baqarah/2: 187):

َّ نُه َّ ساَبِل َّ مُكَل َّ مُت نَأَو َّ ساَبِل َّ نُه

Artinya: “Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka”.101

2) Perkawinan adalah ikatan yang kokoh (mitsaqan ghalizhan). sehingga bisa menyangga seluruh sendi-sendi kehidupan rumah tangga. Kedua pihak diharapkan saling menguatkan dalam menjaga ikatan

100

Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah, “Fondasi Keluarga Sakinah, Bacaan Mandiri

Calon Pengantin” (Jakarta: Ditjen Bimas Islam Kemenag RI Tahun 2017), 10

101

Departemen Agama RI. Al-Qur,an dan Terjemahannya, dilengkapi Asbabul Nuzul, (Jakarta: Lentera Optima Pustaka, 2011), 31

61

perkawinan dengan segala upaya yang dimiliki. Dijelaskan dalam surat An-Nisa‟/4: 21):

اًظيِلَغ اًقاَثيِم ْمُكْنِم َنْذَخَأَو ٍضْعَ ب ََٰلَِإ ْمُكُضْعَ ب َٰىَضْفَأ ْدَقَو ُوَنوُذُخْأَت َفْيَكَو

Artinya: “Dan bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”.102

3) Perkawinan harus dipelihara melalui sikap dan perilaku saling berbuat baik (mu‟asyarah bil ma‟ruf). Suami isteri harus selalu berfikir, berupaya dan melakukan segala yang terbaik untuk pasangannya. QS. An-Nisa‟/4: 19:

َّللا َلَعَْيََو اًئْيَش اوُىَرْكَت ْنَأ َٰىَسَعَ ف َّنُىوُمُتْىِرَك ْنِإَف ِفوُرْعَمْلاِب َّنُىوُرِشاَعَو

اًرْ يَخ ِويِف ُو

اًيرِثَك

Artinya: “Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.103

4) Perkawinan mesti dikelola dengan musyawarah. Musyawarah adalah cara yang sehat untuk berkomunikasi, meminta masukan, menghormatipandangan pasangan dan mengambil putusa yang terbaik. QS. Al-Baqarah/2: 233:

اَمُهْ نِم ٍضاَرَ ت ْنَع ًلَاَصِف اَداَرَأ ْنِإَف

اَمِهْيَلَع َحاَنُج َلََف ٍرُواَشَتَو

102 Ibid, 82 103 Ibid, 81

62

Artinya: “Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya”.104

Empat pilar ini dapat menguatkan ikatan perkawinan dan memperdalam rasa saling kasih sayang. Semua itu akan bermuara pada terwujudnya keluarga yang harmonis. Dengan empat pilar ini, suami dan istri akan senantiasa termotivasi untuk membangun ruamh tangga sesaui amanat ilahi. Dalam suatu hadis disebutkan bahwa harta terindah bagi seorang suami adalah istri yang shalihah (HR. Abu Daud). Dan tentu saja, bagi seorang istri, harta terindahnya adalah suami yang salih. Hal-hal seperti itulah yang akan membantu terwujudnya keluarga sakinah mawaddah wa rahmah.

Dokumen terkait