• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip-Prinsip Latihan

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 50-55)

Prinsip latihan merupakan salah satu faktor yang digunakan untuk menyusun program latihan yang benar, dengan mengetahui prinsip-prinsip latihan itu sendiri maka atlet berlatih dengan benar dan pelatih pun kan menyusun program latihan yang baik sehingga prestasi yang tinggi dapat diraih. Secara individu prinsip-prinsip ini juga dengan baik menyajikan bimbingan dalam rencana jangka panjang dan dapat memberikan dasar untuk mengubah program latihan bila muncul keadaan yang tidak diinginkan. Adapun prinsip-prinsip latihan menurut Ambarukmi et al ( 2007:9- 14) sebagai berikut:

a) Partisipasi aktif

Pencapaian prestasi merupakan perpaduan usaha atlet itu sendiri dan kerja keras pelatih, sehingga keduanya yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program latihan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi. b) Perkembangan multilateral

Tahap perkembangan multilateral diletakkan pada awal program pembinaan sebelum memasuki tahapan spesialisasi, yakni pada usia: 6-15 tahun, bertujuan: mengembangkan dan mengoreksi gerak dasar (jalan, lari, lompat, loncat, lempar, tangkap).

c) Individual

Setiap atlet memiliki potensi yang berbeda-beda dan berkarakter unik, setiap latihan menimbulkan respon yang berbeda pula.

d) Overload

Untuk meningkatkan kemampuan atlet perlu latihan dengan beban lebih (overload), yakni beban yang diberikan cukup menantang atau benar-benar membebani pada wilayah ambang batas kemampuan atlet (critical point). e) Spesifikasi

Program latihan hendaknya dirancang khusus sesuai dengan: (1) Cabang olahraga (permainan, beladiri dll)

(2) Peran olahragawan (penjaga gawang, smasher, pithcer) (3) Sistem gerak (anaerobik, aerobik)

(4) Pola gerak (close skill-openskill, siklis-asiklis) (5) Keterlibatan otot (otot pada organ apa saja) (6) Biomotor (kekuatan, kecepatan, daya tahan dll) f) Kembali asal (Reversible)

“Bila anda tidak menggunakan, anda akan kehilangan” itulah filosofi prinsip reversibilitas (kembali asal) yang diartikan sebagai kemunduran kemampuan atlet yang diakibatkan ketidaterturan dalam menjalankan program latihan.

g) Variasi

Model dan metode latihan yang monoton akan mengakibatkan kebosanan sehingga sasaran latihan tidak dapat dicapai, untuk itu perlu

dirancang model dan metode latihan yang beraneka ragam, dengan tetap mengacu pada sasaran latihan.

Dalam buku karangan Russel R. Pate et. al yang kemudian diterjemahakan oleh Kasiyo Dwijowinoto (1993; 317-320), menjelaskan bahwa prinsip-prinsip latihan adalah sebagai berikut :

a) Pembebanan berlebih

Azas latihan yang sangat mendasar adalah “pembebanan berlebih”. Hal ini dibuktikan dengan baik bahwa sebagian besar sistem fisiologi dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang melebihi dari apa yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

b) Konsistensi

Tidak ada pengganti konsistensi dalam suatu program latihan. Olahragawa yang berhasil hampir tanpa perkecualian, taat pada cara-cara latihan yang teratur selama beberapa tahun atau lebih.

c) Kekhususan

Pengaruh latihan sangatlah khusus. Pengaruh-pengaruh itu khusus untuk sistem fisiologis tertentu yang mendapat beban lebih pada kelompok otot yang digunakan dan tentu saja bagi serabut otot yang direkrut untuk melakukan kerja (Fox dkk, 1973; Pete dkk, 1978).

d) Kemajuan

Program latihan yang baik merencanakan tahapan kemajuan yang tetap untuk jangka waktu yang panjang. Apabila seorang olahragawan harus memeperbaiki diri sepanjang keikutsertaannya selama beberapa tahun, program latihannya harus meningkat sehingga sistem fisiologis yang berkaitan terus-menerus mendapat beban lebih.

e) Ciri Pribadi

Tak ada dua orang yang tepat sama dan tak ada dua orang yang secara fisiologis benar-benar sama. Dengan demikian, tidak ada dua orang olahragawan yang yang diharapkan memberi tanggapan terhadap peraturan latihan tertentu dengan cara yang sama. Faktor umur, seks, kematangan, tingkat kebugaran saat itu, lama berlatih, ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan

sifat-sifat psikologis harus menjadi bahan pertimbangan bagi pelatih dalam merancang peraturan latihan bagi tiap olahragawan.

f) Keadaan Pelatihan

Tanggapan olahragawan terhadap program latihan sangat tergantung pada kebugarannya pada awal program. Berdasarkan pengalaman, para pemula memberi tanggapan terbaik terhadap beban latihan sedang.

g) Periodisasi

Periodisasi adalah kecenderungan penampilan olahraga yang berubah-ubah dalam siklus waktu tertentu.

h) Masa stabil

Penampilan kebanyakan olahragawan cenderung meningkat secara menanjak (mendadak), tidak secara landai. Olahragawan mungkin mengalami berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun masa stabil.

i) Tekanan

Apabila tubuh dibiarkan berhadapan dengan penyebab tekanan dalam untuk satu periode waktu yang panjang (lama), apa yang dinamakan “sindrom tekanan” akan muncul dan ini dapat menyebabkan tingkat keletihan yang ditandai dengan kelelahan, sakit, dan cedera.

j) Tekanan Pertandingan

Pertandingan, secara fisiologis dan psikologis, lebih mendatangkan stress daripada latihan dan pertandingan yang berlebihan memberi resiko besar bagi olahragawan. Olahragawan yang bertanding terlalu sering khususnya, mudah mendapatkan kesulitan berhubunan dengan stress.

Dengan mengetahui prinsip-prinsip latihan tersebut, maka seorang pelatih dapat menyusun program latihan yang baik dan sistematis sehingga dapat menuju kearah prestasi yang tinggi bagi atletnya.

f. Prestasi

Kata prestasi sering kali terdengar dalam pembicaraan yang menyangkut bidang olahraga maupun dibidang akademik, berikut ini pendapat ahli tentang pengertian dari prestasi itu sendiri. Menurut Agus Kristiyanto (2012 : 27) “prestasi adalah hasil upaya maksimal yang dicapai olahragawan atau kelompok olahragawan (tim) dalam

kegiatan olahraga. Prestasi olahraga adalah hasil akhir yang diperoleh seorang atlet maupun pelatih dalam suatu kegiatan kejuaraan. Menurut pendapat di atas prestasi adalah sebuah hasil dari upaya maksimal, upaya maksimal di sini adalah usaha yang dilakukan atlet, pelatih, maupun manajemen.

Untuk atlet usaha maksimal yang dapat dilakukan adalah menjalankan program latihan yang diberikan oleh pelatih secara disiplin dan menumbuhkan motivasi dalam diri sendiri. Dengan motivasi dari dalam atlet akan terus berlatih sepanjang waktu baik itu bila akan menghadapi pertandingan maupun tidak ada pertandingan. Untuk pelatih usaha maksimal yang dapat dilakukan adalah memberikan program latihan yang sesuai dengan karakteristik atlet karena setiap atlet mempunyai kerakteristik sendiri-sendiri dan juga seorang pelatih harus mampu memberikan dorongan motivasi kepada para atletnya. Sedangkan untuk manajemen usaha maksimal yang dapat dilakukan dengan cara menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan baik atlet maupun pelatih seperti sarana dan prasarana yang memadai dan sumber dana yang mencukupi.

Dalam sebuah kejuaraan atlet yang menjadi ujung tombak sebuah pencapaian prestasi ini dikarenakan atletlah yang berjuang membawa nama baik organisasi, sehingga atlet membutuhkan dukungan penuh dari segala elemen baik itu dari pelatih, manajemen, dan masyarakat agar mendapatkan prestasi yang tinggi. Begitu pula pada cabang olahraga di dalam NPC Jawa Tengah yang mana diketahui bahwa atlet-atlet nya adalah mereka yang mempunyai kekurangan sehingga membutuhkan dukungan dari masyarakat umum agar dapat mengangkat mental mereka sehingga dapat berjuang secara maksimal dan mendapatkan prestasi yang tinggi.

Prestasi olahraga mempunyai karakteristik tersendiri menurut H.J.S Husdarta (2010: 139) ada tiga dimensi karakteristik prestasi olahraga yaitu:

1) Prestasi itu dinyatakan melalui aspek jasmaniah. Prestasi olahraga diarahkan untuk menguasai, memelihara, dan mengoptimalkan keterampilan gerak. (Wiss. Beirat des Deutschen Sport-bundes, 1980; dalam Hegele, 1992).

2) Kegiatan dilaksanakan dengan sukarela.

3) Kegiatannya tidak dimaksudkan untuk menghancurkan orang tetapi justru untuk meningkatkan solidaritas.

Dari pendapat ahli di atas dapat diuraikan bahwa sebuah prestasi olahraga mempunyai beberapa karakteristik yaitu prestasi itu dinyatakan melalui aspek jasmaniah. Aspek jasmani merupakan aspek fisik yang membutuhkan latihan yang berkelanjutan untuk dapat menguasainya, yang selanjutnya gerakan itu dapat berkembang secara optimal dan menjadi sebuah gerakan refleks yang terkoordinasi dengan baik. Gerakan refleks yang terkoordinasi dengan baik akibat latihan yang berkelanjutan inilah yang dibutuhkan dari setiap cabang olahraga agar dapat mencapai prestasi yang maksimal.

Karakteristik yang kedua bahwa olahraga merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela. Dengan melakukan kegiatan olahraga secara sukarela penguasaan terhadap gerakan olahraga yang dilakukan akan dapat dikuasai secara cepat. Setiap atlet yang ingin berprestasi akan melakukan gerakan-gerakan di dalam olahraganya secara sukarela hal ini dikarenakan atlet tersebut menyukai olahraga yang ditekuninya. Dengan menyukai olahraga yang ditekuninya atlet tersebut tidak akan jenuh untuk berlatih sikap tidak jenuh berlatih inilah yang dibutuhkan oleh para atlet untuk dapat berprestasi.

Karakteristik prestasi olahraga yang ketiga adalah kegiatan olahraga dilakukan bukan untuk saling menghancurkan tetapi untuk meningkatkan solidaritas. Olahraga merupakan sarana untuk saling mengenal antara individu yang terlibat di dalamnya karena olahraga mempunyai dimensi sosial yang tinggi, setiap even olahraga digelar di situlah banyak berkumpul atlet-atlet dari daerah maupun kelompok yang berbeda dengan begitu mereka akan saling mengenal. Meskipun di dalam arena para atlet bertanding secara sengit berusaha untuk saling mengalahkan tetapi ketika berada di luar arena mereka akan segera lupa pertandingan yang sengit di dalam arena tadi, itulah mengapa olahraga menjadi ajang untuk memupuk solidaritas.

Dalam dokumen BAB II LANDASAN TEORI (Halaman 50-55)

Dokumen terkait