KUESIONER PENGENDALIAN HAMA TERPADU TANAMAN PADI
PRINSIP – PRINSIP PENERAPAN PHT Budidaya Tanaman Sehat
Pemilihan bibit
Varietas :
Alasan pemilihan varietas a. Produksi tinggi b. Tahan penyakit
c. Beras disenangi konsumen d. Bibit mudah diperoleh e. Bibit lebih stabil Sumber bibit / benih:
Pernyataan B S TT
Biji untuk benih sebaiknya berasal dari tanaman sehat
Bila tidak ditutup tanah, sebagian pupuk urea akan hilang karena menguap dan terbawa air
Pupuk kandang menggemburkan tanah
Pemupukan lengkap adalah campuran urea dengan TSP dan KCL
Keterangan: B = Benar; S = Salah; TT = Tidak Tahu
Pengetahuan petani responden tentang pengolahan lahan
Pernyataan B S TT
Membersihkan saluran air dan sawah dari jerami dan rumput liar
sukar dikerjakan dengan bajak Membajak sawah
- Pembajakan pertama pada awal musim tanam dibiarkan 2-3 hari setelah itu pembajakan kedua
- Pembajakan ketiga 3-5 hari menjelang tanam
Meratakan permukaan tanah dan menggaru gumpalan tanah
Lereng yang curam dibuat teras memanjang dengan petak-petak yang dibatasi pematang agar permukaan tanah rata
Keterangan: B = benar, S = salah, TT = tidak tahu
Penentuan waktu tanam a. Penanaman padi serentak b. Lainnya
... ... ...
Masa panen
Bagaimana cara menentukan umur panen padi? a. Pengamatan visual
b. Pengamatan teoritis (deskripsi varietas dan pengukuran kadar air gabah) Bagaimana cara petani memanen padi?
a. Panen potong bawah b. Panen potong tengah c. Panen potong atas Sistem panen padi:
a. Sistem panen bebas b. Sistem panen individual c. Sistem panen kelompok
Apakah petani melakukan pembakaran jerami padi setelah panen? a. Ya, alasan... ... ... b. Tidak, alasan... ... ...
Pelestarian dan Pembudidayaan Fungsi Musuh Alami Teknik bercocok tanam
1) Pola tanam
a. Areal beririgasi (lahan ditanami padi 3 x setahun)
Setelah satu tahun ditanam padi, dilakukan pergiliran tanaman. b. Lahan tadah hujan (dilakukan pergiliran tanaman dengan palawija)
c. Tumpang sari dengan... ... 2) Penanaman Jarak tanam a. 20 x 20 cm b. 25 x 25 cm c. 22 x 22 cm d. 30 x 20 cm Kedalaman penanaman (cm): Pemeliharaan tanaman
1) Penyulaman tanaman yang mati dilakukan pada: a. 14 MST
b. Lainnya... ...
2) Penyiangan
a. Dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang dikerjakan sekaligus dengan menggemburkan tanah. Dilakukan 2 x yaitu pada 3 dan 6 MST dengan menggunakan landak (alat penyiang mekanis) atau cangkul kecil.
b. Lainnya... ... ... ... 3) Pengairan Sumber air: ... ... 4) Pemupukan
Pupuk kandang yang digunakan
a. Sapi b. Domba c. Ayam d. Campuran Alasan
... ...
Dosis pupuk kandang ...
...
Kapan pemberian pupuk kandang tersebut?
... ...
Pemupukan per hektar pada dosis tertentu (kg):
N :
P :
K :
Aplikasi pemupukan per musim tanam:
N :
P :
K :
Apakah petani menggunakan pupuk pelengkap cair? a. Ya b. Tidak
Bagaimana cara pemberian pupuk cair tersebut? a. Bersamaan dengan penyemprotan pestisida b. Tersendiri
Berapa sering frekuensi pemberian pupuk cair yang Anda lakukan? Berapa dosis yang diperlukan?
... ... ...
Menurut Anda apa manfaat dari pemberian pupuk cair tersebut?
... ... ...
Jenis PPC yang digunakan:
... ...
Pengendalian hayati
Pengetahuan dan persepsi petani tentang musuh alami
Pernyataan Coccinellidae Tabuhan
Laba-laba Pernah melihat di pertanaman
Menganggap sebagai hama Mengetahui sebagai musuh alami
Menganggap hanya bertengger dan tidak tahu peranannya
Pengendalian hama dan penyakit secara nonkimiawi
Pernyataan S TS R
Pergiliran tanaman membantu mengurangi serangan OPT Musuh alami perlu dilestarikan
Memusnahkan sisa tanaman sakit membantu menekan serangan penyakit Pada saat dipertanaman menjumpai ulat, ulat diambil dan dimatikan
Menyiangi gulma dengan tangan atau alat lebih menguntungkan daripada herbisida Setelah melakukan pemanenan, jerami padi biasanya dibakar
Pembakaran jerami membuat tikus tidak dapat bersarang di dalam tumpukan jerami
Keterangan: S = Setuju; TS = Tidak Setuju; R = Ragu-ragu
Digunakan untuk apa abu jerami yang telah dibakar?
... ... ...
Pengamatan Lahan Secara Mingguan Pengamatan hama dan penyakit
Tindakan pengamatan OPT: a. Tidak
a) < 1 minggu b) 1 – 2 minggu c) Tidak teratur Analisis pengamatan
a. Berdasarkan jumlah populasi hama
b. Berdasarkan tingkat serangan hama dan penyakit Hama dan penyakit penting tanaman padi:
a. Penggerek batang padi b. Wereng coklat c. Wereng hijau d. Kepinding tanah e. Walang sangit f. Tikus g. Ganjur
h. Hama putih palsu i. Hama putih j. Ulat grayak k. Ulat tanduk hijau l. Ulat jengkal palsu hijau m. Orong-orong
n. Lalat bibit o. Keong mas p. Burung
q. Hawar daun bakteri r. Bakteri daun bergaris s. Blas
t. Hawar pelepah daun u. Busuk batang
w. Bercak coklat x. Bercak Cercospora
y. Hawar daun jingga z. Tungro
aa. Kerdil rumput bb.Kerdil hampa Penyakit abiotik: a. Defisiensi Nitrogen b. Defisiensi Fosfor c. Defisiensi Kalium d. Defisiensi Belerang e. Defisiensi Seng f. Keracunan Besi
Penyebab timbulnya hama dan penyakit pada padi:
a. Tertular dari tanaman sekitar dan iklim tidak sesuai
b. Tertular dari tanaman sekitar, bibit tidak sehat, dan iklim tidak sesuai c. Tertular dari tanaman sekitar
Penularan:
a. Melalui aliran air dan angin b. Melalui aliran air, angin, sentuhan
c. Melalui aliran air, angin, tanah, dan serangga vektor d. Melalui air dan tanah
e. Melalui angin
Apakah menurut Anda penggunaan pestisida dapat meningkatkan produksi padi? Mengapa?
... ... ...
Apakah petani menggunakan pestisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan? ... ... ... Pengendalian gulma Pengendalian Dilakukan: a. disiang 1x pada ...HST disiang 2x pada ...HST b. herbisida selama tanam 1x / 2x*
Menurut Anda, gulma seperti apa yang sulit dikendalikan?
... ...
Menurut Anda, keberadaan gulma dapat menjadi: a. Sumber penyakit
Petani Menjadi Ahli PHT di Lahan Sawahnya Pengetahuan Petani terhadap Pestisida dan Penyemprotan Penggunaan pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit padi:
-Pola penggunaan: a. Penggantian b. Terus - menerus
-Dasar penyemprotan pertama: a. Sebelum ada serangan b. Setelah ada serangan
-Penyemprotan pertama dilaksanakan (MST): -Dasar penyemprotan selanjutnya
a. Ada serangan lagi b. Berjadwal:
a) Seminggu sekali b) Dua minggu sekali c) Sebulan sekali
Apakah petani melakukan pencampuran pestisida dalam pengendalian hama dan patogen?
a. Ya, (jenis pestisida yang
dicampur)... b. Tidak
Pelaksanaan penyemprotan: a. Melaksanakan sendiri
b. Mengupahkan kepada orang lain
c. Melaksanakan sendiri dan mengupahkan Apakah petani memiliki alat semprot?
a. Ya, (jenis alat semprot)...
... b. Tidak
Pengetahuan petani responden tentang pestisida dan penyemprotan
Pernyataan B S TT
Membaca label pestisida sebelum menggunakannya
Pada saat menyemprot, seharusnya berjalan searah dengan arah angin Pada saat aplikasi pestisida, tubuh harus sehat dan fit
Memilih tempat kerja yang bersih, terang, dan berventilasi baik untuk mencampur pestisida
Menggunakan pakaian/perlengkapan pelindung jika hendak bekerja dengan pestisida
Pencucian tangki bekas menyemprot tidak boleh dilakukan di kolam/sungai
Untuk menghindari keracunan pestisida, penyemprotan tidak dilakukan menjelang panen
Menyimpan pestisida di tempat khusus dan aman bagi siapa pun, terutama anak-anak
Keterangan: B = benar, S = salah, TT = tidak tahu
Kesesuaian sasaran penggunaan pestisida: Sesuai
Insektisida untuk hama bukan sasaran Insektisida untuk patogen
Persepsi petani tentang hasil penggunaan pestisida Hasil penyemprotan:
a. Serangan berkurang b. Serangan tetap saja c. Serangan meningkat
Informasi dalam memilih pestisida Sumber informasi: a. Pengalaman sendiri b. Petugas pertanian c. Petani lain d. Kios saprotan e. Pemilik lahan
Penyemprotan pestisida setiap musim tanam: a. 0 b. 1x c. 2x d. 3x e. 4x f. 5x
Sikap kerasionalan petani dalam penggunaan pestisida
Pernyataan S TS R
Bila harga hasil panen meningkat, penyemprotan dilakukan lebih sering
Hanya dengan penyemprotan bejadwal, dapat menyelamatkan hasil panen
Adanya tetangga yang menyemprot, menunjukkan bahwa kita perlu menyemprot
serangan
Bila tersedia cukup uang untuk membeli pestisida, penyemprotan sebaiknya secara berjadwal
Bila setelah penyemprotan turun hujan, maka keesokan harinya pertanaman perlu disemprot lagi
Keterangan: S = setuju, TS = tidak setuju, R = ragu-ragu
Sikap kecenderungan petani dalam mencampur pestisida
Pernyataan S TS R
Semua jenis pestisida dapat dicampur Pencampuran pestisida menghemat waktu
Pencampuran pestisida perlu dilakukan bila pertanaman diserang berbagai jenis hama dan penyakit secara bersamaan
Pencampuran pestisida mengurangi biaya pelaksanaan penyemprotan Kelemahan dari pestisida yang dicampur adalah daya bunuhnya menurun
Dengan mencampur pestisida, beberapa jenis hama dan penyakit dapat dikendalikan sekaligus
Keterangan: S = setuju, TS = tidak setuju, R = ragu-ragu
Kepedulian Petani terhadap Dampak Pestisida - Pencampuran pestisida
Apakah petani mencampur pestisida? a. Ya,
alasan... ...
b. Tidak
- Persepsi petani tentang pengaruh penyemprotan terhadap musuh alami Pengaruh pestisida terhadap musuh alami:
a. Ikut terbunuh b. Tidak ikut terbunuh
c. Tidak tahu
Pada saat penyemprotan, butiran cairan pestisida dapat menempel di tubuh: a. Setuju
b. Tidak setuju,
alasan... ...
Pernyataan S TS R
Tanaman yang sering disemprot pestisida dapat mengandung racun sehingga berbahaya bagi konsumen
Berkurangnya udang dan berbagai jenis ikan di sungai berkaitan dengan penggunaan pestisida di pertanaman
Penyemprotan yang terlalu sering dapat menyebabkan hama dan penyakit resisten terhadap pestisida
Pestisida yang digunakan telah memperoleh ijin dari pemerintah sehingga tidak berbahaya bagi kesehatan
Penyemprotan pestisida tidak hanya membunuh hama/penyakit, tetapi juga dapat membunuh makhluk lain yang berguna di pertanaman
Keterangan: S = setuju, TS = tidak setuju, R = ragu-ragu
Sikap Petani terhadap PHT
Apakah petani pernah mendengar istilah PHT? a. Pernah b. Belum pernah Sumber: a. Televisi b. Surat kabar c. Radio d. Petani lain e. Petugas pertanian
f. Lainnya... ... Ketertarikan terhadap PHT: a. Tertarik b. Tidak tertarik c. Ragu-ragu
Dasar pengambilan keputusan dalam mengendalikan hama dan penyakit: a. Pengalaman sendiri
b. Petugas pertanian c. Petani lain
d. Lainnya... ...
Manfaat apa yang petani rasakan dari program PHT?
... ... ... ... ...
Kritik, saran, dan harapan petani terhadap program PHT:
... ... ... ... ... ... ...
Lampiran 2 Rekapitulasi karakteristik usahatani SLPHT
Nama responden Desa Jenis lahan Luas total (ha) Luas untuk padi (ha) Varietas
Rojin Srijaya Sawah 2ha 2ha Mikongga
Cimplong Srijaya Sawah 2ha 2ha Ciherang
Sada Srijaya Sawah 2ha 2ha Mikongga
Pardih Srijaya Sawah 2ha 2ha Mikongga
Gampang Srijaya Sawah 2ha 2ha Mikongga
Nasan Srijaya Sawah 2ha 2ha Mikongga
Emin Srijaya Sawah 2ha 2ha Ciherang
Niming Srijaya Sawah 2ha 2ha Mikongga
Sarih Srijaya Sawah 2ha 2ha Mikongga
Nimin Srijaya Sawah 2ha 2ha Ciherang
Tamin Srijaya Sawah 2ha 2ha Mikongga
Nali Srijaya Sawah 1.7ha 1.7ha Ciherang
Bonin Srijaya Sawah 1ha 1ha Mikongga
Ilan Srijaya Sawah 1ha 1ha Ciherang
Godi Srijaya Sawah 1ha 1ha Mikongga
Minggu Srijaya Sawah 1ha 1ha Mikongga
Dasman Srijaya Sawah 1ha 1ha Mikongga
Ronah Srijaya Sawah 0.5ha 0.5ha Mikongga
Isin Srijaya Sawah 0.7ha 0.7ha Mikongga
Senin Srijaya Sawah 0.3ha 0.3ha Mikongga
Lampiran 3 Rekapitulasi karakteristik usahatani nonSLPHT
Nama responden Desa Jenis lahan Luas total (ha)
Luas untuk padi
(ha) Varietas
Mesan Srijaya Sawah 0.3 0.3 Mikongga
Miat Srijaya Sawah 0.5 0.5 Mikongga
Salih Srijaya Sawah 0.7 0.7 Mikongga
Sa’an Srijaya Sawah 1.5 1.5 Ciherang
Mamad Srijaya Sawah 1 1 Mikongga
Nimong Srijaya Sawah 2.5 2.5 Mikongga
Pai Srijaya Sawah 1 1 Mikongga
Toyang Srijaya Sawah 0.3 0.3 Ciherang
Udin Srijaya Sawah 1.5 1.5 Ciherang
Nisan Srijaya Sawah 1 1 Mekongga
Pungut Srijaya Sawah 2 2 Mikongga
Bolon Srijaya Sawah 0.5 0.5 Mikongga
Kajum Srijaya Sawah 1 1 Mikongga
Minggu Srijaya Sawah 0.7 0.7 Mikongga
Nesin Srijaya Sawah 0.7 0.7 Mikongga
Dambrut Srijaya Sawah 1.5 1.5 Mikongga
Alam Srijaya Sawah 1 1 Ciherang
Neun Srijaya Sawah 1 1 Mikongga
Gunin Srijaya Sawah 1 1 Mikongga
Saad Srijaya Sawah 0.5 0.5 Mikongga
Lampiran 4 Biaya dan pendapatan usahatani petani SLPHT Nama responden
Biaya produksi per luas lahan garapan * Rp 1 000.00
Perolehan per hektar (kg) Benih Pupuk Padat Pupuk Cair Pestisida Tenaga kerja Biaya total Rojin 0 1,886 120 100 1,980 4,086 5500 Cimplong 0 1,518 120 90 2,160 3,888 6000 Sada 0 1,702 120 0 2,520 4,342 7000 Pardih 0 1,564 60 75 1,620 3,319 4500 Gampang 0 1,472 60 75 1,800 3,407 5000 Nasan 0 1,380 90 75 1,440 2,985 4000 Emin 0 1,288 120 75 2,160 3,643 6000 Niming 0 1,472 120 75 1,980 3,647 5500 Sarih 0 1,380 60 75 1,620 3,135 4500 Nimin 0 1,242 120 100 1,440 2,902 4000 Tamin 0 1,748 120 90 2,700 4,658 7500 Nali 0 1,012 60 90 1,710 2,872 5588.24 Bonin 0 828 15 90 1,080 2,013 6000 Ilan 0 690 30 75 1,170 1,965 6500 Godi 0 644 60 90 1,080 1,874 6000 Minggu 0 920 60 75 900 1,955 5000 Dasman 0 690 30 75 900 1,695 5000 Ronah 0 460 0 90 540 1,090 6000 Isin 0 322 0 75 720 1,117 5714.29 Senin 0 184 0 75 540 799 10000 Rata-rata 0 1,120.1 68.25 78.25 1503 2769.6 5765.13 6 5
Lampiran 5 Biaya dan pendapatan usahatani petani nonSLPHT Nama responden
Biaya produksi per luas lahan garapan * Rp 1 000.00
Perolehan per hektar (kg) Benih Pupuk padat Pupuk cair Pestisida Tenaga kerja Biaya total Mesan 0 230 0 75 540 845 10000 Miat 0 138 30 75 630 873 11666 Salih 0 184 30 75 630 919 5000 Sa’an 0 690 60 75 1,080 1905 4000 Mamad 0 368 60 75 720 1223 4000 Nimong 0 1,150 90 90 1,800 3130 4000 Pai 0 460 30 90 810 1390 4500 Toyang 0 138 0 75 360 573 6665 Udin 0 598 60 90 1,170 748 4333 Nisan 0 460 30 90 1,044 1624 5800 Pungut 0 1,380 120 100 1,440 2951 4000 Bolon 0 92 0 75 360 527 2000 Kajum 0 552 0 100 720 1372 4000 Minggu 0 322 0 90 630 1042 5000 Nesin 0 322 75 90 684 1171 5428 Dambrut 0 1,104 60 90 1,260 2514 4665 Alam 0 828 60 90 900 1878 5000 Neun 0 920 0 100 990 2010 5500 Gunin 0 690 0 100 810 1600 4500 Saad 0 690 30 75 360 695 5000 Rata-rata 0 547.2 36.75 86 774.9 1449.5 5252.8 66
Lampiran 6 Pengetahuan petani responden tentang budidaya tanaman
Pernyataan SLPHT (%) nonSLPHT (%)
B a S a TT a B a S a TT a Biji untuk benih sebaiknya berasal dari tanaman sehat 100 0 0 100 0 0 Saat pemupukan, air sawah tidak menggenang supaya sebagian pupuk
tidak hilang karena menguap dan terbawa air 100 0 0 100 0 0
Pupuk kandang menggemburkan tanah 100 0 0 100 0 0
Pemupukan lengkap adalah campuran urea dengan TSP dan KCL 95 0 5 50 20 30 a
B = Benar. S = Salah. TT = Tidak Tahu.
Lampiran 7 Pengetahuan petani responden tentang pestisida dan penyemprotan
Pernyataan SLPHT (%) nonSLPHT (%)
B a S a TT a B a S a TT a Membaca label pestisida sebelum menggunakannya 100.00 0.00 0.00 95.00 5.00 0.00 Pada saat menyemprot, seharusnya berjalan searah dengan arah angin 100.00 0.00 0.00 70.00 30.00 0.00 Pada saat aplikasi pestisida, tubuh harus sehat dan fit 100.00 0.00 0.00 80.00 20.00 0.00 Memilih tempat kerja yang bersih, terang, dan berventilasi baik untuk
mencampur pestisida 100.00 0.00 0.00 100.00 0.00 0.00
Menggunakan pakaian/perlengkapan pelindung jika hendak bekerja
dengan pestisida 100.00 0.00 0.00 40.00 60.00 0.00
Pencucian tangki bekas menyemprot tidak boleh dilakukan di
kolam/sungai 70.00 30.00 0.00 20.00 80.00 0.00
Untuk menghindari keracunan pestisida, penyemprotan tidak dilakukan
menjelang panen 100.00 0.00 0.00 100.00 0.00 0.00
Menyimpan pestisida di tempat khusus dan aman bagi siapa pun, terutama
anak-anak 100.00 0.00 0.00 100.00 0.00 0.00
a
B = Benar. S = Salah. TT = Tidak Tahu.
Lampiran 8 Sikap petani terhadap pengendalian nonkimiawi
Pernyataan SLPHT (%) a nonSLPHT (%) a
S b TS b R b S b TS b R b Pergiliran tanaman membantu mengurangi serangan OPT 60 15 25 60 10 40
Musuh alami perlu dilestarikan 100 0 0 20 20 60
Memusnahkan sisa tanaman sakit membantu menekan serangan penyakit 100 0 0 65 45 35 Pada saat dipertanaman menjumpai ulat, ulat diambil dan dimatikan 70 30 0 50 40 10 Menyiangi gulma dengan tangan atau alat lebih menguntungkan daripada
herbisida 100 0 0 100 0 0
Setelah melakukan pemanenan, jerami padi biasanya dibakar 0 100 0 0 100 0 a
Jumlah responden untuk petani SLPHT = 20 orang dan petani nonSLPHT = 20 orang.
b
S = Setuju. TS = Tidak Setuju. R = Ragu-ragu.
Lampiran 9 Sikap kecenderungan petani dalam mencampur pestisida
Pernyataan SLPHT (%)
a
nonSLPHT (%) a S b TS b R b S b TS b R b
Semua jenis pestisida dapat dicampur 0 100 0 90 10 0
Pencampuran pestisida menghemat waktu 80 20 0 70 30 0
Pencampuran pestisida perlu dilakukan bila pertanaman diserang
berbagai jenis hama dan penyakit secara bersamaan 70 30 0 100 0 0
Pencampuran pestisida mengurangi biaya pelaksanaan penyemprotan 100 0 0 100 0 0 Kelemahan dari pestisida yang dicampur adalah daya bunuhnya menurun 60 40 0 0 100 0 Dengan mencampur pestisida, beberapa jenis hama dan penyakit dapat
dikendalikan sekaligus 70 30 0 80 20 0
a
Jumlah responden untuk petani SLPHT = 20 orang dan petani nonSLPHT = 20 orang.
b
S = Setuju. TS = Tidak Setuju. R = Ragu-ragu.
Lampiran 10 Sikap kerasionalan petani dalam penggunaan pestisida
Pernyataan SLPHT (%) a nonSLPHT (%) a
S b TS b R b S b TS b R b Bila harga hasil panen meningkat, penyemprotan dilakukan lebih sering 0 100 0 40 60 0 Hanya dengan penyemprotan bejadwal, dapat menyelamatkan hasil
panen 20 80 0 90 10 0
Adanya tetangga yang menyemprot, menunjukkan bahwa kita perlu
menyemprot 60 40 0 50 50 0
Penyemprotan pestisida perlu seawal mungkin begitu ada gejala serangan 100 0 0 100 0 0 Bila tersedia cukup uang untuk membeli pestisida, penyemprotan
sebaiknya secara berjadwal 30 70 0 45 55 0
Bila setelah penyemprotan turun hujan, maka keesokan harinya
pertanaman perlu disemprot lagi 20 80 0 15 95 0
a
Jumlah responden untuk petani SLPHT = 20 orang dan petani nonSLPHT = 20 orang.
b
S = Setuju. TS = Tidak Setuju. R = Ragu-ragu.
Lampiran 11 Sikap kepedulian petani terhadap dampak pestisida
Pernyataan SLPHT (%) a nonSLPHT (%) a
S b TS b R b S b TS b R b Tanaman yang sering disemprot pestisida dapat mengandung racun
sehingga berbahaya bagi konsumen 90 10 0 75 25 0
Berkurangnya udang dan berbagai jenis ikan di sungai berkaitan dengan
penggunaan pestisida di pertanaman 100 0 0 80 0 20
Penyemprotan yang terlalu sering dapat menyebabkan hama dan penyakit
resisten terhadap pestisida 100 0 0 70 30 0
Pestisida yang digunakan telah memperoleh ijin dari pemerintah sehingga
tidak berbahaya bagi kesehatan 20 80 0 20 60 20
Penyemprotan pestisida tidak hanya membunuh hama/penyakit, tetapi
juga dapat membunuh makhluk lain yang berguna di pertanaman 95 0 5 55 5 40 a
Jumlah responden untuk petani SLPHT = 20 orang dan petani nonSLPHT = 20 orang.
b
S = Setuju. TS = Tidak Setuju. R = Ragu-ragu.
Lampiran 12 Keberadaan kelompok tani yang mengikuti SLPHT di Kabupaten Bekasi Kecamatan Total SLPHT SLPHT Tambelang 12 5 Cibitung 14 7 Sukawangi 6 4 Cikarang barat 5 3 Bojong mangu 7 5 Cibarusah 8 4 Cikarang selatan 3 1 serang baru 7 5 Sukakarya 8 5 Cabangbungin 6 3 Muara gembong 4 2 Setu 9 5 tambun selatan 3 2 Tambun utara 9 6 Sukatani 14 9 Ciakarang timur 12 6 Kedung waringin 7 4 Karang bahagia 9 5 Cikarang utara 5 3 Ciakarang pusat 7 5 Babelan 13 6 Tarumajaya 5 2 Pebayuran 9 5 Total 182 102
Lampiran 13 Kegiatan selama penelitian: (A) proses wawancara petani, (B) petugas penyuluh memberikan pesan, (C) penutupan SLPHT bersama petugas penyuluh, petani, dan mahasiswa, (D) toko tani Desa Srijaya
A B
C
NIA TRIKUSUMA NINGRUM. Survei Evaluasi Program Pemasyarakatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Petani Padi di Kecamatan Tambun Utara, Bekasi. Dibimbing oleh DADAN HINDAYANA.
Pengendalian Hama terpadu (PHT) merupakan pendekatan dan teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang berwawasan ekonomi dan ekologi yang telah menjadi kebijakan dasar perlindungan tanaman nasional. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 pasal 20 ayat 1 menyatakan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu. Pemasyarakatan PHT diadakan melalui program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Penelitian ini bertujuan untuk menjawab survei evaluasi pelaksanaan program pemasyarakatan PHT yang ada di lapang. Survei dilakukan dengan pengambilan data sekunder dan primer. Data sekunder mencakup data tentang keadaan umum lokasi yang diperoleh dari Kantor Kecamatan Tambun Utara, data tentang pelaksanaan program PHT, dan SLPHT yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bekasi. Data primer melalui wawancara dan penyebaran kuesinoer dengan petani. Pemilihan kelompok tani dan petani yang dijadikan objek penelitian dilakukan dengan purpose sampling yaitu dengan memilih kelompok petani yang mengikuti SLPHT dan petani yang belum SLPHT. Jumlah petani yang diwawancara dari masing-masing kelompok adalah 20 orang petani. Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah masih belum optimal dalam menjalankan program pemasyarakatan PHT. Sikap, tindakan, dan perilaku petani SLPHT dalam menangani lahan lebih baik dibanding petani yang tidak mengikuti SLPHT.
Kata kunci: UU No.12/1992, pengendalian hama terpadu (PHT), sekolah lapang pengendalian hama terpadu (SLPHT).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) di Indonesia mulai dipicu dengan terjadinya ledakan hama wereng coklat pada tahun 1985 yang menimbulkan kekhawatiran program swasembada beras dapat terganggu. Presiden atas nama pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1986 tentang pengendalian hama wereng coklat padi. Melalui Inpres No. 3/1986 Presiden menginstruksikan untuk melakukan paling sedikit 4 butir kebijakan, yaitu: menerapkan PHT untuk pengendalian hama wereng batang cokelat dan hama-hama padi lainnya, melarang penggunaan 57 formulasi insektisida untuk tanaman padi, melaksanakan koordinasi untuk peningkatan pengendalian wereng coklat, dan melakukan pelatihan petani dan petugas tentang PHT. Inpres tersebut merupakan awal sejarah penerapan dan pengembangan PHT di Indonesia. Setelah Inpres No. 3/1986 dikeluarkan, dukungan yuridis terhadap PHT diperkuat dengan keluarnya Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, menyebutkan bahwa “Perlindungan tanaman adalah segala upaya untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh organisme pengganggu tumbuhan”, sedangkan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian tumbuhan. Kebijakan dasar perlindungan tanaman terdapat pada beberapa pasal dari UU No.12/1992 pasal 20 yang berbunyi 1) Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu, 2) Pelaksanaan perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), menjadi tanggung jawab masyarakat dan pemerintah.
Pengendalian Hama terpadu (PHT) merupakan pendekatan dan teknologi pengendalian OPT yang berwawasan ekologi dan ekonomi telah menjadi kebijakan
dasar perlindungan tanaman nasional. Kegiatan pemasyarakatan pelatihan PHT untuk petani padi dilakukan melalui program SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu), untuk mengelola Program Nasional Pelatihan PHT dibentuk pengelola program pada periode 1987-1993 berada di Bapennas (Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional) dan periode 1993-1998 berada di Departemen Pertanian. SLPHT mulai diterapkan di Indonesia sejak tahun 1989 pada tingkat petani skala besar di Indonesia untuk tanaman padi.
Kegiatan SLPHT yang dilaksanakan selalu dilandasi oleh 4 prinsip, yaitu meliputi budidaya tanaman sehat, melestarikan dan memanfaatkan musuh alami, pengamatan berkala, dan petani sebagai ahli PHT. Budidaya tanaman yang sehat, kuat, dan produktif akan menghasilkan produksi dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi. Musuh alami sebagai komponen ekosistem yang sangat menentukan keseimbangan populasi hama sehingga perlu diberi kesempatan dan peluang untuk berfungsi secara maksimal untuk dilestarikan. Pengamatan berkala dilakukan untuk mengontrol populasi hama dan penyakit yang muncul di lapang karena adanya perubahan ekosistem pertanian sebagai akibat perubahan cuaca, perubahan populasi pengendali alami dan perubahan kegiatan budidaya tanaman. Petani sebagai ahli PHT dimaksudkan agar petani bertanggung jawab terhadap lahan yang diusahakan sehingga petani dapat bertindak sebagai pengelola dan penentu keputusan di lahan sawahnya sendiri. SLPHT bertujuan untuk membuat petani menjadi petani profesional, aktif, kreatif, dan produktif dalam mengembangkan PHT dengan bantuan penyuluh pertanian sebagai tempat untuk bertanya pada saat mengikuti SLPHT.
Pemerintah Indonesia telah menjadikan PHT sebagai kebijakan nasional, namun terdapat kendala dalam pelaksanaan program tersebut. Kondisi nyata di lapangan, PHT belum melembaga baik dikalangan petani, pejabat maupun petugas pemerintah pusat dan daerah (Untung 2007). Menurut pemerintah setempat program PHT yang telah diberikan kepada petani SLPHT seharusnya dapat disebarkan kepada petani nonSLPHT, namun pada kenyataannya petani alumni SLPHT cenderung ragu untuk memberikan informasi kepada petani lain karena kurangnya keterampilan dalam menerapkan prinsip PHT. Program PHT telah dilaksanakan lebih dari 20
tahun, atas dasar hal tersebut penelitian mengenai program PHT perlu dilakukan agar dapat diketahui perkembangannya.
Tujuan Penelitian
Survei dilakukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan program PHT khususnya di Kabupaten Bekasi, setelah 20 tahun dicanangkan pemerintah, serta implikasi pada pengetahuan, sikap, dan tindakan petani padi.
Manfaat Penelitian
Tersedianya informasi mengenai pelaksanaan program PHT di Kabupaten Bekasi dan kemajuan yang dialami petani padi setelah pelaksanaan program PHT tersebut.