KAJIAN PUSTAKA
2.2 Landasan Teori
2.2.7 Problem Based Learning
Menurut Barrows dalam Amir (2010: 21), Problem Based Learning adalah
kurikulum dan proses. Dalam kurikulum, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam menyelesaikan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematis untuk memecahkan masalah.
Problem Based Learning adalah metode instruksional yang menantang
siswa agar belajar bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata (Dutch dalam Amir 2010: 21). Pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning mengajarkan siswa untuk berpikir kritis dan
Ibrahim dalam Rusman (2011: 241) mengemukakan bahwa Problem Based
Learning atau Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu model
pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata.
Lane (2007) mengatakan “In other words, the emphasis of a PBL plan is not
on what to teach but how to provide an environment to engage students in
learning, to create the student initiative to learn, to assist students in identifying
learning issues, and to support the learning process”, dengan kata lain inti dari
model Problem Based Learning (PBL) bukanlah pada apa yang harus diajarkan
tetapi bagaimana menciptakan lingkungan untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran, untuk menciptakan siswa yang memiliki inisiatif belajar, untuk membantu siswa dalam mengidentifikasi masalah pembelajaran, dan untuk mendukung proses pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka peneliti menyimpulkan model
Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah
di dunia nyata sebagai materi dalam pembelajaran dan mengharuskan siswa berpikir kritis untuk memecahkan masalah tersebut. Menurut Rusmono (2012: 74) masalah yang menjadi materi dalam model Problem Based Learning harus
memiliki lima kriteria berikut: (1) harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang dapat bersumber dari berita, rekaman video, dan lainnya; (2) masalah yang dipilih sebagai materi adalah bahan yang bersifat familier dengan siswa,
merupakan bahan yang berhubungan dengan keperluan orang banyak (universal)
sehingga dirasakan manfaatnya; (4) materi yang dipilih harus mendukung kompetensi yang harus dimiliki siswa sesuai kurikulum yang berlaku; dan (5) materi yang dipilih sesuai dengan minat siswa.
Berdasarkan kriteria di atas, globalisasi merupakan masalah yang tepat untuk diajarkan menggunakan model Problem Based Learning karena globalisasi
merupakan masalah yang mengandung konflik dan bersumber dari berita atau media lainnya. Selain itu globalisasi juga termuat dalam kurikulum pendidikan dan sudah menjadi masalah yang familier dan universal bagi siswa.
Ciri-ciri model Problem Based Learning menurut Baron dalam Rusmono
(2012: 74) adalah: (1) Menggunakan masalah dalam dunia nyata; (2) Pembelajaran berpusat pada penyelesaian masalah; (3) Tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa; dan (4) guru sebagai fasilitator. Masalah yang disajikan sebisa mungkin merupakan cerminan masalah yang dihadapi di dunia nyata, dengan demikian siswa bisa memanfaatkannya dalam kehidupan nyata. Selain alasan tersebut, masalah yang diambil dari kehidupan nyata akan memudahkan siswa dalam mencari informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
Sebuah masalah dapat merangsang rasa ingin tahu siswa, baik keinginan untuk mengamati masalah, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah tersebut. Oleh karena itu model Problem Based Learning dirancang
untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah sehingga akan meningkatkan keterampilan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dengan cara berpikir kritis atau berpikir tingkat tinggi.
Tujuan pembelajaran akan didapatkan siswa setelah siswa melakukan peliputan materi atau pengembangan daya pikir untuk memcahkan masalah. Setelah masalah dalam Problem Based Learning dapat dipecahkan siswa akan
mengetahui tujuan dari pembelajaran yang telah dilaksanakannya.
Dalam Problem Based Learning peran guru tidak terlalu dominan, guru
hanya berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran, mulai dari mengubah kerangka pikir siswa, mengembangkan kemampuan bertanya, membuat siswa terlibat dalam pembelajaran kelompok, menuntut agar siswa mendapatkan strategi untuk memecahkan masalah, dan membantu proses mendapatkan informasi bagi siswa.
Salah satu ciri model Problem Based Learning yaitu menggunakan masalah
dalam dunia nyata, globalisasi merupakan masalah dalam dunia nyata yang sedang terjadi saat ini. Oleh karena itu model Problem Based Learning sangat
tepat digunakan untuk mengajarkan globalisasi. Ciri kedua model Problem Based
Learning yaitu pembelajaran berpusat pada penyelesaian masalah, hal ini
bertujuan agar siswa memperoleh keterampilan mengatasi masalah, sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah yang muncul dalam kehidupan mereka.
Pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning menurut
Rusmono (2012: 82) terdiri dari tiga langkah utama yaitu kegiatan pendahualuan, penyajian, dan penutup. Langkah pertama dalam model Problem Based Learning
yaitu pendahuluan. Terdapat tiga fase kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1) pemberian motivasi oleh guru kepada siswa; (2) pembagian kelompok yang heterogen; dan (3) penyampaian tujuan pembelajaran oleh guru.
Gambar 2.1. Langkah model Penutup Problem Based Learning 1. Merangkum materi yang telah dipelajari
2. Melaksanakan tes dan pemberian pekerjaan rumah Penyajian
1. Mengorientasikan siswa kepada maslah 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar 3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya dan pameran
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Pendahuluan
1. Pemberian motivasi 2. Pembagian kelompok
3. Informasi tujuan pembelajaran
Langkah kedua dalam pelaksanaan model Problem Based Learning adalah
penyajian. Terdapat lima fase kegiatan pada tahap ini, yaitu: (1) mengorientasikan siswa kepada masalah; (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) membantu penyelidikan mandiri dan kelompok; (4) mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya dan pameran; dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Langkah terakhir pada pelaksanaan model Problem Based Learning adalah
kegiatan penutup. Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah merangkum materi yang telah dipelajari dan melaksanakan tes serta pemberian pekerjaan rumah. Langkah-langkah penerapan model Problem Based Learning
dalam pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut:
Manfaat model Problem Based Learning menurut Smith dalam Amir (2010:
26) antara lain: (1) siswa menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar; (2) meningkatkan fokus siswa pada pengetahuan yang relevan; (3) mendorong siswa untuk berpikir; (4) membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial; (5) membangun kecakapan belajar (life long learning skills)
pada siswa; dan (6) memotivasi siswa untuk belajar. Berdasarkan manfaat yang diperoleh dari penerapan model Problem Based Learning maka model
pembelajaran ini sangat tepat digunakan dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan menerapkan model Problem Based
Learning dalam pembelajaran PKn materi globalisasi dengan kompetensi dasar
memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya. Dengan penerapan model Problem Based Learning ini diharapkan siswa akan memperoleh
manfaat-manfaat seperti yang sudah dikemukakan di atas.