• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEKUATAN INTERNAL BISNIS

2.5 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi .1 Pengertian Analisis Sistem Informasi

2.5.3 Konsep Object Oriented Analysis dan Design ( OOA&D ) .1 Object – Oriented

2.5.3.3 Problem Domain Analysis

Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian informasi – informasi yang harus ada pada suatu sistem untuk menghasilkan sebuah model sistem. Problem Domain merupakan bagian dari keadaan yang akan diatur, dipantau, dan dikontrol oleh sistem (Mathiassen et al, 2000, p6). Sumber dari aktivitas ini adalah system definition, yaitu deskripsi singkat dan jelas dari sistem terkomputerisasi dengan menggunakan bahasa alami ( Mathiassen et al, 2000, p24 ).

Terdapat tiga subaktivitas yang harus dilakukan untuk membuat system definition, yaitu usaha untuk mendapatkan pandangan menyeluruh dari situasi, membuat, dan mengevaluasi ide – ide untuk pendesainan sistem, dan diakhiri dengan memformulasi dan mengevaluasi system definition sesuai dengan situasi yang ada ( Mathiassen et al, 2000, p25 ).

Rich Picture dapat memperjelas pandangan user mengenai situasi, permasalahan, dan mendapatkan pandangan keseluruhan situasi dengan cepat, Rich Picture adalah gambar informal yang mempresentasikan pemahaman ilustrator mengenai situasi ( Mathiassen et al, 2000, p26 ).

Mathiassen ( 2000, pp39-40 ) menulis bahwa di dalam system definition terdapat enam elemen kriteria FACTOR, yaitu :

1. Functionality : fungsi – fungsi sistem yang mendukung tugas – tugas Application Domain.

2. Application Domain : bagian dari organisasi yang mengatur, memonitor atau mengontrol suatu Problem Domain.

4. Technology : teknologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem dan teknologi saat sistem dijalankan.

5. Objects : object – object utama di dalam Problem Domain

6. Responsibility : tanggung jawab seluruh sistem dalam hubungannya dengan konteks.

Mathiassen ( 2000, pp46-47 ) di dalam bukunya menulis bahwa terdapat tiga subaktivitas dalam Problem Domain Analysis, yaitu :

Gambar 2.12 Aktivitas dalam Problem Domain Analysis Sumber : Mathiassen et al (2000,p46)

1. Classes

Merupakan tahapan dilakukannya pemilihan class dan event dari system definitions untuk menghasilkan event table. Class adalah deskripsi dari kumpulan object yang mempunyai structure, berhavioral pattern dan attibutes

yang sama. Object adalah suatu entitas yang memiliki identity, state, dan behavior ( Mathiassen et al, 2000, p4 ). Pada tahap analisis, biasanya sebuah class cukup dideskripsikan dengan namanya saja, tetapi juga dapat ditambahkan detail attributes dan operation. Event adalah kejadian bersifat instan yang melibatkan satu atau lebih object ( Mathiassen et al, 2000, p51 ).

Gambar 2.13 Notasi dasar dari class Sumber : Mathiassen et al (p337-339)

Menurut Mathiassen et al (2000, pp53-55 ) untuk menjalankan aktivitas classes dapat dimulai dengan mengidentifikasikan kandidat / calon yang mungkin untuk classes dan events dalam model Problem Domain. Setelah itu, evaluasi dan pilih secara kritis classes dan events yang benar - benar relevan dengan konteks sistem.

2. Structure

Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan hubungan struktural antara class dan object. Sumber dari tahap ini adalah Class Diagram, yaitu diagram yang menyediakan gambar ikhtisar Problem Domain yang bertalian secara logis dengan menggambarkan seluruh hubungan stuktural antara classes dan objects di dalam model ( Mathiassen et al, 2000, pp69-70 ).

Menurut Mathiassen et al ( 2000, pp72-77 ) terdapat dua tipe structure dalam Object-Oriented, yaitu :

Gambar 2.14 Class Diagram Sumber : Mathiassen et al (p337-339)

1. Class structure, mengekspresikan hubungan konseptual yang statis antar class. Hubungan statis ini tidak akan berubah, kecuali terjadi perubahan pada deskripsinya. Class structure dibagi menjadi dua macam, yaitu :

a. Generalization Structure, merupakan hubungan antara dua atau lebih subclass dengan satu atau lebih superclass ( Mathiassen et al, 2000, p72 ). Sebuah class yang umum ( superclass ) mendeskripsikan properti umum kepada group dari special class ( subclass ). Atau dengan kata lain, terjadi penurunan attributes dan behavior dari superclass, tetapi subclass juga

diperkenankan untuk memiliki attributes dan behavior tambahan. Secara ilmu bahasa, generalization structure diekspresikan dengan formula “is a”.

Gambar 2.15 Generalization Structure Sumber : Mathiassen et al (2000, p73)

b. Cluster, merupakan kumpulan dari class yang berhubungan ( Mathiassen et al, 2000, p74 ). Cluster digambarkan dengan notasi file folder yang melingkupi class – class yang saling berhubungan di dalamnya. Class – class dalam satu cluster biasanya memiliki hubungan berupa generalization atau aggregation. Sedangkan hubungan class dengan cluster yang berbeda biasanya berupa association structure.

Gambar 2.16 Notasi Class Structure Sumber : Mathiassen et al (2000, p337)

Gambar 2.17 Cluster Structure Sumber : Mathiassen et al (2000,p75)

2. Object structure, mengekspresikan hubungan dinamis dan konkret antar object. Hubungan ini dapat berubah secara dinamis tanpa mempengaruhi perubahan pada deskripsinya. Biasanya terdapat multiplicity yang menspesifkasikan jumlah dari object yang berealisasi. Multiplicity dapat berupa string of numbers dan penyebaran internal dengan koma, seperti “0,3,7,9..,13,19..*”, “*” disebut many; dan 0..*. Ada 2 macam object structure yaitu :

a. Aggregation Structure, mendefinisikan hubungan antara dua atau lebih object. Sebuah superior object ( whole ) memiliki beberapa object ( parts ) ( Mathiassen et al, 2000, p72). Secara ilmu bahasa, aggregation structure dieskpresikan dengan formulasi “has a”, “a-part-of”, atau “is-owned-by”. Terdapat tiga tipe aggregation structure ( Mathiassen et al, 2000, p79 ) yaitu: Whole part, dimana whole merupakan jumlah dari parts, sehingga jika

salah satu parts dihilangkan maka secara tidak langsung telah mengubah whole.

Container-content, dimana whole adalah kontainer ( tempat tampung ) dari parts-nya, sehingga bila terdapat penambahan atau pengurangan terhadap isinya ( parts ), tidak akan mengubah pengertian whole-nya.Union-member, dimana whole merupakan union / gabungan yang

terorganisir dari anggotanya (parts), sehingga jika terdapat penambahan atau pengurangan anggota, tidak akan mengubah union-nya. Terdapat batasan jumlah anggota terendah, karena tidak mungkin sebuah union tanpa anggota.

b. Association Structure, mendefinisikan hubungan antara dua atau lebih object, tetapi berbeda dengan aggregation ( Mathiassen et al, 2000, p76 ). Hubungan antar class-class pada aggregation mempunyai pertalian yang kuat sedangkan pada association tidak kuat. Secara ilmu bahasa, association structure diekspresikan dengan formulasi “knows” atau “associated-with”

Ket : a-d adalah multiplicity Gambar 2.18 Notasi Object Structure Sumber : Mathiassen et al (2000, p337)

Gambar 2.19 Association Structure Sumber : Mathiassen et al (2000, p77)

3. Behavior, tujuan dari aktivitas ini adalah untuk memodelkan keadaan problem domain yang dinamis dengan memperluas definisi class, yang terdapat dalam class diagram, yaitu dengan menambahkan behavioral pattern dan attributes untuk setiap class. Sumber dari tahap ini adalah event table dan class diagram yang telah dihasilkan dari tahap – tahap sebelumnya. Sedangkan hasil akhirnya adalah behavioral pattern yang diekspresikan secara grafis dalam statechart diagram ( Mathiassen et al, 2000, p80-p90 ).

Dalam class activity, behavior dipandang sebagai kumpulan events yang tidak berurutan yang meliputi suatu object. Sedangkan dalam behavior activity, behavior secara lebih tepat dideskripsikan dengan menambah waktu terjadinya events.

Object behavior diidentifikasikan dengan event trace, yaitu serangkaian events yang berurutan yang meliputi suatu object. Event trace antara satu object mungkin berbeda dengan object lain meskipun kedua object tersebut berada dalam class yang sama. Hal ini disebabkan karena sifat event trace yang unik untuk object tertentu. Deskripsi dari event trace yang mungkin untuk seluruh object dalam sebuah class disebut behavioral pattern ( Mathiassen et al, 2000, p90 ).

Dalam memodelkan Problem Domain, dilakukan pengidentifikasian requirements untuk data – data yang akan disimpan oleh sistem. Untuk menspesifikasikan data tersebut digunakan attributes, yaitu deskripsi properti dari class atau events ( Mathiassen et al, 2000, p92 ).

Menurut Mathiassen et al ( 2000, p93 ) behavioral pattern memiliki struktur kontrol sebagai berikut :

Sequence adalah suatu set events yang akan terjadi satu per satu ( secara berurutan ). Notasinya : “+”.

Selection adalah satu event yang terjadi dari suatu set events. Notasinya : “|”.Iteration adalah satu event yang terjadi berulang – ulang kali. Notasinya :

“*”.

Jika menghadapi situasi behavior patterns yang kompleks, akan sulit sekali untuk mengekspresikannya dalam notasi – notasi umum sehingga untuk pengekspresiannya lebih cenderung menggunakan Statechart Diagram.

Gambar 2.20 Notasi Dasar Statechart Diagram Sumber : Mathiassen et al (2000, p341)

Gambar 2.21 Struktur Kontrol Statechart Diagram Sumber : Mathiassen et al (2000, p95)

Dokumen terkait