• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORITIK

2. Problematika Perilaku Seks Remaja

49

2. Problematika Perilaku Seks Remaja

Problematika perilaku seks merupakan fenomena yang memerlukan perhatian lebih dari semua pihak. Karena fenomena ini semakin sering terjadi dan menjadi isu global yang hampir pada setiap Negara.

Problematika15 adalah masalah, persoalan. Masalah adalah kesenjangan antara yang seharusnya dan apa yang tersedia, dan antara harapan dan kenyataan.16 Problematika adalah masih belum dapat dipecahkan; permasalahan.17 Jadi problematika adalah berbagai masalah yang belum mendapatkan pemecahan sehingga memerlukan pemecahan dan solusi yang tepat agar sesuai dengan harapan semua pihak.

Sedangkan kata sex dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan menjadi seks dalam bahasa Indonesia, berarti jenis kelamin, perkelaminan, atau dua jenis kelamin yang bersifat biologis.18 Menurut Wardah Hafidz A seks dimaksudkan sebagai identitas biologis yang di tentukan oleh ciri genetika dan anatomis.19 Sedangkan hakekatnya seks menunjukan beberapa kelompok yang membedakan laki-laki dan perempuan, dua anatomi, serta ciri-ciri psikologis yang berkaitan dengan sifat laki-laki dan sifat perempuan. Seks dikaitkan juga dengan tipe reproduksi yang

15 Problematika adalah suatu istilah dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa inggris yaitu “problem” yang berarti “soal atau masalah”. Munisu HW, Sastra Indonesia (Bandung: PT. Rosda Karya, 2002), 268. Secara etimologi kata problematika berasal dari kata problem (masalah, perkara sulit, persoalan), problema (perkara sulit), problematic (merupakan persoalan sulit, ragu-raguan, tak menentu, tak tertentu), dan problematika (berbagai permasalahan). Depdikbud, Kamus Besar

Bahasa Indonesia (Jakarta: Bulan Bintang, 2002), 276

16 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 896.

17 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 789.

18 John M. Echols, Kamus Inggris Indonesia, cet ke 21 (Jakarta: Gramedia, 2002), 265.

50

dikhususkan untuk sel reproduksi yang dihasilkan mengalami pembuahan zygote (telur yang dibuahi) yang berkembang menjadi individu baru, cairan yang keluar dari perempuan berupa ovum dan laki-laki berupa sperma.20 Ealaine menyatakan bahwa seks merupakan makna biologis sebagai pria wanita. Sedangkan seksualitas merupakan totalitas dari orientasi, kecenderungan, dan perilaku seksual individu.21

Berdasarkan Pemaparan definisi tentang seks dapat disimpulkan bahwa seks dalam arti sempit dapat diartikan dengan kelamin, yang meliputi alat kelamin itu sendiri, anggota-anggota tubuh serta ciri-ciri badan lainnya yang membedakan laki-laki dan perempuan, kelenjar-kelenjar, libido seks, serta hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya alat kelamin.

Sedangkan seks dalam arti luas yaitu segala hal yang terjadi sebagai akibat adanya perbedaan jenis kelamin, antara lain perbedaan tingkah laku (lembut, kasar, genit, dan lain-lain) perbedaan atribut, hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam (tata krama pergaulan, percintaan, pacaran, perkawinan dan lain-lain, serta hubungan kelamin (senggama, percumbuhan, coitus).

Perkembangan seksualitas remaja ditandai dengan dua ciri, yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Uraian lebih lanjut sebagai berikut.

20William H. Harist, The New Columbia Ensychopedia (Columbia: University Press New York and London, 1975), 142.

51

1) Ciri-ciri seks primer

Masa puber menurut Root merupakan tahap pematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi, tahap ini disertai dengan perubahan somatic dan perspektif psikologi.22 Masa puber antara anak laki-laki dan anak perempuan tidaklah sama. Namun umumnya anak perempuan lebih awal mengalami masa pubertas dari pada anak laki-laki. Remaja perempuan sebagai tanda dia memasuki masa pubertas, kematangan organ-organ seksnya ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium (indung telur) secara cepat. Ovarium menghasilkan ova (telur) dan mengeluarkan hormon-hormon yang diperlukan untuk kehamilan, menstruasi dan perkembangan seks sekunder. Pada masa inilah (sekitar usia 11 sampai 15 tahun), untuk pertama kalinya remaja wanita mengalami “menarche” (menstruasi pertama).

Peristiwa “menarche” ini diikuti oleh menstruasi yang terjadi dalam interval yang tidak beraturan. Untuk jangka waktu 6 bulan sampai 1 tahun atau lebih. untuk satu pertama atau lebih, ovulasi mungkin tidak selalu terjadi. Menstruasi awal sering disertai dengan sakit kepala, sakit punggung, dan kadang-kadang kejang, serta merasa lelah, depresi, dan mudah tersinggung.

Sedangkan remaja pria ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis, yaitu pada tahun pertama dan kedua, kemudian

22 Root. A. W. Endocrinology of Puberity: Normal Sexual Maturation, Journal of Pediatrics. (1973), 19.

52

tumbuh secara lebih lambat dan mencapai ukuran matangnya pada usia 20 atau 21 tahun. Sebenarnya telah ada sejak kelahiran, namun baru 10% dari ukuran matangnya. Setelah testis mulai tumbuh, penis mulai bertambah panjang, pembuluh mani dan kelenjar prostat semakin membesar. Matangnya organ organisasi tersebut, memungkinkan remaja pria (sekitar usia 14 sampai 15 tahun) mengalami “mimpi basah” (mimpi berhubungan seksual).

2) Ciri-ciri seks sekunder

Ciri-ciri atau karakteristik seks sekunder pada masa remaja, baik pria maupun wanita adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Ciri-ciri Seks Sekunder

Wanita Pria

1. Tumbuh rambut pubik atau bulu kapok di sekitar kemaluan dan ketiak.

2. Bertambah besar buah dada 3. Bertambah besarnya pinggul

1. Tumbuh rambut pubik atau kapok di sekitar kemaluan atau ketiak

2. Terjadi perubahan suara 3. Tumbuh kumis

4. Tumbuh gondok laki atau jakun.

Perilaku seks, menurut Surya merupakan perilaku naluriah yang telah ada dan dibawa sejak lahir pada setiap individu. Dalam proses perkembangannya, individu melalui interaksi dengan lingkungan, memanifestasikan perilaku seksual dalam berbagai bentuk, bersifat kognitif (pengetahun), efektif (perasaan), konatif (dorongan), dan motorik (gerakan

53

fisik). Perwujudannya dalam bentuk yang nampak ataupun yang tidak nampak, baik yang kuat maupun yang lemah.23

Perilaku seks itu dipengaruhi oleh komponen seksualitas untuk mengidentifikasi identitas seksual dan pola reproduksi individu. Komponen ini dipengaruhi oleh faktor biologis, fisik, psikologis, sosial, budaya, etika, spiritual, dan moral yang berlaku di masyarakat.

. Gambar 2.1 Komponen seksualitas

Keseluruhan komponen ini dialami atau diekspresikan dalam pikiran, fantasi, minat, hasrat, nilai-nilai kepercayaan, aktifitas sehari-hari, peran sosial, individu, dan hubungan sosial manusia dengan manusia lainnya. Selanjutnya, seksualitas merupakan salah satu unsur yang

23 Surya M, Dasar-dasar dan Teori Konseling Pendidikan:Konsep dan Teori (Bandung: Bhakti Winaya, 1991), 1. Identitas Gender Gender Reproduksi Jenis Kelamin Kedekatan Emosional Orientasi seksual Cinta Kasih Erotisme Seksualitas

54

menyusun kehidupan manusia yang terintegrasi dengan unsur biologis, psikologis, sosio-ekonomi, kultural, etik, dan agama atau spiritual.24

Perilaku seksual berkaitan dengan kapasitas biologis, tetapi bukan sekedar ungkapan sederhana dari dorongan instink. Dari pandangan tentang seks, dapat dipahami bahwa seks berkonsentrasi pada aspek biologis. Remaja mencoba mengekspresikan dorongan seksualnya dalam berbagai bentuk tingkah laku positif maupun negatif, untuk tingkah laku positif tidak akan menimbulkan masalah namun bagi tingkah laku yang negatif menimbulkan perilaku seks yang bermasalah karena tidak sesuai dengan norma agama dan sosial.25

Hubungan atau relasi seks yang bertanggung jawab mengandung pengertian bahwa antara kedua bela pihak menyadari akan konsekuensi dan berani memikul tanggung jawab berdua.26 Hubungan ini dibangun berdasarkan relasi seksual itu harus dilakukan dalam batas-batas norma susila, sesuai dengan norma masyarakat dan norma agama. Oleh kedua ciri yaitu normal dan bertanggung jawab maka hal ini mewajibkan manusia melakukan hubungan seks dalam satu ikatan yang syah yaitu dalam ikatan pernikahan yang syah.

Pendapat-pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku seks negatif remaja menimbulkan masalah karena tidak sesuai dengan norma agama dan sosial. Adapun perilaku seks remaja yang

24 Afiyanti Yati, Pratiwi Anggi, Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Perempuan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), 2-4.

25 Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 222.

55

negatif antara lain: perilaku seks (sexual behavior) masa pacaran tanpa ada pernikahan, kekerasan seksual (sexual abuse) dan perilaku seks menyimpang (sexual disorder). Adapun penjelasan dari ketiga perilaku seks tersebut akan di jelaskan dibawah ini.

Perilaku seks (sexual behavior) masa pacaran tanpa pernikahan adalah perilaku seksual merupakan segala bentuk perilaku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis.27

Menurut Boyke perilaku kekerasan seksual (sexual abuse) adalah kekerasan terhadap perempuan yang identik dengan kekerasan fisik maupun ancaman terhadap korban.28 Sedangkan perilaku seks menyimpang adalah aktivitas seksual yang ditrmpuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya cara yang digunakan oleh individu tersebut dengan menggunakan obyek seks yang tidak wajar. 29

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Problematika perilaku seks