• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bab ini akan diuraikan tentang pendidikan akhlak anak dalam buku Cara Nabi Mendidik Anak karya Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid.

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai implementasi pendidikan akhlak anak dalam buku Cara Nabi Mendidik Anak karya Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid di kehidupan sehari-hari.

BAB V PENUTUP

26

BAB II

PEMAPARAN BUKU

Umumnya sebuah karya ilmiah atau buku-buku ilmiah karya seseorang terdapat informasi mengenai pengarang buku. Informasi tersebut bisa berisikan tentang biografi pengarang, latar belakang kehidupan, maupun karya-karya lain dari pengarang. Sehingga memudahkan pembaca untuk mengetahui latar belakang kehidupan pengarang buku. Biografi atau latar belakang kehidupan pengarang biasanya terletak pada halaman terakhir buku.

Namun berbeda dengan buku Cara Nabi Mendidik Anak, penulis tidak menemukan informasi secara terperinci tentang pengarang. Di dalam buku Cara Nabi Mendidik Anak tidak terdapat biografi pengarang seperti umumnya buku ilmiah yang lain. Latar belakang kehidupan atau karya-karya lain juga tidak ditemukan. Penulis berusaha mencari informasi tentang biografi pengarang, baik melalui media internet, bertanya dengan blogger, dan ke perpustakaan. Namun penulis tidak menemukan informasi tersebut. Penulis sekedar mengetahui bahwa buku Cara Nabi Mendidik Anak adalah karya Muhammad Ibnu Abdul Suwaid yang bertempat tinggal di Kuwait. Pada awal buku terdapat pengantar dan beberapa testimoni dari para tokoh. Abdur Rahman Hasan Habnakah (dalam Muhammad, 2004:x) mengemukakan bahwa pengarang buku Cara Nabi Mendidik Anak adalah seorang pemuda mukmin dan seorang insinyur dari Kuwait.

27

Buku ini merupakan terjemahan dari judul asli “Manhaj Tarbawiyah Nabawiyah Lith Thafli” karya Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid. Cara Nabi Mendidik Anak merupakan buku yang diterjemahkan oleh Hamim Thohari, Tholhah Nuhin, Nur Kosim, dan Saad Mubarok. Diterbitkan oleh Al-I‟tishom Cahaya Umat dengan ketebalan buku

15.5x24cm yang mempunyai 452 halaman. Banyak pengarang buku yang menghasilkan sebuah karya tentang pendidikan anak. Perhatian yang besar terhadap pendidikan anak menjadi salah satu alasan. Namun berbeda dengan buku atau karya-karya lain, buku Cara Nabi Mendidik Anak merupakan buku berisi tentang pendidikan anak yang disusun secara terpadu dan bersumberkan atas petunjuk serta sunnah Rasulullah saw.

Seperti yang telah diuraikan di atas, buku karya Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid termasuk dalam buku yang mengkaji sunnah-sunnah Rasulullah saw. sunnah tersebut adalah petunjuk tarbawi Rasulullah saw untuk para pendidik, baik orang tua maupun guru. Petunjuk ini sebagai dasar dalam membimbing serta mengarahkan anak sesuai dengan sunnah-sunnah yang harus diteladani. Pada buku Cara Nabi Mendidik Anak, Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid menekankan perhatiannya pada pendidikan Islam, terlebih pendidikan untuk anak. Akan tetapi dalam bukunya ini, Suwaid tidak memaparkan secara langsung pendapatnya, beliau memaparkan berdasarkan sunnah-sunnah Nabi Muhammad saw.

Dalam buku karangan Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid ini sudah mencakup hampir seluruh bahasan tentang pendidikan anak berdasarkan atas petunjuk sang pendidik agung, Muhammad saw.

28

Metodologi yang digunakan Suwaid dalam menyusun buku adalah menjadikan sumber nabawi sebagai dasar utama pijakan berfikir. Muhammad Ibnu Abdul Suwaid sama sekali tidak memaparkan pemikirannya terlebih dahulu sebelum menemukan nash-nash hadits.

Dalam buku Cara Nabi Mendidik Anak, pengarang membagi bahasan menjadi dua bagian dan masing-masing terdiri dari beberapa bab kemudian dijabarkan lagi menjadi subbab. Pengarang menggunakan kata-kata atau bahasa yang praktis dan mudah dipahami. Dalam buku ini terdapat banyak contoh-contoh dari para salafus shalih atau para alim ulama tentang mendidik anak.

Judul bagian dan bab-bab serta penjabaran menjadi beberapa subbab dalam buku ini tersusun sebagai berikut:

1. Persiapan menjadi orang tua dan pendidik anak yang sukses. Bagian pertama ini mencakup beberapa subbab, yakni:

a. Pengantar umum untuk orang tua.

Orang tua sebagai pendidik dan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan anaknya. Rasulullah saw. membebankan tanggung jawab pendidikan anak itu sepenuhnya di pundak orang tua (Muhammad, 2004:5). Orang tua harus menyiapkan secara matang fisik, spiritual, maupun material baik untuk diri sendiri atau kelahiran seorang anak di dunia.

Bab ini membahas tentang tanggung jawab pendidikan, berusaha menikah dengan wanita shalihah berjiwa pendidik, pahala

29

memberi nafkah kepada istri dan anak-anak, tujuan pernikahan Islami, sifat-sifat pendidik sukses, kabar gembira buat orang tua, anak-anak adalah hiasan dan ujian dalam kehidupan dunia, pertarungan setan dan manusia memperebutkan keturunannya, keshalihan orang tua dan pengaruhnya terhadap anak-anak, pernikahan dan kekeluargaan, doa ketika akan bersetubuh, merenungkan kejadian manusia, cara Nabi saw. mengatasi kemandulan, gambaran sepintas tentang kejadian manusia dalam rahim, ancaman bagi orang yang tidak mau mengakui anak atau orang tuanya sendiri.

b. Bayi, dari lahir hingga berusia dua tahun.

Dalam bab ini dijabarkan tentang mendidik anak dari bayi sampai berusia dua tahun. Terdapat pula bimbingan bagi orang tua untuk mendidik anak sejak lahir dari rahim ibunya seperti yang telah disampaikan Rasulullah saw. Salah satunya dengan men-tarbiyah anak dengan kalimat tauhid (Muhammad, 2004:33).

Terdapat sembilan bahasan yang dijabarkan dalam bab ini, yaitu tentang amalan dan doa ketika mengalami kesulitan dalam melahirkan, beberapa amalan pada hari pertama kelahiran, beberapa amalan pada hari ketujuh, menyusui hingga dua tahun, hukum kencingnya anak yang masih menyusu dan cara pensuciannya, anak yang masih menyusu boleh dibawa ibunya ke masjid, anak kecil yang belum bisa buang air sendiri makruh dibawa ke masjid,

30

penjagaan dan pengasuhan anak menjadi hak ibu, hak perwalian kepada ayah atau tanggung jawab.

c. Cara-cara Nabi mendidik anak.

Dalam bab ini dijabarkan tentang panduan dasar untuk orang tua sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Kemudian diperlengkap dengan berbagai petunjuk Nabi dalam mengembangkan pemikiran dan membangun jiwa anak. Pada masing-masing subbab memiliki pembahasan yang berbeda-beda, yakni:

1) Pada subbab panduan dasar untuk orang tua dan pendidik. a) Keteladanan

b) Memilih waktu yang tepat untuk menasehati c) Bersikap adil dan tidak pilih kasih

d) Memenuhi hak-hak anak e) Mendoakan anak

f) Membelikan mainan

g) Membantu anak agar berbakti dan taat h) Tidak banyak mencela dan mencaci. 2) Cara efektif mengembangkan pemikiran anak.

a) Menceritakan kisah-kisah b) Bicara langsung

c) Bicara sesuai dengan kemampuan akal anak d) Dialog dengan tenang

31

f) Kebutuhan anak terhadap figur riil yakni Rasulullah saw. 3) Cara efektif membangun jiwa anak

a) menemani anak

b) Menggembirakan hati anak

c) Membangun kompetisi sehat dan memberi imbalan kepada pemenangnya

d) Memotivasi anak e) Memberi pujian

f) Bercanda dan bersenda gurau dengan anak g) Panggilan yang baik

h) Memenuhi keinginan anak i) bimbingan terus menerus j) Bertahap dalam pengajaran k) Imbalan dan hukuman.

d. Memotivasi anak agar berbakti dan tidak durhaka kepada orang tua. Dalam bab ini telah dijabarkan tentang panduan bagi orang tua untuk memotivasi anak agar berbakti dan tidak durhaka kepadanya. Baik saat orang tua masih hidup maupun setelah salah satu atau keduanya meninggal. Terdapat banyak sekali ayat al-Qur‟an dan

hadits-hadits Nabi saw. tentang berbakti kepada orang tua. Karena dengan berbakti kepada orang tua berpengaruh besar terhadap kebaikan anak.

Subbab pertama membahas tentang berbakti kepada orang tua semasa hidup dengan tigabelas poin yang perlu diperhatikan, yaitu

32

pahala berbakti kepada kedua orang tua di dunia dan akhirat, mengutamakan berbakti kepada orang tua di atas fardhu kifayah, tidak ada ketaatan kepada orang tua untuk mendurhakai Allah namun harus tetap berbuat baik kepada keduanya, manusia yang paling berhak untuk didampingi adalah kedua orang tua, mengutamakan berbakti kepada ibu jika kepentingan ayah tidak bisa dikompromikan dengan kepentingan ibu, kamu dan hartamu adalah milik orang tuamu, membebaskan orang tua dari hutang, saling mendoakan, jangan menyebabkan orang lain mencaci orang tua, berbanggalah dengan orang tuamu, menghajikan orang tua, melaksanakan nadzar orang tua, durhaka kepada orang tua termasuk dosa besar yang dipercepat balasannya di dunia dan akhirat.

Kemudian subbab kedua membahas tentang berbakti kepada orang tua setelah salah satu atau keduanya meninggal dunia dengan sembilan bahasan, yakni melaksanakan janji dan wasiat keduanya, mendoakan dan memohonkan ampunan untuk keduanya, silaturahim dan berbuat baik kepada kawan-kawan keduanya, bershadaqah atas nama keduanya, menghajikan orang tua, bersegera melaksanakan amal shalih untuk membahagiakan orang tua yang telah meninggal dunia, menziarahi kuburan orang tua, memperlakukan dengan baik peninggalan keduanya dan jangan membiarkan orang lain mencaci keduanya, berpuasa untuk kedua orang tua.

33

e. Cara meluruskan kesalahan perilaku anak.

Dalam bab-bab sebelumnya telah dibahas cara Nabi mendidik anak, baik dari aspek pemikiran atau tingkah laku. Namun jika sudah mendidik anak sesuai dengan petunjuk Nabi saw. tetapi tidak menghasilkan sesuatu yang baik, maka perlu adanya ta‟dib (pelurusan perilaku).

Pada pembahasan bab ini dijabarkan tentang cara meluruskan perilaku anak dimulai dari pelurusan kesalahan perilaku merupakan kemestian dalam pendidikan, membetulkan kesalahan cara berpikirnya baru perilakunya, bertahap dalam pelurusan perilaku. Dan pelurusan perilaku ini dilakukan secara bertahap, karena men-ta‟dib anak itu lebih baik dari pada bersadaqah satu gantang (Muhammad, 2004:142).

2. Membangun kepribadian Islam seorang anak.

Setelah membahas pada bagian pertama tentang cara atau persiapan bagi orang tua sebagai pendidik yang sukses untuk sang anak, maka pada bagian ini akan dibahas tentang aspek-aspek dalam diri anak menurut Suwaid harus dikembangkan. Terdapat sembilan aspek yang perlu dikembangkan agar menciptakan kepribadian Islam pada diri anak. Aspek-aspek tersebut, antara lain:

a. Pembinaan aqidah.

Pembinaan aqidah sebaiknya dilakukan pada masa awal pertumbuhan anak. Mulailah dengan membuatnya hafal, kemudian memahami dan membuatnya percaya, yakin, serta membenarkannya.

34

Sedikit demi sedikit anak akan memahami makna yang terkandung di dalamnya.

Dalam bab ini dijabarkan menjadi lima pembahasan subbab, yakni men-talqin-kan kalimat tauhid kepada anak, cinta kepada Allah merasa diawasi Allah meminta pertolongan kepadaNya serta beriman kepada qadha dan qadar, mencintai Rasulullah keluarga dan para sahabat, mengajarkan al-Qur‟an kepada anak, mendidik

keteguhan aqidah dan siap berkorban untuk mempertahankannya. b. Pembinaan ibadah.

Agar aqidah anak tertanam kuat dalam jiwanya, maka harus disirami dengan ibadah dalam berbagai bentuk dan ragamnya. Dengan menjaga shalat serta membiasakan diri ke masjid, berpuasa, melaksanakan haji, dan membayar zakat.

Pembinaan ibadah mempunyai lima pilar, yang pertama adalah shalat. Dalam pilar ini telah dijabarkan lagi menjadi tujuh pembahasan, yakni periode memerintahkan shalat, periode pengajaran shalat kepada anak, periode memerintahkan shalat dan memukul jika enggan, mendidik anak agar menghadiri shalat berjamaah, beberapa contoh bagi anak dalam hal Qiyamul Lail (shalat malam), membiasakan anak untuk shalat istikharah, menyertakan anak dalam shalat Id. Pilar kedua adalah anak dan masjid yang diuraikan menjadi dua poin bahasana, yaitu menjaka anak ke masjid, menautkan hati anak dengan masjid. Pilar ketiga yaitu puasa, keempatnya haji, dan yang kelima zakat.

35

c. Pembinaan kemasyarakatan.

Sejatinya manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Sehingga mendidik anak tidak hanya membangun interaksi hablum minnallah saja, namun harus membangun juga interaksi dengan masyarakat (hablum minannas). Demikian agar anak terhindar dari sifat memikirkan diri sendiri karena anak akan tumbuh menjadi dewasa di lingkungan masyarakat luas.

Terdapat delapan pilar bahasan dalam bab ini. Delapan pilar tersebut antara lain:

1) Mengajak anak menghadiri majelis-majelis orang dewasa 2) Menyuruh anak melaksanakan tugas rumah

3) Membiasakan anak mengucapkan salam 4) Menjenguk anak yang sakit

5) Memilihkan teman-teman yang baik untuk anak 6) Melatih anak berdagang

7) Kehadiran anak dalam acara perayaan yang disyariatkan dan dalam pesta pernikahan

8) Bermalam di rumah sanak keluarga yang shalih

Dan pembahasan ini ditutup dengan contoh konkret tentang kehiduoan sosisal Rasulullah saw. dengan anak-anak

d. Pendidikan akhlak.

Saat anak sudah mampu berinteraksi baik dengan masyarakat maka perlu akhlak yang baik dari dalam diri. Akhlak anak akan

36

tercermin dari pembiasaan yang orang tua lakukan, baik dari perilaku maupun tutur katanya.

Pada bab pendidikan akhlak terdapat lima subbab pembahasan. Suwaid menjabarkan prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:

1) Nilai-nilai adab

a) Beberapa keterangan tentang menanamkan nilai adab pada anak

b) Beberapa contoh perikehidupan salafus shalih dalam membimbing anak

c) Macam-macam adab kenabian bagi anak 1. Adab terhadap orang tua

2. Adab terhadap ulama

3. Adab menghormati dan memuliakan 4. Adab berukhuwah

5. Adab dengan tetangga 6. Adab meminta izin 7. Adab makan dan minum 8. Adab dalam penampilan anak

9. Adab mendengarkan bacaan Al-Qur‟an

2) Perilaku jujur

3) Perilaku menjaga rahasia 4) Perilaku amanah

37

e. Membentuk jiwa anak.

Ketika sudah membentuk kepribadian anak yang baik, maka akan terciptan jiwa dan karakter anak yang baik pula. Peran dari orang tua merupakan sumber utama tumbuhnya kepribadian pada jiwa anak. Dalam baba ini terdapat delapan prinsip dalam membentuk jiwa anak sesuati petunjuk Rasulullah saw.

Dalam membentuk jiwa anak, terdapat delapan prinsip yang telah dijabarkan pada bab ini. Delapan prinsip itu antara lain:

1) Memberi ciuman, perhatian, dan kasih sayang 2) Bermain dan bercanda dengan anak

3) Memberikan hadia, penghargaan, dan pujian kepada anak 4) Mengusap kepala anak

5) Menyambut anak dengan kehangatan

6) Memperhatikan dan menanyakan keadaan anak 7) Pengawasan khusus bagi anak perempuan dan yatim

a) Pendidikan anak perempuan b) Pendidikan anak yatim

8) Memberikan kecintaan kepada anak secara proporsional atau tawazun, tidak berlebihan dan tidak juga menelantarkan f. Pembentukan fisik anak.

Pertumbuhan fisik sangat mempengaruhi ruang gerak dan keterampilan anak. Rasulullah saw. memberikan arahan kepada anak-anak ataupun orang tua dalam membentuk fisik yang kuat pada diri seorang anak.

38

Bab ini telah menjabarkan empat poin dalam pembentukan fisik anak. Yang pertama adalah hak anak belajar berenang, memanah, menembak, dan menunggang kuda. Kedua, mengadakan lomba olahraga untuk anak. Ketiga adalah keikutsertaan orang dewasa dalam bermain bersama anak-anak. Dan yang terakhir, anak bermain bersama anak-anak lainnya. Pembahasan pada bab ini ditutup dengan beberapa manfaat olahraga bagi anak.

g. Pembentukan intelektualitas anak.

Dalam membentuk keilmuan dan pola pikir anak, orang tua harus memperhatikan kaidah-kaidah dan prinsip-prinsipnya agar tertanam dalam diri anak ilmu dan pola pikir yang benar dan lurus. Pola pembentukan intelektualitas anak dimulai dengan prinsip-prinsip dan mengarahkan anak tentang nilai ilmu, belajar, dan mencintai ulama.

Terdapat delapan prinsip dalam upaya pembentukan intelektualitas anak, yakni hak anak untuk belajar dan menanamkan kecintaan mencari ilmu serta adabnya, membimbing anak untuk menghafalkan al-Qur‟an hadits dan menanamkan keikhlasan dalam

menghafalnya, memilihkan untuk anak guru yang shalih dan shalihah, mendiidk anak terampil berbahasa arab, mendidik anak terampil berbahasa asing, mengarahkan anak sesuai dengan kecenderungan ilmiahnya, perpustakaan rumah dan pengaruhnya dalam perkembangan anak, serta riwayat anak-anak salafus shalih dalam mencari ilmu.

39

h. Membangunan kesehatan anak.

Pada pembahasan sebelumnya telah dijabarkan tentang pembentukan fisik yang kuat pada diri anak. Namun fisik yang kuat saja tidak cukup tanpa adanya kesehatan dalam diri anak. Telah banyak anjuran dari Rasulullah saw. tentang menjaga kesehatan umatnya. Terutama perhatian beliau dalam menjaga kesehatan anak.

Untuk membangun kesehatan anak, telah dijabarkan beberapa pembahasan sebagai berikut:

1) Asas-asas bangunan kesehatan bagi si anak 2) Pengobatan cara Nabi

a) Bersegera mengobati anak yang sakit b) Menjenguk anak yang sakit

c) Pengobatan dengan menggunakan batang al-„uud al -hindy dan obat hidung

d) Pengobatan dengan hijamah (bekam) dan al-masyiyyu (obat pelangsing)

e) Pengobatan dengan doa dan ruqyah

f) Pengobatan untuk penyakit mata yang hasad

g) Larangan menggantungkan sesuatu pada leher anak, selain al-Qur‟an dan hadits nabawi.

i. Meluruskan dorongan seksual anak.

Pembahasan ini sangatlah penting ditanamkan pada anak sedini mungkin agar tidak terjadi penyimpangan seksual. Dorongan seksual sebenarnya ada dalam diri setiap jiwa, namun dorongan tersebut

40

harus diluruskan kepada hal-hal yang benar. Suwaid telah menjabarkan di dalam buku Cara Nabi Mendidik Anak sembilan cara untuk meluruskan dorongan seksual anak. Kesembilan cara ini yaitu izin masuk, membiasakan anak menundukkan pandangan dan menjaga aurat, memisahkan tempat tidur anak, tidur dengan posisi miring di atas lambung kanan, menjauhkan anak dari ikhtilat, mengajarkan mandi wajib dan sunnah-sunnahnya bagi anak yang menginjak dewasa, menjelaskan mukadimah surah an-Nuur dan menghafalnya bagi anak yang menginjak dewasa, penjelasan masalah seks dan perzinaan, pernikahan dini, dan tanda-tanda baligh. Adanya buku ini sebagai pedoman para orang tua atau pendidik dalam mendidik anak, sehingga tercipta kepribadian dan karakter anak yang baik dan kuat. Rasulullah sangat memperhatikan kondisi anak. Sudah menjadi tugas orang tua untuk mengetahui apa yang benar-benar dibutuhkan anak dan sudah menjadi kewajiban orang tua dalam memenuhi hak-hak anak. Pada buku ini juga sudah dijabarkan dengan jelas, bahwa penghulu dari para pendidik, sang pendidik agung, Muhammad saw. Terdapat banyak petunjuk maupun arahan-arahan Nabi dalam mendidik anak. Orang tua bisa membangun anak dengan pribadi yang Islami.

41

BAB III

HASIL TEMUAN

A. Pendidikan Akhlak Anak

Dibutuhkan waktu yang sangat panjang dalam menjalani pendidikan, sepanjang usia manusia itu sendiri. Pendidikan merupakan upaya mewariskan nilai yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradapan umat manusia (Mansur, 2001:1). Atau Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untuk mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai dan norma yang dimilikinya kepada orang lain dalam masyarakat (Mohammad Daud, 2008:179).

Jadi berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan adalah usaha sadar dalam upaya mewariskan nilai dan mengembangkan potensi dalam diri yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam kehidupan. Orang tua seharusnya mendidik anak dengan pendidikan Islam sedini mungkin sebagai bekal dalam kepribadiannya.

Tujuan utama pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang menghasilkan orang-orang yang bermoral, baik laki-laki maupun perempuan, jiwa yang bersih, kemauan keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi serta dapat membedakan hal-hal yang baik dan buruk (Muh. Atiyah al-Abarasyi, 1970:103). Akhlak adalah apa-apa yang diambil dan diserap manusia untuk dirinya dari berbagai perilaku, karena ia menjadi bagian dari dirinya (Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid, 2004:261).

42

َِِّ اَسِّجًَُي ْوَأ َِِّ اَرِّصَُُي ْوَأ َِِّ اَد ِّىَهُي ُِاَىَبَأَف ِة َرْطِفْنا ىَهَع ُدَن ْىُي ٍد ْىُن ْىَي ٌمُك

“Setiap anak yang baru dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari Muslim no 1358&1359)

Al-„Allamah Syekh Muhammad Al-Khidhir Husain (dalam Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid, 2004:262) mengatakan bahwa seorang anak dilahirkan dalam keadaan fitrah yang bersih dan tabiat yang lurus. Maka, ketika jiwa yang masih bersih ini menerima satu perilaku, akan terukir dalam jiwanya. Kemudian, sedikit demi sedikit, perilaku tersebut akan memenuhi semua sisi dalam dirinya, dan menjadi perilaku yang kokoh, yang sangat peka dengan hal-hal yang kontradiktif dengannya. Ketika kita melihat di tempat yang asing, orang yang lembut tutur katanya dan ramah, maka kita tidak menyangsikan bahwa dia termasuk orang-orang yang Allah lahirkan dan besarkan dalam keluarga dan lingkungan yang baik serta mulia.

Sebab, anak akan tumbuh sesuai dengan kebiasaan yang ditanamkan oleh pendidik di masa kecilnya, misalnya galak, ceroboh, keras kepala, dan terburu-buru. Orang tua akan sulit menghilangkannya ketika anak sudah dewasa. Semua akhlak buruk akan berubah menjadi sifat dan karakter yang tertanam dalam dirinya. Meskipun anak berusaha keras untuk menjauhi atau menghilangkannya, suatu saat nanti akan muncul kembali dan banyak orang yang akhlaknya menyimpang karena salahnya pendidikan sewaktu kecil (Jamal Abdurrahman, 2010:117).

Dari pandangan Suwaid, seorang anak sangat membutuhkan pembentukan akhlak. Hal ini diperlukan kesungguhan dan perhatian dari

43

orang tua serta pendidik terutama pada usia kanak-kanak. Karena dalam usia tersebut memiliki keistimewaan yaitu masih terjaga fitrahnya dan tanggap.

B. Konsep Pendidikan Akhlak Anak

Konsep pendidikan akhlak anak dari Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid dalam buku Cara Nabi Mendidik Anak selengkapnya dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Tujuan Pendidikan Akhlak Anak

Tujuan pendidikan akhlak anak yang dirumuskan Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid adalah agar aktivitas sosial anak terjaga dan terhindar dari penyimpangan serta kesalahan. Menurut Muhammad Ibnu Hafidh Suwaid tujuan pendidikan akhlak untuk anak ini untuk membangun karakter yang kuat pada diri anak, sehingga tidak akan terjadi kesalahan dalam bersikap, berpeilaku, maupun

Dokumen terkait