• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMATIKA HUKUM PENERAPAN UNSUR “DAPAT MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA ATAU PEREKONOMIAN

NEGARA” DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI

A. Penerapan Unsur “Dapat Merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian Negara” Dalam Praktik Penanganan Perkara Korupsi

1. Kasus Putusan Mahkamah Agung No. 356 K/PID.SUS/2012 atas

nama terdakwa Binahati Benedictus Baeha

Identitas Terdakwa:

Nama : BINAHATI BENEDICTUS BAEHA ;

Tempat lahir : Lahewa – Nias ;

Umur/tanggal lahir : 61 tahun/08 Desember 1949 ; Jenis kelamin : Laki-laki ;

Kebangsaan : Indonesia ;

Tempat tinggal : Jalan Soekarno No. 16 Gunung Sitoli, Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara ;

A g a m a : Katholik ;

Pekerjaan : Mantan Bupati Nias ;

Dalam kasus ini, Terdakwa Binahati Benedictus Baeha, baik secara sendiri atau bersama-sama dengan Baziduhu Ziliwu selaku Kepala Bagian Umum dan Perlengkapan Sekretariat Daerah Kabupaten Nias, pada tanggal 08 Desember 2006 sampai dengan tanggal 16 Desember 2008 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2006 sampai tahun 2008, bertempat di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias dan di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara yang termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan yang berwenang memeriksa, mengadili dan memutus perkara tindak pidana korupsi, secara melawan hukum yaitu dalam menggunakan dana bantuan darurat kemanusiaan tidak sesuai dengan kebutuhan atau yang ditetapkan sehingga bertentangan dengan Keputusan Ketua Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi Nomor 25 Tahun 2002, tanggal 11 Desember 2002 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Dana Bantuan Darurat Kemanusiaan untuk Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi, dan dalam pengadaan barang untuk mendukung kegiatan program pemberdayaan masyarakat akibat bencana alam dan gelombang tsunami Nias bertentangan dengan Keputusan Presiden RI Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, yaitu terdakwa telah menggunakan sebagian dana bantuan tersebut untuk kepentingan terdakwa dan diberikan kepada orang lain, yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara sebesar Rp. 3.764.798.238.- (tiga milyar tujuh ratus enam puluh empat juta tujuh ratus sembilan puluh delapan ribu dua ratus tiga puluh

delapan rupiah) atau setidak-tidaknya dapat merugikan keuangan negara sejumlah tersebut.

b. Dakwaan

Jaksa/Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membuat dakwaan subsidair yang disusun secara berlapis dengan maksud lapisan yang satu berfungsi sebagai pengganti lapisan sebelumnya. Jaksa/Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membuat dakwaan primair sebagai berikut:

Perbuatan Terdakwa Binahati Benedictus Baeha sebagaimana diatur dandiancam pidana dalam Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-UndangNomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) Kitab Undang- Undang Hukum Pidana;

Selanjutnya Jaksa/Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyusun dakwaan subsidair sebagai berikut:

Perbuatan Terdakwa Binahati Benedictus Baeha sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3 jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) Kitab Undang- Undang Hukum Pidana;

c. Tuntutan

Atas peristiwa tersebut Jaksa/Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tanggal 13 Juli 2011, yang pada pokoknya menuntut terdakwa sebagai berikut :

BAB III

PROBLEMATIKA HUKUM PENERAPAN UNSUR “DAPAT MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA ATAU PEREKONOMIAN

NEGARA” DALAM PENANGANAN PERKARA KORUPSI

A. Penerapan Unsur “Dapat Merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian Negara” Dalam Praktik Penanganan Perkara Korupsi

1. Kasus Putusan Mahkamah Agung No. 356 K/PID.SUS/2012 atas

nama terdakwa Binahati Benedictus Baeha

Identitas Terdakwa:

Nama : BINAHATI BENEDICTUS BAEHA ;

Tempat lahir : Lahewa – Nias ;

Umur/tanggal lahir : 61 tahun/08 Desember 1949 ; Jenis kelamin : Laki-laki ;

Kebangsaan : Indonesia ;

Tempat tinggal : Jalan Soekarno No. 16 Gunung Sitoli, Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara ;

A g a m a : Katholik ;

Pekerjaan : Mantan Bupati Nias ;

Dalam kasus ini, Terdakwa Binahati Benedictus Baeha, baik secara sendiri atau bersama-sama dengan Baziduhu Ziliwu selaku Kepala Bagian Umum dan Perlengkapan Sekretariat Daerah Kabupaten Nias, pada tanggal 08 Desember 2006 sampai dengan tanggal 16 Desember 2008 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2006 sampai tahun 2008, bertempat di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias dan di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara yang termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan yang berwenang memeriksa, mengadili dan memutus perkara tindak pidana korupsi, secara melawan hukum yaitu dalam menggunakan dana bantuan darurat kemanusiaan tidak sesuai dengan kebutuhan atau yang ditetapkan sehingga bertentangan dengan Keputusan Ketua Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi Nomor 25 Tahun 2002, tanggal 11 Desember 2002 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Dana Bantuan Darurat Kemanusiaan untuk Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi, dan dalam pengadaan barang untuk mendukung kegiatan program pemberdayaan masyarakat akibat bencana alam dan gelombang tsunami Nias bertentangan dengan Keputusan Presiden RI Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, yaitu terdakwa telah menggunakan sebagian dana bantuan tersebut untuk kepentingan terdakwa dan diberikan kepada orang lain, yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara sebesar Rp. 3.764.798.238.- (tiga milyar tujuh ratus enam puluh empat juta tujuh ratus sembilan puluh delapan ribu dua ratus tiga puluh

delapan rupiah) atau setidak-tidaknya dapat merugikan keuangan negara sejumlah tersebut.

b. Dakwaan

Jaksa/Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membuat dakwaan subsidair yang disusun secara berlapis dengan maksud lapisan yang satu berfungsi sebagai pengganti lapisan sebelumnya. Jaksa/Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membuat dakwaan primair sebagai berikut:

Perbuatan Terdakwa Binahati Benedictus Baeha sebagaimana diatur dandiancam pidana dalam Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-UndangNomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) Kitab Undang- Undang Hukum Pidana;

Selanjutnya Jaksa/Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyusun dakwaan subsidair sebagai berikut:

Perbuatan Terdakwa Binahati Benedictus Baeha sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3 jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) Kitab Undang- Undang Hukum Pidana;

c. Tuntutan

Atas peristiwa tersebut Jaksa/Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tanggal 13 Juli 2011, yang pada pokoknya menuntut terdakwa sebagai berikut :

1. Bahwa Terdakwa BINAHATI BENEDICTUS BAEHA telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi yang dilakukansecara bersama-sama sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2 ayat(1) jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang PemberantasanTindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1)ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dalam dakwaan primair;

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa BINAHATI BENEDICTUS BAEHA,dengan pidana penjara selama 8 (delapan) tahun dikurangi selama terdakwaberada dalam tahanan dengan perintah Terdakwa tetap ditahan, dan ditambahdengan pidana denda sebesar Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh jutarupiah) subsidair selama 6 (enam) bulan kurungan; 3. Menghukum terdakwa Binahati Benedictus Baeha membayar uang

penggantisebesar Rp. 2.644.500.000,- (dua milyar enam ratus empat puluh empat juta limaratus ribu rupiah), dengan ketentuan apabila terdakwa tidak membayar dalamwaktu 1 (satu) bulan setelah putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukumtetap, maka harta bendanya akan disita oleh Jaksa/Penuntut Umum dan dapatdilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut dan dalam hal tidakmempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang penggantitersebut, maka dipidana dengan pidana penjara selama 3 (tiga) tahun;

4. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 10.000.- (sepuluh ribu rupiah).

d. Putusan Pengadilan Negeri

Setelah melakukan pemeriksaan,maka putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan NegeriMedan No. 01/Pid.Sus.K/2011/PN.Mdn. tanggal 10 Agustus 2011 yang pada pokoknya berbunyi sebagai berikut:74

 Menyatakan terdakwa BINAHATI BENEDICTUS BAEHA tersebut tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang

didakwakan dalam dakwaan primair;

 Membebaskan terdakwa dari dakwaan primair tersebut;

 Menyatakan terdakwa BINAHATI BENEDICTUS BAEHA tersebut terbuktisecara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ”Korupsi yang dilakukan secara bersama-sama”;

 Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 5 (lima) tahun dan denda sebesarRp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah), denganketentuan jika denda tidak dibayar harus diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan;

 Menjatuhkan pidana tambahan terhadap Terdakwa berupa pembayaran uangpengganti sebesar: Rp. 3.144.500.000,- (tiga miliar seratus empat

puluh empatjuta lima ratus ribu rupiah), dengan ketentuan jika terpidana tidak membayaruang pengganti dalam waktu 1 (satu) bulan setelah putusan memperolehkekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelanguntuk menutupi uang pengganti tersebut, dan dalam hal terpidana tidakmempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang penggantitersebut, maka dipidana dengan pidana penjara selama 3 (tiga) tahun;

 Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkanseluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

 Memerintahkan supaya terdakwa tetap dalam tahanan;

 Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh riburupiah);

e. Putusan Pengadilan Tinggi

Namun hakim Pengadilan Tinggi Tindak Pidana Korupsi pada PengadilanTinggi Medan berpendapat lain, dalam putusannya No. 15/Pid.Sus/2011/PT-Mdn. tanggal 27 Oktober 2011, Pengadilan Tinggi tersebut mengubah putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan tanggal 10 Agustus 2011 No. 01/Pid.Sus.K/2011/PN.Mdn., yang dimintakan banding tersebut, sebatas tentang penjatuhan pidananya, maupun penjatuhan pidana tambahan dan penjara pengganti uang pengganti yang tidak

dibayar oleh terdakwa dalam pidana tambahan, putusan tersebut pada pokoknya berbunyi sebagai berikut:75

 Menyatakan terdakwa BINAHATI BENEDICTUS BAEHA tersebut tidakterbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yangdidakwakan dalam dakwaan primair;

 Membebaskan terdakwa dari dakwaan primair tersebut;

 Menyatakan terdakwa BINAHATI BENEDICTUS BAEHA tersebut terbuktisecara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ”korupsiyang dilakukan secara bersama-sama”;

 Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 3 (tiga)tahun dan 6 (enam) bulan dan denda sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus jutarupiah) dengan ketentuan jika denda tidak dibayar harus diganti dengan pidanakurungan selama 2 (dua) bulan;

 Menjatuhkan pidana tambahan terhadap terdakwa berupa pembayaran uangpengganti sebesar Rp. 2.644.500.000,- (dua milyar enam ratus empat puluhempat juta lima ratus ribu rupiah) dengan ketentuan jika terpidana tidakmembayar uang pengganti dalam waktu 1 (satu) bulan setelah putusanmemperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa/ Penuntut Umumdan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dan dalam hal terpidanatidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang penggantitersebut, maka dipidana dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun;

 Membebankan biaya perkara kepada terdakwa dalam kedua tingkat peradilanyang dalam tingkat banding sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).

f. Alasan-Alasan Pemohon Kasasi/Terdakwa:

Berdasarkan putusan Pengadilan Tinggi Tindak Pidana Korupsi tersebut, terdakwa masih belum dapat menerima, sehingga megajukan kasasi pada tingkat Mahkamah Agung dengan salah satu alasan terkait yang dimaksud dengan kerugian keuangannegara, berikut alasannya;

 Yang dimaksud kerugian negara;

Bahwa dana bantuan yang kemudian oleh Bakornas diberikan kepadaKabupaten Nias adalah dana bantuan masyarakat yang dihimpun olehKementerian Kesra. Dana bantuan tersebut dalam suatu kesepakatan rapatinterdep dana disetorkan terlebih dahulu ke kas negara kemudian disepakatiditerbitkan DIPA dengan pelaksana Bakornas. Mengikuti proses yangdemikian, jelas bukan mekanisme keuangan negara yang sudah dialokasikandan dimasukkan dalam APBN. Dengan jelas bahwa dana bantuan yangdiberikan dari Bakornas bukan berasal dan tidak melalui mekanisme APBN. Hal tersebut dapat terlihat dari alat bukti berupa :

a. Surat Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan RakyatNomor: B.2499/KMK/SES/XII/2006 tanggal 05 Desember 2006;

b. Nota Kesepahaman Nomor: MOU.02/Lakhar.PB/II/2007tanggal 07 Februari 2007 antara SYAMSUL MA'ARIF selaku KepalaPelaksana

Harian Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana(BAKORNAS PB) sebagai PIHAK PERTAMA dengan BINAHATI B.BAEHA, SH. selaku Bupati/Ketua SATLAK PB Kabupaten Nias, sebagalPIHAK KEDUA;

c. Keterangan saksi BUDI ATMADI ADIPUTRO, baik pada BAP saksitanggal 01 Desember 2010 maupun keterangan di muka persidangan;

Alat bukti mana bersesuaian satu sama Iainnya, terbukti bahwa dana bantuan yang diberikan oleh Bakornas kepada Kabupaten Nias adalah merupakan dana yang berasal dari sumbangan masyarakat yang dihimpun oleh Kementerian Kesra yang diadministrasikan melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2006, dan bukan berasal dari dana yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);

Sesuai dengan pendapat ahli Drs. Syachrir Machmud, M.si. yang mengatakan: "Bahwa apabila dananya berasal dari masyarakat maka penggunaannya tidaktunduk pada Keppres No. 80 Tahun 2003". Pendapat Ahli tersebut bersesuaian dengan ketentuan dalamKeppres No. 80 Tahun 2003, yang menegaskan bahwa pengadaan barang/jasayang dimaksud adalah yang bersumber dari APBN dan APBD;

Berdasarkan uraian di atas, dan dihubungkan dengan ketentuan Pasal 1 angka 1Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 maka dapat disimpulkan bahwa danabantuan dari Bakornas sebesar Rp. 9.480.000.000,- (sembilan milyar empatratus delapan puluh juta rupiah) yang diberikan kepada Kabupaten Nias, tidakmemenuhi rumusan yang ditentukan oleh Pasal 1 angka 1 Undang-

UndangNomor 17 Tahun 2003, selain itu dana bantuan tersebut bukan merupakankekayaan negara, baik yang dipisahkan maupun tidak dipisahkan sebagaimandimaksud dengan pengertian keuangan negara yang dimaksud oleh UU No. 31Tahun 1999, sehingga dana bantuan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai keuangankegara;

 Yang dimaksud dengan jumlah kerugian negara;

Bahwa meskipun pemohon kasasi berpendapat bahwa tidak ada kerugiankeuangan negara, akan tetapi dalam point ini hendak membahas jumlah yangdinyatakan oleh Judex Facti Pengadilan Tinggi Tipikor pada Pengadilan TinggiMedan yang nilainya sama dengan yang diajukan oleh Jaksa/Penuntut Umumdalam tuntutannya sebagai kerugian keuangan negara yaitu sebesar Rp.2.644.500.000,-, sebagai berikut:

 Dengan jelas dan tegas Basiduhu Ziliwu sendiri mengatakan tidak ada dana yangdipakai oleh terdakwa. Kalaupun dulu ada sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratusjuta rupiah), quod non tapi sudah kembali tidak berapa lama dari pemakaian(tahun 2007);

 Untuk membayar kas bon Belanja Daerah, hal ini sebagaimana ditegaskan telahdiputus di Pengadilan dan terhadap dana tersebut telah dipertanggungjawabkandengan tidak menggunakan dana sisa bantuan sebagaimana dinyatakan olehZiliwu;

Dari bukti yang dilampirkan dalam memori banding dan lampiran dalammemori kasasi, bahwa pembayaraan kas bon pada Pos Belanja Daerahdilakukan pada tanggal 12 Oktober 2009, bersama-sama dengan ketekorankas lainnya sehingga sebesar Rp. 2,168,823,045.- (dua milyar seratus

enampuluh delapan juta delapan ratus dua puluh tiga empat puluh lima rupiah) dan pembayaran/penyetoran kekurangan Pos Belanja Daerah tersebut tidakdilakukan oleh Baziduhu Ziliwu dan tidak menggunakan dana dari bantuanbencana alam sebagaimana dinyatakan oleh Jaksa/ Penuntut Umum;

 Temazaro Harefa telah membantah pernyataan Ziliwu mengenaipermintaan dan penerimaan dana sebesar Rp. 200.000.000,- ;  Pemberian terhadap KPK (Mulyana Santoso sebesar ± Rp. 1.987.000.000;)

tidakjelas berapa dan siapa sebenarnya KPK gadungan tersebut;

Perintah yang pernah diberikan oleh terdakwa kepada Ziliwu dan Yuliaro Ghea adalah memberikan dokumen kepada Mulyana Sentosa bukan uang. Di persidangan tidak dapat dibuktikan dengan 2 alat bukti yang sah,sehingga pembuktiannya tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 183KUHAP;

 Pemberian kepada wartawan, LSM dan Iainnya dibantah oleh yang bersangkutandan karenanya tidak didukung oleh bukti, sehingga tidak dapat dinyatakanterdakwa memerintah Basiduhu Ziliwu memberikan dana dimaksud. Demikian juga terhadap Anggota DPRD, Ketua Komisi maupun terhadap Sehati Halawayang adalah Pengacara Pemda Nias; Dari uraian di atas, maka mengenai kerugian keuangan negara, jelas tidakdapat dibuktikan dalam perkara ini. Yang pasti, terbukti terdakwa tidakmengambil dan menikmati dana bantuan bencana alam yang berasal dariBakornas yang diperoleh dari dana kumpulan masyarakat bukan APBN;

Mahkamah agung berpendapat terhadap alasan-alasan pemohon kasasi tersebut sepenjang mengenai kerugian keuangan negara adalah bahwa alasan- alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena Judex Facti tidaksalah menerapkan hukum, dan pertimbangan serta putusan Judex Facti telahdipertimbangkan berdasarkan pada fakta hukum yang diperoleh melalui proses hukumpembuktian secara tepat dan benar, lagi pula alasan-alasan tersebut mengenai penilaianhasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidakdapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan kesalahan penerapan hukum, pelanggaranhukum yang berlaku, kelalaian dalam memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan olehperaturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusanyang bersangkutan atau bila Pengadilan tidak berwenang atau melampaui bataswewenangnya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 253 Kitab Undang-UndangHukum Acara Pidana (Undang-Undang No. 8 Tahun 1981).

Bahwa apa yang diuraikan dalam memori kasasi terdakwa hanyalahpengulangan fakta-fakta persidangan maupun pembuktian uraian bukti- bukti, sedangkan hal tersebut telah dipertimbangkan secara tepat dan benar oleh Judex Facti,pertimbangan Judex Facti pembuktiannya telah diputus dengan hukum pembuktian yangbenar dan proporsional karena memori kasasi yang demikian tidak relevan lagi untukdipertimbangkan.

Oleh karena itu, bahwa berdasarkan alasan-alasan yang diuraikan di atas MahkamahAgung berpendapat, bahwa putusan Pengadilan Tinggi Medan No. 15/Pid.Sus/2011/PT-Mdn. tanggal 27 Oktober 2011 yang merubah putusan

PengadilanTindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan No. 01/Pid.Sus.K/2011/PN.Mdn.tanggal 10 Agustus 2011 tidak dapat dipertahankan lagi, sehingga harus dibatalkandan Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara tersebut.

Selain itu Mahkamah berpendapat bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I/Jaksa/Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dikabulkan danPemohon Kasasi II/Terdakwa ditolak, maka biaya perkara pada semua tingkat peradilandan dalam tingkat kasasi dibebankan kepada Pemohon Kasasi II/Terdakwa.

h. Putusan Mahkamah Agung

Dari seluruh permasalahan hukum yang telah dibuktikan, Maka Mahkamah Agung menyatakan menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi II/Terdakwa yaitu Binahati Benedictus Baeha tersebut, dan mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I yaituJaksa/PenuntutUmum Pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tersebut.

Mahkamah Agung Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Medan No. 15/Pid.Sus/-2011/PT-Mdn.tanggal 27 Oktober 2011 yang merubah putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi padaPengadilan Negeri Medan No. 01/Pid.Sus.K/-2011/PN.Mdn. tanggal 10 Agustus 2011 dan mengadili sendiri perkara tersebut, yang amar putusannya sebagai berikut:

1. Menyatakan terdakwa BINAHATI BENEDICTUS BAEHA terbuktisecara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ”korupsiyang dilakukan secara bersama-sama”;

2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa tersebut denganpidana penjara selama 5 (lima) tahun dan denda sebesar Rp. 200.000.000,-(dua ratus juta rupiah), dengan ketentuan apabila pidana denda tersebuttidak dibayar, maka kepada terdakwa dikenakan pidana pengganti berupapidana kurungan selama 4 (empat) bulan;

3. Menetapkan lamanya terdakwa berada dalam tahanan sebelum putusanini mempunyai kekuatan hukum tetap, akan dikurangkan seluruhnya daripidana penjara yang dijatuhkan;

4. Menjatuhkan pidana tambahan berupa uang pengganti sebesar Rp.2.664.500.000,- (dua milyar enam ratus enam puluh empat juta lima ratusribu rupiah) dan apabila terdakwa tidak membayar uang penggantitersebut paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan inimempunyai kekuatan hukum yang tetap, maka harta bendanya dapat disitaoleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, danapabila harta benda terdakwa tidak mencukupi untuk membayar uang pengganti tersebut, maka dipidana dengan pidana penjara selama 3 (tiga)tahun;

5. Membebankan Pemohon Kasasi II/Terdakwa tersebut untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan dan dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah);

2. Analisis Kasus Terhadap Penerapan Unsur “dapat Merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian Negara” sebagaimana

dimaksud dalam UU N0. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi

Setelah penulis mempelajari kasus tersebut, maka dapat diketahui bahwa telah terjadi perdebatan dan perbedaan pandangan tentang pengertian unsur “dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara” yang merupakan salah satu unsur harus dipenuhi sesuai dengan dakwakan Penuntut Umum baik dalam dakwaan primair maupun dakwaan subsidair yaitu Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Dalam kasus ini, unsur yang harus dipenuhi lebih condong kepada kerugian keuangan negara bukan kerugian perekonomian negara karena unsur tersebut bersifat alternatif yaitu ditandai dengan kata penghubung “atau”.

Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam perkara ini telah menyusun surat dakwaan dalam bentuk primair dan subsidair sudah tepat. Bentuk dakwaan subsidairitas diajukan, apabila peristiwa tindak pidana yang terjadi menimbulkan suatu akibat, dan akibat yang timbul meliputi atau bertitik singgung dengan beberapa ketentuan pasal pidana yang hampir saling berdekatan cara melakukan tindak pidana tersebut. Kelebihan dari bentuk dakwaan ini adalah untuk menghindarkan resiko yang memungkinkan terdakwa tidak terbukti kesalahannya jika dilakukan hanya bertumpuatas satu dakwaan saja, maka dakwaan subsidair dilakukan adalah dalam rangka untuk menjerat kejahatan terdakwa agar dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum. Namun juga karena korupsi ini berkaitan

Dokumen terkait