• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEMOKRASI,

D. Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Islam

Ajaran Al-Qur’an yang behubungan dengan politik dan sistem pemerintahan sesungguhnya telah diterapkan oleh Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Islam lahir negara di bawah pimpinan Nabi Muhammad saw. Dalam periode madinah inilah ayat-ayat Al-Qur’an tentang tata hidup kemasyarakatan berangsur-angsur diwahyukan selama sepuluh tahun kepada Nabi Muhammad saw.92

Diantara ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan merupakan pedoman hidup bernegara, misalnya bunyi arti dari ayat yang ada pada QS An Nisa’ (4): 59:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (Sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari Kemudian. Demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”93

Hidup bernegara sebagaimana masyarakat pada umumnya tentu setiap orang merasa cinta akan tanah kelahirannya, cinta terhadap tempat tinggalnya dan cinta terhadap negaranya yang ditempati saat ini. Ayat Al-Qur’an yang menjadi dalil cinta tanah air yaitu pada QS. At-Taubah ayat 122, artinya:

“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan

perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi

92 KH Ahmad Azhar Basyir, Negara dan Pemerintahan dalam Islam, UII Press, Yogyakarta, 2000, Hlm. 26.

48

untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.”94

Penafsiran dari ayat tersebut menurut Syekh Muhammad Mahmud al-Hijazi adalah ayat tersebut mengisyaratkan bahwa belajar ilmu adalah suatu kewajiban bagi umat secara keseluruhan, kewajiban yang tidak mengurangi kewajiban jihad, dan mempertahankan tanah air juga merupakan kewajiban yang suci. Karena tanah air membutuhkan orang yang berjuang dengan pedang (senjata), dan juga orang yang berjuang dengan argumentasi dan dalil. Bahwasannya memperkokoh moralitas jiwa, menanamkan nasionalisme dan gemar berkorban, mencetak generasi yang berwawasan ‘cinta tanah air sebagian dari iman’, serta mempertahankannya (tanah air) adalah kewajiban yang suci. Inilah pondasi bangunan umat dan pilar kemerdekaan mereka.

Pedoman umat muslim dalam hidup bernegara selain diatur dalam Al-Quran juga diatur di dalam hadits. Dalam hadits Nabi riwayat Bukhari, Abu Dawud, Muslim dan Nasai mengajarkan “Tidak boleh taat kepada seorangpun dalam hal yang merupakan durhaka terhadap Allah, taat hanya dalam hal yang makruf.”95

Dari ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi tersebut diperoleh suatu ketentuan bahwa menurut ajaran Islam, yang menjadi asas dalam kehidupan

94 Al-Quran surat At-Taubah ayat 122.

49 bernegara adalah Al-Qur’an dan sunah Rasul.96

Selama seseorang hidup di dalam sebuah negara, rakyat akan dipimpin oleh seorang pemimpin negara tersebut yang biasa disebut Presiden atau dengan sebutan lain di beberapa negara seperti perdana menteri atau raja. Seorang pemimpin memiliki tanggung jawab terhadap rakyat yang dipimpinnya agar dapat menjalankan kehidupan yang baik.

Berkaitan dengan seorang pemimpin, ada beberapa hal yang diatur di dalam Al-Quran terhadap umat muslim untuk meilih seorang pemimpin. Berikut adalah arti yang terdapat dari beberapa ayat di dalam Al-Quran yang mengatur umat muslim untuk memilih seorang pemimpin.

Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (waly) pemimpin, teman setia, pelindung) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah kamu kembali.”97

“Hai orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang-orang-orang mukmin. Apakah kami ingin mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?”98

“Hai orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang

96 Ibid.

97 Al-Quran Surat Ali Imran (3): 28. 98 Al-Quran Surat An-Nisa (4): 144.

50

kafir (orang-orang musyrik) sebagai WALI (pemimpinmu). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.”99

Seorang pemimpin di dalam sebuah negara memiliki peran atau tugas untuk menjaga rakyat yang dipimpimnya agar dapat hidup aman, damai dan sejahtera. Dengan berbagai macam bentuk pemerintahan di beberapa negara, tentu seorang pemimpin negara menginginkan pemerintah dan rakyatnya dapat hidup makmur dan membangun bangsanya lebih baik.

Berkaitan dengan pemerintahan di dalam sebuah negara, terdapat beberapa prinsip yang ada pada pemerintahan Islam yaitu:

a) Prinsip Musyawarah

Prinsip pertama dalam tata aturan politik Islam yang amat penting karena kebijakan pemerintah dalam sistem pemerintahan Islam haruslah berdasarkan atas kesepakatan musyawarah. Pentingnya kedudukan musyawarah ini dalam agama Islam hingga salah satu surat di dalam Al-Qur’an ada yang bernama surat Syura (Surat Musyawarah). Dalam surat Asy Syura (42): 38 yang artinya:

“dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) suruhan Tuhan dan mendirikan solat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka.”100

Ayat ini menyatakan pujian kepada setiap orang mukmin karena telah memutuskan hal-hal yang menjadi kepentingan bersama dilakukan dengan

99 Al-Qur’an Surat Al-Ma’idah (5): 57. 100 Al-Qur’an Surat Asy Syura (42): 38.

51 musyawarah sesuai ajaran Islam.

Umat Islam harus tetap bermusyawarah dalam sistem politik Islam sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah ketika bermusyawarah dengan para sahabatnya dalam segala urusan. Hal ini mengartikan bahwa sebagai pemimpin haruslah melakukan musyawarah baik itu dengan para sahabat, orang-orang yang membantu di dalam suatu kekuasaan maupun dengan rakyat, sebab musayawarah merupakan kegiatan pertemuan untuk menyampaikan pendapat dan keingninan dari sejumlah masyarakat demi tercapainya sebuah kebaikan umat.

b) Prinsip Keadilan

Prinsip kedua adalah prinsip keadilan. Seperti halnya dalam menegakkan hukum yang perlu akan adanya keadilan, dalam menjalankan pemerintahan Islam juga memerlukan keadilan. Keadilan dapat diartikan meletakkan sesuatu pada tempat yang sebenarnya atau menempatkan sesuatu pada proporsinya yang tepat dan memberikan kepada seseorang sesuatu yang menjadi haknya.101

Prinsip keadilan banyak sekali terdapat dalam ayat Al-Qur’an, adil dalam segala aspek kehidupan manusia. QS An Nahl (16): 90 mengajarkan, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi

52 pelajaran kepadamu, agar kamu dapat mengambil pelajaran.”102

QS Al Maidah (5): 42 mengajarkan, “.... dan jika kamu memutuskan perkara mereka, putuskanlah (perkara itu) di antara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.”103

Dapat disimpulkan bahwa ayat-ayat di atas memerintahkan umat Islam untuk berbuat adil dan begitu juga sebaliknya melarang mengancam dengan sanksi hukum bagi orang-orang yang berbuat sewenang-wenang.104 Adil bagi penguasa dalam menentukan kebijakan untuk rakyatnya dan adil bagi seluruh rakyat dalam memenuhi kewajiban dan hak-haknya.

c) Prinsip Kebebasan

Prinsip kebebasan adalah kebebasan yang meliputi kebebasan pribadi, kebebasan mengemukakan pendapat dan kebebasan beragama.105 Kebebasan pribadi yang termasuk hak yang memperoleh jaminan hukum yaitu orang yang mati karena mempertahankan harta bendanya dari suatu bahaya atau tindakan kriminal orang lain. Dalam ajaran hadits Nabi riwayat Abu Dawud, Turmudzi, Nasai dan Ibnu Hibban yang menyatakan, “barang siapa mati karena mempertahankan harta bendanya, dia adlah mati syahid.”106

102 Al-Qur’an Surat An Nahl (16): 90. 103 Al-Qur’an Surat Al Maidah (5): 42.

104 http://www.suduthukum.com/2015/01/prinsip-prinsip-politik-islam.html, diakses terakhir pada 28 Desember 2017 pkl 23.30 WIB.

105 KH Ahmad Azhar Basyir, Op. Cit., Hlm. 33. 106 Ibid., Hlm. 34.

53 Sedangkan kebebasan mengemukakan pendapat terdapat dari adanya perintah untuk menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, artinya menjalankan kebaikan dan mencegah hal-hal yang buruk sebagaimana yang ada dalam QS Ali Imran (3): 10 yang artinya:

“kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”107

Lalu dalam QS Luqman (31): 17 yang artinya:

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”108

Dari ayat-ayat tersebut menganjurkan kepada manusia untuk selalu berbuat kebaikan menjaga perkataan dan perbuatan agar tidak melakukan hal buruk serta memerintahkan untuk saling mencegah hal buruk yang akan terjadi kepada siapapun. Hal ini bukan hanya kewajiban dari seorang penguasa di pemerintahan namun juga seluruh umat manusia.

Kebebasan beragama diperoleh pedomannya dalam banyak ayat-ayat

107 Al-Qur’an Surat Ali Imran (3): 10. 108 Al-Qur’an Surat Luqman (31): 17.

54 Al Qur’an karena Islam mengajarkan agar dalam masalah keyakinan agama itu diperoleh dengan kesadaran, jangan dilakukan hanya atas dasar tradisi warisan nenek moyang, dan tidak benar untuk memaksa orang lain memeluk agama Islam.109

QS Al Baqarah (2): 256 yang artinya:

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”110

d) Prinsip Persamaan

Prinsip ini berarti bahwa setiap orang dalam masyarakat memiliki hak yang sama, diperlakukan sama terhadap hukum, mempunyai persamaan mendapat kebebasan, tanggung jawab, tugas-tugas kemasyarakatan tanpa diskriminasi rasial, asal-usul, bahasa dan keyakinan.111

Dalam QS Al Hujarat (49): 13 mengajarkan,

“Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”112

Dengan prinsip ini tidak ada penguasa yang sewenang-wenang

109 Ibid., Hlm. 37.

110 Al-Qur’an Surat Al Baqarah (2): 256.

111 http://www.suduthukum.com/2015/01/prinsip-prinsip-politik-islam.html, diakses terakhir pada 29 Desember 2017 pkl 07.00 WIB.

55 melakukan perbudakan bahkan nkriminalisasi terhadap suatu golongan atau umat, penguasa tidak perlu melakukan pencitraan terhadap suatu golongan agar mendapatkan simpati dari rakyat padahal faktanya kemungkinan justru menyengsarakan rakyat, karena pada prinsipnya semua manusia itu sama.

56